Shimai - 03

4.4K 379 42
                                    

.
.
.
.
.

Ditengah malam yang dingin ini, Azizi terbangun kala merasakan pelukan kencang dari seseorang yang tengah tertidur di sampingnya, dia juga mendengar lenguhan dan rintihan.

Azizi membuka mata lalu melihat kondisi Chika, ternyata kakaknya itu sudah dibanjiri oleh keringat dingin. Tangannya terulur memegang kening Chika, terasa panas disana.

Jujur saja saat ini Azizi merasa bingung, sebelum ini dirinya tidak pernah merawat orang sakit, yang ada malah dirinya yang dirawat oleh Shani dan Gracia. Apalagi di Apartemennya tidak ada alat alat p3k seperti dirumah Shani.

Azizi meraih ponselnya yang dia letakkan di meja samping tempat tidur, kemudian ia mencari kontak Shani untuk dihubungi, ia harap Shani menerima panggilannya walaupun hari sudah sangat larut malam.

"Halo"

Terdengar suara serak khas bangun tidur Shani dari seberang sana, hal itu membuat Azizi sedikit merasa lega

"Cici" Panggilnya,

"Kenapa dek? Kok malem malem gini telfon?"

"Hmm itu, anu ci"

"Hah? Itu anu apa? Are you fine?"

"Kakak sakit ci, aku bingung harus ngapain, disini gak ada kompresan kayak dirumah cici" Jelas Azizi,

"Sakit? Kok bisa?"

"Iya, demam, zizi bingung harus apa ci"

"Zizi sekarang ke dapur, ambil handuk kecil terus dicelupin ke air dingin, abis itu diperas dan ditempel ke dahi kakak" Pinta Shani,

"Udah gitu aja ci?" Tanya Azizi,

"Iya, kalau dalam waktu satu jam panasnya belum turun, gak ada cara lain kalian harus skin to skin biar demamnya turun sayang"

"Hah? Apa ci?"

"Skin to skin zizi"

"Gimana tuh?"

"Kamu buka baju kakak, buka baju kamu juga, terus kamu peluk kakak, itu bakalan ampuh banget buat nurunin panas"

"Harus gitu ci? Gak ada cara lain?"

"Gak ada, karena disitu gak ada obat obatan kan, jadi hanya itu caranya"

"Tapi ci-"

"Kenapa? Itu kan kakak kamu, gapapa dong tidur sambil dipeluk"

"Yaudah zizi coba kompres dulu ci"

"Besok pagi kalau masih demam tinggi kabarin cici ya, biar cici bawa ke rumah sakit"

"Iya"

Azizi mematikan telfonnya lalu beranjak mengambil alat alat yang sudah dibilang oleh Shani tadi, ia mengambil handuk kecil lalu mengambil air dingin di dalam sebuah wadah.

Dengan telaten Azizi meletakkan handuk itu di kening Chika. Ntah kenapa mata Azizi memanas, rasanya ia ingin menangis melihat kakaknya yang biasanya sehat kini terbaring lemah sambil merintih.

"dek, dingin" ucap Chika lirih,

"Sabar ya, ini lagi dikompres" Ucap Azizi, lalu tangan sebelahnya terulur menaikan selimut Chika sampai leher untuk mengurangi rasa dingin yang Chika rasakan.

Sudah hampir satu jam berlalu namun suhu panas di tubuh Chika belum juga turun, Azizi semakin bingung dibuatnya. Jujur saja dia sangat merasa khawatir saat ini, walaupun rasa kecewanya terhadap Chika sangatlah besar tapi bagaimanapun juga Chika adalah kakak kandungnya, kakak yang sangat ia sayangi dari masih kecil sampai sekarang rasa sayang itu tidak pernah berubah. Bedanya, sekarang rasa sayang itu hanya tertutupi oleh rasa kecewa dan gengsi yang amat tinggi.

Shimai (END) Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin