"Akkhhhh! Hah! Hah! Hah...!" Sunghoon terbangun kaget sambil memegang lehernya. Rasanya ia seperti kehabisan napas karena tenggelam.

Napasnya tak beraturan, kemudiam mengusap wajahnya secara kasar. Lalu melihat ke sekelilingnya setelah deru napasnya lebih stabil.

Ini bukan kamarnya. Ruangan kecil tanpa jendela dengan satu single bed dan nakas, dengan nuansa serba hitam. Seperti di dalam penjara tapi lebih baik.

Sunghoon lalu beranjak dari ranjangnya dan mencoba membuka pintu yang sayangnya terkunci.

"Haloooo..." panggilnya.

"Ada orang di luar?" Kali ini ia meninggikan suaranya dan mengentuk- ngetuk pintunya.

"Tolong siapa saja, bukakan pintunya!"

Lagi-lagi sepertinya tak ada jawaban.

"Halooooo." Teriaknya, kali ini sambil memutar-mutar kenop pintu.

"Shibal!" Umpatnya kesal lalu menendang pintu.

Sunghoon masih berdiri di dekat pintu, sampai seseorang membuka pintu dengan cepat tanpa sempat ia menghindar.

Brakk!

"Adududududuhhhh...!" Ringisnya begitu pintu kayu itu mengenai pelipisnya.

"Siapa suruh berdiri depan pintu." Seorang lelaki jangkung masuk dengan muka masam.

Sunghoon hanya merengut memegang pelipisnya.

"Duduk," perintahnya.

Dan entah mengapa sudah ada 2 kursi di dalam kamar.

"Ini di mana?" Tanya Sunghoon begitu pantatnya menempel pada kursi.

"Kenalin gue Riki, divisi HRD."

"Apa? Tapi gue ga lagi ngelamar kerja tuh."

Riki hanya menatapnya tajam, lalu ia membuka tablet pad-nya.

"Park Sunghoon, 27 tahun. Meninggal tenggelam karena bunuh diri meloncat ke sungai Han, 31 desember 2020 pukul 23.45 KST."

"Jadi beneran gue udah meninggal?" gumamnya tanpa rasa kaget.

"Apa ini neraka?" tanyanya lagi. Ia yakin ini bukan surga mengingat tempatnya yang seperti penjara dan dia bukan lah orang baik.

"Bukan. Bisa dibilang ini batas antara dunia dan akhirat."

"Hmm... jadi kapan gue masuk neraka?"

Riki langsung memukul kepala Sunghoon dengan tablet-nya. "Pengen banget masuk neraka emangnya?"

"Bukan gitu..." Sunghoon mengusap-usap kepalanya yang sakit.

"Karena bunuh diri, lo ga bisa masuk Nirwana. Jadi jiwa lo bakal terluntang-lantung di sini.

Tapi, kalo lo berbakti pada Dewa dengan menjadi malaikat mautnya, maka Beliau akan mengabulkan satu permintaan lo. Salah satunya dengan berreinkarnasi."

Sunghoon mengangguk-angguk.

"Berapa lama gue harus jadi malaikat maut?"

"Itu tergantung berapa lama lo selesaiin tugas sebagai malaikat maut."

"Hmmm... oke gue mau!" Sunghoon setuju. Toh daripada jiwanya berterbangan tidak tentu arah, lebih baik jadi malaikat maut, pikirnya.

"Oke. Tolong tanda tangani dokumen kontrak kerja di sini." Riki menyerahkan tablet-nya.

"Jaman sekarang bahkan alam baka memiliki tablet dan perjanjian kontrak kerja ya." Sunghoon terkekeh sambil membubuhkan tanda tangannya.

Riki hanya mendelik lalu mengambil kasar tablet-nya.

"Berarti tidak digaji?"

"Tidak. Di sini uang tidak berguna."

"Lalu hari libur?"

"Cuti tentu aja ada. Jumlahnya disesuaikan berdasarkan tingkat senioritas di sini."

"Hmmm..."

"Kalo udah ga ada yang ditanyakan lagi, sekarang kita keruangan database."

"Untuk apa?"

"Untuk menghilangkan semua ingatan lo di dunia."

"Oke." Sunghoon menurut tanpa banyak tanya, karena memang dia ingin menghilangkan semua ingatan menyakitkannya di dunia yang membuat hatinya sesak hanya dengan mengingatnya.

"Satu lagi," Riki berhenti sebelum benar-benar keluar dari ruangan itu.

"Dilarang ikut campur dengan urusan manusia."

Sunghoon mengangguk, lalu mengikuti Riki ke divisi database untuk menghapus semua ingatannya di dunia.






.

.
.
.




"Riki, lo udah senior dong?"

Riki hanya melirik sebentar ke arah Sunghoon.

"Enak ga kalo udah senior?"

"Hmm."

"Riki, kenapa lo masih jadi malaikat maut? Lo ga pernah ngerjain tugas ya?"

"Aarggghhhh! Berisikkk! Gue bukan kayak lo! Gue dari brojol udah jadi malaikat maut! Puas lo?!" Riki berteriak kesal dengan pertanyaan-pertanyaan Sunghoon.

"Iya, iya maaf. Galak amat."


.
.
.
.
.
.
🕴🕴🕴
.
.
.
.
.
.

TBC

"I'm no longer in your world

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"I'm no longer in your world. You and all fade into the abyss. This cruel sentence I face, oblivion."

LIVE A LIFE AS A GRIM REAPER | SunghoonWhere stories live. Discover now