“Piak, makasih ya. Kalo kamu maksa buat dengerin curhatan aku, kita ke apart aja yuk, aku ceritain semuanya di sana.” Ucap Salma.

“Okayy, ayo kita caw.” Novia bersemangat, lalu membereskan isi tas nya karena beberapa barangnya masih tergeletak di meja. Begitupun Salma, ia membereskan semuanya. Salma senang, ia bisa mengandalkan Novia dalam keadaan apapun. Novia pun selalu tau isi hatinya tanpa diberitahu. Semesta sangatlah baik karena mengizinkan Novia hadir di kehidupan Salma sebagai sahabat dan sudah seperti kakak baginya.

***

Sesampainya di apart, Salma memilih untuk membersihkan dirinya dahulu. Sedangkan Novia sudah merebahkan tubuhnya di sofa menunggu Salma selesai. Apart Salma memang sudah seperti rumah kedua bagi Novia.

Sekarang giliran Novia untuk mandi, ia memutuskan untuk menginap malam ini. Besok juga hari Sabtu, jadi mereka bebas untuk mengobrol selama apapun. Tentunya hal itu disambut dengan senang hati oleh Salma. Selama Novia mandi, Salma memutuskan memesan gofood untuk makan malam mereka nanti.

Saat ini Salma dan Novia sudah duduk berhadapan di sofa saat ini, mereka sudah siap untuk girl’s talk.

“So gimana? Ayo keluarin yang selama ini kau pendam semuanya.” Ucap Novia mengawali obrolan di antara keduanya.

“Gimana ya, haha.” Tawa miris Salma terdengar.

“Gimana apanya? Tentang Rony ya?” tebak Novia.

Salma diam, wajahnya ia tundukkan lalu mengangguk.

“Ceritain dulu semuanya biar lega dan aku juga biar bisa analisis permasalahannya dimana.” Ujar Novia.

“Oke deh. Jadi gini Piak, akhir-akhir ini aku sama Rony ribut aja terus, kek ada aja hal kecil yang bisa bikin kita debat. Udah 2 minggu ini juga kita ga ketemu, chat juga udah ga ada nyawanya. Ya aku tau dia sibuk di sana, aku juga ga bisa nuntut dia harus ada terus buat aku kan. Aku ngerasa hubungan kita ya gini-gini aja, jalan di tempat. Tau sih emang dari awal jatohnya hts kan ya atau apa lah terserah, hahaha.”

Salma diam sejenak, ia merubah posisi duduknya, bersandar pada sofa dan pandangannya sekarang lurus ke depan. Novia tetap diam bersabar menunggu kelanjutan cerita Salma.

“Pas awal sih kita sepakat buat berjuang bareng ke arah yang serius, tapi gatau deh aku jadi sedikit ragu sekarang. Bukan ragu sama Rony, tapi sama keadaan kita ini. Aku sempet nanya bang Neyl kan, lagi sibuk ngerjain apa di label. Terus bang Neyl bilang lagi ngeproduksi lagu kedua buat talent mereka yang udah naik namanya, dia juga bilang kalo Rony keliatan lagi stres banget sekarang karena banyak tuntutan dari berbagai pihak, belum lagi ada problem yang terjadi. Rony lebih sering ngabisin waktunya di kantor bahkan ga jarang sampe tidur di sana katanya.”

Mata Salma sudah berkaca-kaca, pelupuknya sudah basah.

“Pas tau itu sih yang bikin sedih, Rony ga ceritain masalahnya ke aku, dan aku sekarang malah tau kondisi dia dari orang lain. Padahal selain komunikasi, saling percaya juga yang selalu kita pegang. Tapi dari sini jadi buat aku mikir, apa Rony ga percaya kalo aku bisa jadi pendengar yang baik dan penawar rasa lelahnya. Dia ga bisa express his feelings. Dia ingin selalu terlihat baik-baik aja, ingin selalu jadi tempat buat aku pulang, tempat aku bertumpu dalam kondisi apapun, tapi dia lupa kalo aku juga bisa jadi rumah yang selalu nerima dia dalam kondisi hancur sekalipun. Rony ga mau terlihat lemah, dia ingin jadi jagoan yang selalu bisa aku andalkan.”

Air mata sudah berhasil lolos dari kedua mata Salma. Masih dengan posisi tadi, kini ia menangis tanpa suara. Novia yang di sebelahnya mengusap lengan Salma tanpa suara, ia masih menunggu sahabatnya selesai dengan ceritanya.

“Tapi imbas dari ini semua adalah hubungan kita sekarang yang bercelah, komunikasi yang tadinya jadi kunci malah hilang entah kemana perginya. Kek ngerti ga sih Piak, aku ada waktunya malem buat bisa telepon atau video call sama dia, sedangkan tiap malem dia masih ngerjain urusan kantornya gitu. Aku tetep ngertiin dan ga pernah maksa buat telepon atau video call saat itu. Pas dia bisa, aku nya yang ga bisa karena kerja. Terus pas di weekend deh, aku bisa dia yang ga bisa lagi karena tetep ke kantor ngurusin kerjaannya.

Terus puncaknya sih kemarin malem, Rony video call tiba-tiba. Ya langsung aku angkat dong karena emang kangen banget sama dia. Pas liat mukanya sedih banget sumpah, keliatan banget mata lelahnya, rambutnya berantakan, pokoknya bukan kek Rony yang biasanya. Awalnya masih baik-baik aja, dia juga bilang minta maaf karena kesibukannya ini, aku berusaha ngerti. Tapi gatau kenapa aku tiba-tiba bilang kalau hubungan ini mau dibawa kemana, Rony kaget kan terus kita mulai debat kecil sampe akhirnya sama-sama emosinya naik dan udah deh video call ini dia matiin sepihak. Di sini emang aku yang salah karena ngga bahas secara langsung dan kondisinya udah malem, kita sama-sama lagi lelah. Sampe sekarang ga ada chat ataupun telepon lagi dari dia. Aku pun ga mau hubungin dia dulu, biar kita sama-sama tenang, ga tau sampe kapan.”

Salma menghembuskan nafasnya berat, air mata pun masih terus keluar tanpa diminta.

“Aku jadi mikir apa selama ini cuma jadi beban buat dia ya, dan aku ga terlalu penting buatnya. Apa dia cuma tertarik sama aku di awal doang, overthinking ini nyiksa banget sumpah, aku gatau, aku bingung harus gimana. Hubungan ini ga bisa gini aja. Baru 2 minggu gini tapi aku ngerasanya lama banget, dan ga sanggup kalo gini terus. Aku sempet ada niatan bakal samperin dia besok ke Jakarta, tapi pas aku pikir ulang kayanya bukan waktu yang tepat. Dengan adanya aku di sana takut malah nambah beban pikiran dia, ngurusin kantor sama ngurusin hubungan dia sama aku yang lagi ga baik-baik aja.”

Salma kembali menatap Novia, tubuhnya ia hadapkan lagi ke arah sahabatnya.

“Udah beres ceritanya, lebay ya? Hahaha. Sorry ya, makasih juga udah mau dengerin semuanya.” Salma masih dengan tawa mirisnya, ia pun masih berusaha menghapus air mata yang ada.

Novia tersenyum, ia menggeleng menanggapi ucapan Salma yang mengatakan cerita dirinya lebay.

“Ini kenapa lagi air mata keluar terus, kan udahan sedihnya, ah elah hahaha.” Salma berusaha menghentikan tangisnya, tangis tanpa suara kadang lebih menyakitkan. Salma termasuk tipe yang jika sudah menangis, tidak bisa diprediksi kapan air matanya akan berhenti keluar.

Take your time, habisin dulu aja sedihnya, keluarin dulu semua air matanya.” Ucap Novia, menarik Salma ke dalam pelukannya. Diperlakukan seperti itu, Salma membalas pelukan sahabatnya masih dengan tangis yang ada.

***

Halo haloo, aku kembali lagii.

Gimana part ini? Semoga feel nya sampe ya ke kaliann.

Kalo boleh, kalian komen apapun yaa xixi, bacain komentar kalian bikin aku nambah semangat buat lanjutin cerita inii.

Sehat selalu semuanyaa✨️🤍

SwastamitaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin