#5

224 30 2
                                    

"aku... Pasti mimpi kan?" Ujar lemah Yujin masih tak percaya dengan apa yang di hadapinya saat ini. Dia berdiri tegak dan mendorong tubuh Yeonjun begitu kuat seolah tersadar bahwa ini tak masuk akal.

"Kamu ini siapa? Stalker ya?" Yujin menodong Yeonjun dengan kata kata tersebut.

"Stalker?" Yeonjun bingung.

"Itu bajuku kamu dapat darimana?" Yujin menunjuk baju piyama pink miliknya yang di pakai oleh Yeonjun. Belum sempat pria itu menjawab, Yujin menarik narik bajunya berusaha melepaskan kain itu dari tubuh Yeonjun.

Pria itu kebingungan dengan sikap Yujin hingga akhirnya dia berlari kesana kemari di kejar Yujin yang berusaha menangkapnya.

Yujin terus mengejar Yeonjun yang berlari ke sana kemari, mencoba menangkapnya. Dia tidak bisa mempercayai apa yang terjadi dan merasa seperti sedang bermimpi. Yujin terus berteriak dan menuduh Yeonjun sebagai stalker karena mengenakan piyama pink miliknya.

Di dapur, suasana menjadi semakin kacau karena Yujin dan Yeonjun saling berlari dan berusaha mengejar satu sama lain. Meja makan terlihat berantakan dengan piring-piring yang terjatuh dan makanan yang berserakan di lantai. Bunyi langkah kaki dan suara teriakan mengisi ruangan, menciptakan kegaduhan yang mencerminkan kebingungan dan kepanikan mereka. Cahaya dari lampu dapur menyinari adegan ini, menciptakan bayangan yang bergerak cepat di dinding. Suasana tegang dan penuh ketegangan terasa di udara, seolah-olah waktu berhenti sejenak di dapur ini.

Yeonjun berhenti mendadak, membuat Yujin terjatuh karena menabrak punggung Yeonjun. Dengan tatapan marah, Yujin mengacungkan sutil ke arahnya.

"Kau! Bagaimana bisa masuk ke rumahku?" ujar Yujin dengan nada tajam.

Yeonjun menatapnya dengan tegas. "Kau membawaku pulang!" jawabnya tegas.

Yujin frustasi dan berteriak, "Berhentilah main-main!" Dia menghela napas, merasa bingung dan pusing.

Hidungnya masih terasa mampet karena flu yang semakin parah.

"Siapa namamu?" tanya Yujin, mencoba mencari tahu lebih banyak tentang Yeonjun.

Yeonjun yang tadi tegang, kini lebih santai dan duduk di depan Yujin. "Yeonjun," jawabnya sambil menaikkan alisnya.

Yujin terkejut melihat gerakan bibir Yeonjun yang menunjukkan taring panjang. Dia mundur sedikit dan bertanya, "Itu... Apa yang ada di mulutmu?"

Yeonjun hanya mengangkat alisnya bingung, sambil memegangi bibirnya.

"Kamu sedang cosplay vampir?" tanya Yujin sambil tertawa.

"Cosplay apa? Aku memang seorang vampir," jawab Yeonjun, membuat Yujin tertawa terbahak-bahak.

"Aduh... Jangan terlalu banyak menonton filmnya, aigo..." Yujin bangkit dari duduknya dan pindah ke sofa di ruang tamu. Dia menyalakan televisi sambil memakan buah yang telah dikupas oleh Yeonjun sebelumnya.

Yeonjun perlahan mendekati Yujin dan duduk di sofa seberangnya.

"Berapa umurmu?" tanya Yujin, mencoba mencari tahu lebih banyak tentang Yeonjun.

"1025 tahun," jawab Yeonjun dengan tegas, membuat Yujin semakin geram.

"Ku bilang jangan main-main!" bentak Yujin frustasi.

"Kenapa kamu terus berkata-kata bahwa aku sedang main-main? Aku serius!" Yeonjun mempertahankan pendiriannya.

Yujin menatap Yeonjun dengan kesal dan menggelengkan kepalanya. "Kau pikir aku bodoh? Mana ada manusia yang berumur seribu tahun?!"

"Aku sudah bilang, aku bukan manusia!" Yeonjun menyatakan dengan mantap.

"Hah... Terserah apa yang kau katakan!" Yujin merasa lelah dan memilih untuk diam.

Setelah pertengkaran mereka, suasana menjadi hening sejenak di ruangan itu. Yujin dan Yeonjun saling diam, membiarkan ketegangan mereda. Mereka duduk di sofa, menatap layar televisi yang terang di depan mereka.

Dalam keheningan itu, suara dari acara TV mengisi ruangan. Yujin dan Yeonjun larut dalam menonton, terbuai oleh cerita yang sedang diputar. Suasana yang tenang dan damai membuat mereka melupakan perselisihan sejenak. Mereka terdiam, mata mereka terpaku pada layar yang penuh warna.

Setelah keheningan yang sejenak terjadi, Yujin memutuskan untuk memecah keheningan dengan sebuah pertanyaan yang tajam. "Hei tuan vampir! Kenapa kamu di sini? Apakah kamu diusir oleh ayah ibumu?" tanya Yujin, mencoba mencari tahu lebih lanjut tentang situasi Yeonjun.

Yeonjun menunduk dengan sedih saat menjawab, "Sebenarnya, iya." Jawabannya membuat Yujin terkejut.

"Oh ya? Kamu diusir? Kenapa?" tanya Yujin, ingin mengetahui alasan di balik pengusiran Yeonjun. Dia berpikir bahwa mungkin Yeonjun adalah seorang remaja yang bandel dan diusir oleh orang tuanya, seperti yang sering terjadi di Seoul.

"Aku melanggar peraturan yang cukup fatal," jawab Yeonjun dengan nada menyesal.

Yujin mengangguk, mencoba memahami situasi Yeonjun. "Dimana rumahmu?" tanya Yujin, ingin tahu apakah Yeonjun memiliki tempat tinggal yang aman.

Yeonjun menggelengkan kepala dengan ragu, "Kurasa rumahku cukup jauh dari sini."

"Seberapa jauh? Apakah di Daegu?" tanya Yujin, menekan Yeonjun untuk memberikan informasi lebih lanjut.

"Aku tidak tahu dengan pasti," jawab Yeonjun dengan rasa tidak yakin.

"Bagaimana kamu bisa tidak tahu? Kamu harus mengingatnya," kata Yujin, mencoba membantu Yeonjun mengingat jalan pulangnya.

"Untuk apa aku harus mengingatnya?" tanya Yeonjun bingung.

"Aku akan mengantarkanmu pulang! Orang tuamu pasti sedang menunggumu!" ujar Yujin dengan tegas.

"Aku belum bisa pulang sekarang," kata Yeonjun dengan suara rendah.

"Kenapa?" tanya Yujin heran.

"Aku harus menunggu bulan purnama agar bisa sepenuhnya menjadi vampir," jawaban tak terduga dari Yeonjun membuat Yujin tercengang.

Yujin mulai merasa bahwa Yeonjun mungkin saja orang yang tidak waras. "Yeonjun, jangan main-main. Ayo, aku akan mengantarmu pulang!" ujar Yujin sambil berdiri dan mencari mantelnya.

"Sudah kukatakan, aku belum bisa pulang!" Yeonjun berdiri dengan kesal.

"Kamu akan tinggal di sini sampai kapan? Kamu harus sekolah besok, kan?" Yujin mencoba memaksa Yeonjun untuk pulang.

"Yujin! Aku sudah bilang aku bukan manusia!" Yeonjun ngotot.

"Baiklah, tuan vampir. Ayo, aku akan mengantarmu pulang. Kamu harus sekolah besok," ujar Yujin akhirnya mengalah.

Yeonjun menatap Yujin dengan intensitas yang membuatnya bergidik ngeri. Aura yang terpancar dari Yeonjun membuat Yujin merasa takut. Pupil merah Yeonjun memancarkan cahaya yang membuat Yujin semakin ketakutan.

"Apa kau pikir aku sedang bercanda, Ahn Yujin?" Suara serak Yeonjun membuat Yujin mundur selangkah.

Suasana di luar tiba-tiba berubah menjadi hujan lebat. Lampu di rumahnya mati secara tiba-tiba, meninggalkan kegelapan. Hanya cahaya redup dari lampu tenaga surya di jalan yang menerobos masuk melalui jendela.

"Aduh... Apa aku lupa membayar tagihan listrik?" pikirnya cemas.

Yujin menatap Yeonjun yang masih terlihat aneh, lalu melepaskan mantelnya.

"Tunggu sebentar di sini, aku akan mengambil lilin," ujar Yujin sambil berusaha meninggalkan Yeonjun.

"Ahn Yujin! Apakah aku harus memberitahumu jika aku merasa haus?" Suara Yeonjun tiba-tiba berubah menjadi seram, membuat Yujin merasa takut.

Langkah kaki Yeonjun perlahan mendekati Yujin dan berdiri tepat di belakangnya. Yujin tiba-tiba merasa terpaku, seolah kakinya terikat di tempat. Yeonjun yang berada di belakangnya perlahan menyibakkan rambut pendek Yujin, memperlihatkan leher yang terbuka.

"Kurasa aku ingin minum sekarang," ujar Yeonjun sambil berbisik di telinga Yujin.

____________
SOON
____________

THE FOX ✓Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon