“Hahaha lucu banget Diva, jadi pengen ketemu. Tapi aku juga kadang suka lakuin hal random kek gitu, cocok sih ya keknya aku sama adik kamu, hahaha.” Ucap Salma.

“Hahaha yakin cocok sih kalian, nanti ya, soon kamu ketemu keluarga aku.” Balas Rony.

“Kamu tunggu sini ya, aku beli dulu. Selusin cukup kan?” tanya Salma lagi, sambil akan berlalu namun tangannya ditahan oleh Rony.

“Kebanyakan, nanti Diva kesenengan. Beli 5 aja cukup, makan banyak manis ga terlalu bagus kan. Sebentar.” Rony melepas tangan Salma lalu mengambil dompetnya, mengeluarkan 2 lembar uang seratus ribu dan mengulurkannya ke Salma.

ßalma dia memperhatikan Rony. Ia tidak menyambut uang yang Rony berikan. “Apa sih, asal kamu tau aku juga punya uang. Udah tunggu di sini.” Salma berlalu meninggalkan Rony, Rony hanya diam melihat punggung Salma yang membaur dengan kerumunan orang yang berlalu lalang.

Salma tidak mendengarkan Rony. Ia memesan 12 pcs roti, dan meminta 2 pcs untuk dipisah karena akan langsung ia makan bersama Rony.

“Nih.” Salma mengulurkan bungkusan yang berisi 10 pcs roti, dan juga 1 pcs dalam kemasan kecil sama seperti miliknya.

“Makasih ya.” Rony menerimanya, Salma hanya mengangguk. Ia sadar ada yang beda dari Salma.

Sekembalinya dari membeli roti Salma hanya diam, memandang lurus ke depan dan sibuk memakan rotinya. Saat ini mereka duduk menghadap ke arah rel kereta. Rony pun ikut diam dan memakan rotinya. Suasana hening saat bersama Salma seperti ini paling Rony tidak sukai.

“Sayang, aku minta maaf ya soal tadi. Gimana ya jelasinnya, intinya aku ga bermaksud menyinggung kamu. Maaf ya aku udah salah, kamu jangan marah ya.” Rony memecah keheningan diantaranya.

Salma sudah selesai dengan rotinya. Ia menoleh ke arah Rony. “Aku ga marah, cuma ga suka aja. Sebelumnya kan aku bilang aku aja yang beliin, harusnya kamu tau kalo maksud aku bilang gitu ya aku akan beli pake uang aku sendiri. Tapi kamu malah ngasih aku uang. Aku tau maksud kamu baik. Selama ini juga kalo diinget-inget, diantara aku sama kamu yang lebih banyak ngeluarin uang kan kamu, dan aku ga terlaku suka tapi kamu selalu maksa kan.” Salma mengeluarkan isi hatinya.

“Aku tau, maaf aku ga ngerti tadi. Aku cuma mau menyenangkan kamu aja.” Balas Rony, menatap Salma dalam.

“Ga semua kesenangan aku bisa dibeli sama uang Ron. Contohnya sekecil tadi, kalo kamu ngizinin aku aja tadi beliin roti ‘o buat keluarga kamu tanpa ngasih uang kamu ke aku, itu udah bisa bikin aku seneng. Dalam hal ini, aku merasa masih bukan tanggung jawab kamu, begitupun sebaliknya. Kedepannya mungkin kita harus ngobrol lagi deh masalah ini, pas kita jalan atau makan, entah itu harus split bill atau gimana. Sekali lagi aku bukan ga suka kebaikan kamu, tapi aku ga mau aja kalo hal ini bisa jadi pemicu masalah suatu saat nanti. Aku juga minta maaf sama kamu karena ga terus terang selama ini, aku harap kamu bisa ngerti ya.” Penjelasan Salma, ia kembali memalingkan wajahnya fokus ke depan.

Rony sedari tadi fokus memperhatikan ucapan Salma. Pemikiran Salma selalu bisa menambah taraf kekaguman Rony kepadanya.

Rony menarik tangan Salma dan mengenggamnya, membuat fokus Salma kembali padanya. “Aku paham, kamu ga perlu minta maaf, tadi aku yang salah. Sebelum-sebelumnya juga aku ga peka kalo kamu ga nyaman tentang ini, maaf ya. Makasih juga udah bilang ke aku semuanya. Terus kaya gini ya, apapun yang menganggu pikiran kamu langsung bilang ke aku. Kita belajar lagi buat ngertiin satu sama lain ya.” Membalas semua ucapan Salma sebelumnya.

Salma tersenyum, ia mengangguk untuk merespon apa yang Rony ucapkan. Rony pun ikut tersenyum, dan mengusap puncak kepala Salma.

“Yaudah yuk pulang. Kita mau pisah di sini aja?” tanya Salma.

SwastamitaWhere stories live. Discover now