Two

572K 25.9K 1.9K
                                    

               

Gue pun berjalan ke arah seperti yang diperintah oleh cowok tadi. Baru aja gue mau buka pintu Ruang Kepala Sekolah, tiba-tiba ada seorang cowok yang nabrak gue dari belakang. Pintu Ruangan pun terbuka, dan Gue jatoh tepat dikaki OM FIRMAN.

Wah bener-bener nyari masalah ni cowok sama gue. Gue langsung berdiri dan menatap ke-arah cowok itu sambil berkacak pinggang. "Maksud lo apa ngedorong-dorong gue, hah? Gak seneng sama gue?! Ngomong langsung dong kalo berani!" Bentak gue dengan kesal, sedangkan cowok itu natap gue dengan datar. Kampret ni orang. Minta kena gibeng kali ya?!

"Ehem. Vita Clairine dan Vito Bramantio, silahkan duduk." Ujar Om Firman yang tiba-tiba udah duduk dikursinya. Dengan malas gue duduk dihadapannya diikuti oleh—siapa tadi namanya? Vito? Wait—kok mirip sama nama gue ya? Jangan jangan kita jo—mblo! Hah, gaklucu. Okesip.

"Vita Clairine. Anak dari Pevita dan Reyno." Ujar Om Firman seraya menatap kertas yang gue gatau itu kertas apaan. "Apa kabar kamu Vita?"

"Alhamdulillah sesuatu. Kabar aku baik kok om. Jangan nanya gitu deh, ntar aku baper." Canda gue ke Om Firman sambil terkekeh.

"Cabe." Umpat Vito dengan pelan tapi gue DENGER itu.

BRAK!

Gue menggebrak meja yang membuat Om Firman dan Vito kaget seketika.

"NGAJAK RIBUT BANGET YA LU JADI ORANG?! BELUM PERNAH KENA GIBENGAN GUE, HAH?!" Teriak gue sambil melotot ke-arah Vito.

Vito menatap gue dengan malas sambil mengelus dadanya. "Lo kalo ngomong biasa aja dong. Jangan bikin orang kaget. Kalo misalnya Pak Firman sakit jantung terus tiba tiba dia isdet gara-gara denger teriakan lo, gimana? Berabe urusannya!"

"Lah? Kok lo malah nyolot? Ngajak berantem? Ayo! Gue ladenin." Kata gue sambil  berdiri ke-atas kursi dan menaikkan lengan baju yang panjang itu ke atas siku.

"Ehem." Deham Om Firman sambil menatap gue dengan tatapan silet. Mati gue.

"Oke Om oke. Selow oke." Gue pun kembali duduk. Dan sekilas menatap Vito dengan sinis. Ya, bisa gue akuin kalo muka Vito itu enak dipandang tapi kalo mukanya datar banget malah bikin gue mules. Oke oke. Gue emang bohong. Muka Vito kalo datar tambah... cool. Puas?

"Jadi, masalah apalagi yang kamu buat sampe sampe di Drop Out di Sekolahmu sebelumnya?" Tanya Om Firman ke gue.

"Nge-rokok di Ruang Kepala Sekolah." Jawab gue dengan tersenyum bangga.

Keadaan yang hening menjadi semakin hening.

"Ada yang salah?" Tanya gue dengan bingung. Harusnya Om Firman bangga dong menerima siswa yang pernah merokok di Ruangan Kepala Sekolah. Itu adalah kejadian langka yang sangat sangat rugi untuk dilewatkan.

Gue gak gila kok. Cuma kurang waras aja. Hehehe.

"Pasti lo cuma ngarang doang kan? Nge-rokok di Ruang Kepala Sekolah? Bener bener nyari mati." Sahut Vito sinis. Ini si Vito boleh gue bungkus bawa pulang pake karet dua gak? Ngeselin amat jadi orang.

"Ngarang kucing lu nungging! Ya enggak lah."

"Kok bisa? Gimana ceritanya?" Tanya Om Firman.

"Jadi gini, Aku kan dipanggil tuh ke Ruang Kepala Sekolah. Terus Pak Kepala Sekolahnya itu izin dulu ke aku mau ke Toilet. Yaudah, karena aku baik, Rajin ke club, dan imut, aku izinin deh. Eh taunya aku udah nunggu setengah jam, Pak Kepala Sekolahnya gak nongol-nongol. Karena bosen, baru aja aku ngeluarin satu batang rokok, dia langsung muncul tiba tiba kek jelangkung. Terus yaudah, aku langsung di Drop Out deh. Keren kan?" Jelas Gue sambil tersenyum  sombong.

"Sarap." Celetuk Vito yang bikin tangan gue refleks menyentil bibir dia.

"Iya, sama-sama." Kata gue dengan senyum Lima Jari. Sedangkan Vito mengusap bibirnya tetap dengan tatapan sinis. Awh, so cute.

Om Firman hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ya dia ngerti lah sifat gue kaya gini turunan dari siapa. Hahahaha.

"Yasudah. Vito tolong antarkan Vita ke kelas 11 Ipa 1."

--00--

Gue udah sampai di depan Kelas 11 Ipa 1.

Vito membuka pintu kelas dan langsung masuk. Gue mengikuti Vito dari belakang. Gue menatap keadaan Kelas dengan tatapan wat de fak?!

Om Firman bener bener pinter milih Kelas untuk gue. Disini. Dikelas ini. Anak muridnya Kutu Buku, SEMUA. Dan gue yakin, belum seminggu gue udah mati kebosenan gara gara tiap hari ngeliat mereka baca buku mulu.

"Selamat pagi." Sapa Vito dengan nada formal. Semua murid memandang bingung ke-arah gue.

"Pagi." Balas mereka dengan serentak.

"Dikelas ini ada anak baru, silahkan perkenalkan dirimu." Vito melotot waktu Gue hampir ketawa ngeliat Vito ngomong dengan nada formal gitu.

"Ehem. Hello, perkenalkan nama gue Vita Clairine, pindahan dari SMA Merah Putih. Makasih." Kata gue memperkenalkan diri secara singkat.

"Lo duduk di—kursi belakang. Pojok. Sendirian." Setelah mengucapkan itu, Vito berlalu keluar dari kelas.

Gue duduk di kursi belakang? Udah biasa.

Pojok? Udah biasa.

Sendirian? Nah ini yang luar biasa.

Hiks.

Setelah gue duduk, mereka semua melanjutkan kegiatan mereka yaitu membaca. Dan gue disini Cuma bisa bengong. Gue kangen kelas gue yang dulu. Kelas yang selalu dangdutan tiap pagi. Kelas yang selalu ribut. Kelas yang banyak kasur, jadi bisa tiduran. Kelas yang sering bolos bareng-bareng. Kelas yang sering dihukum bareng-bareng. Dan semua biang kerok di kelas itu ya gue. Gue komandan dikelas itu alias Ketua Kelas. Tetapi semuanya hancur gara gara Pak Supritno, Kepala Sekolah yang bikin gue didepak keluar sekolah.

Huh.


25 Juni 2015, Kota Jambi.

Bad Girl vs Ketua OsisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang