02.

61 5 1
                                    

"Siapa namamu?" Tanya Minho sambil lanjut meminum air putih.

"Verra." Jawabku singkat.

"Verra?" Minho mengangguk dan meletakkan gelasnya di meja samping kasurnya.

Minho kembali menatapku lumayan lama, aku menyadari-nya dan memalingkan muka-ku, sedikit malu.

Minho terkekeh.

"Sepertinya sudah saat-nya aku pergi, istirahatlah. Kamu terlihat kelelahan." Ucapku gugup sambil beranjak dari kasur.

Minho tersenyum "Sampai jumpa, Verra."

Aku membalas senyuman Minho sambil berjalan keluar dari ruang kesehatan.

Senyuman Minho masih terbayang dalam pikiranku, entah apa yang ku rasakan, hanya saja.. aku mulai berpikir dia cukup.. menarik. Baru kali ini aku merasakan rasa ini, padahal lingkungan sekitar ku adalah pria semua, namun kenapa aku merasakan perasaan aneh ini hanya pada Minho?

~

"Kau mencariku, Alby?" Newt berjalan mendekati Alby.

"Aku baru saja mendapat laporan dari Ben." Alby menunjukkan wajah seriusnya.

"Kenapa? Apa ada informasi baru soal kejadian pelari tadi?" Tanya Newt.

"Ya. Ben akhirnya mau berbicara." Alby menurunkan nadanya dan benar-benar serius sekarang. "Dia berkata, saat tadi Griever muncul dan menyerang Minho, Ben melihat seseorang ber-jas putih muncul dari sarang para Griever saat siang hari. Entahlah bagaimana ciri-cirinya. Namun sepertinya orang itu adalah wanita." Alby menjelaskan pada Newt.

"Apa kita harus menyuruh pelari untuk menyelidiki sarang Griever?" Newt mulai berpikir.

"Tunggu dulu. Dan kau tau? seseorang ber-jas putih itu memanggil nama seseorang. "Caverra" nama itu seperti tidak asing, kan?" Lanjut Alby.

Newt mengerutkan keningnya.
"Caverra? itu terdengar seperti.. Verra"

"Verra? dia juga kelihatan mencurigakan, mengapa mereka mengirimkan wanita di labirin yang penuh dengan pria?" Alby menjawab.

"Tapi semuanya tetap berjalan dengan normal jika ada Verra." Newt memasukkan tangan kanannya ke saku celananya.

"Kita tidak tau kedepannya, suruh Thomas dan pelari lainnya untuk menyelidiki sarang Grevier." Alby berdiri dan berjalan pergi.

Newt masih terdiam di tempat, Berpikir apa yang akan terjadi pada Verra.

~

Verra duduk diam sambil bersandar di pohon, sepertinya Verra sangat suka bersandar di pohon. Menatapi langit-langit yang biru dan matahari yang cerah. Verra tiba-tiba memikirkan lagi soal Minho dan membayangkan hal yang terjadi kemarin di ruang kesehatan.

Verra mulai sadar dengan apa yang di pikirkannya dan langsung berlari menuju ruang kesehatan. Entah apa yang dia pikirkan sekarang.

Newt sedang membantu Gally dan tidak sengaja melihat Verra berlarian. Newt hendak mengejar dan memanggil Verra namun dihalangi oleh Gally.

Verra membuka pintu ruang kesehatan, dia melihat dokter sedang memeriksa Minho, Minho duduk di kasurnya menghadap dokter. Pandangan dokter berpindah ke diriku, dokter bertanya "Apa kau masih merasa kesakitan, Verra?"

Aku tidak menjawab pertanyaan dokter, Minho menatapku sambil terkekeh sedikit. Aku berdiri diam di depan pintu, membeku. "Astaga, sebenarnya apa yang aku lakukan?".

"Aku hanya ingin memeriksa luka-ku." Kataku sambil gugup, mencoba mencari alasan.

Dokter mengangguk mengerti lalu kembali menghadap Minho dan mengucapkan "Aku selesai memeriksamu, kamu boleh istirahat."

Dokter menyuruh-ku duduk dan mulai memeriksa luka bakar-ku kemarin. Sedangkan Minho berbaring sambil menatapku, itu membuatku semakin gugup.
"Ini sudah membaik, namun belum sembuh. Aku akan memberi salep, dan kau akan mengoles-kan salep itu sendiri setiap merasa panas atau perih, jadi kau tidak perlu bolak-balik ke ruang kesehatan." Dokter itu mulai menawarkan salep untuk luka-ku.

"Terimakasih." Aku menerima salep itu sambil tersenyum tipis pada dokter, aku mulai berdiri untuk keluar dari ruang kesehatan.

Sebelum aku keluar, aku berbalik untuk melihat Minho. Minho masih menatapku, aku langsung berbalik untuk keluar. Aku merasa sedikit.. tersipu.

Diluar, Newt sudah menungguku. Dia tampak gelisah. "Verra, bolehkah aku bertanya beberapa hal?" Newt bersandar di pohon sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

~

Aku dan Newt duduk di perapian, hanya ada keheningan. Akhirnya Newt memecahkan keheningan dan mulai bicara.

"Siapa namamu?" Tanya Newt.

Aku mengangkat alis, tidak mengerti maksud Newt.
"Kenapa bertanya? Tentu saja Verra.. apa kau lupa?"

Newt menghela nafas.
"Apa kau kenal Caverra?" Newt menatapku dengan serius.

"Caverra?.. nama itu terdengar tidak asing." Jawabku sambil mencoba mengingat.

"Caverra, itu terdengar seperti namamu." Newt berbicara lagi.

"Darimana kau mendengar nama Caverra?" Aku masih mencoba mengingat.

"Aku akan memberitahu-mu lain kali saja." Newt tersenyum. "Ngomong-ngomong apa luka-mu belum sembuh? kau baru saja keluar dari ruang kesehatan." Newt bertanya lagi.

"Ah iya, dokter memberiku salep." Aku menjadi teringat pada tatapan Minho tadi.

Newt tersenyum, kali ini sedikit lebar.

Aku mendengar suara angin yang menghembus kencang dari pintu labirin, hari sudah sore dan pintu labirin itu sudah tertutup rapat.

"Sebenarnya aku penasaran dengan isi labirin itu." Aku berkata lagi pada Newt sambil memandangi labirin.

"Isinya sangat mengerikan, seharusnya kamu tidak penasaran." Newt menjawabku sambil mengejek sedikit.

Aku tertawa.

Continue...

Interested at You | Minho × ReaderWhere stories live. Discover now