Rumah

131 9 0
                                    

Matahari pagi menyambut kota Bandung, seorang laki laki berjalan menuju kamar saudaranya dengan rambut yang masih berantakan, ia hanya menggunakan celana diatas lutut dipadukan dengan kaos putih, sesekali ia menguap, menyadarkan dirinya dari bunga tidur yang baru saja dialaminya.

Tok!Tok!Tok!

"Novan! Zaman! Bangun!" Suaranya serak,Tak ada jawaban, lantas lelaki itu kembali mengetuk pintu untuk beberapa kali.

"Novan! Zaman! Bangun!!" Ia sedikit meninggikan suaranya.

"Iyaaa Bangggg Mmmmaaarrsss___ bentaaarr laaggii" jawab Zaman malas dari atas kasur, matanya masih terpejam tidur dengan memeluk gulingnya.
Marsen yang penasaran langsung membuka pintu, saat pintu terbuka sontak Novan langsung bangun terduduk dengan rambut yang begitu berantakan, matanya masih terpejam, ia berusaha mengumpulkan kesadaranya dari alam mimpi.

Novan membuka mata melihat Zaman yang masih bergelung dengan gulingnya lalu memaksa Zaman untuk bangun, karena Zaman belum memasak sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul enam lebih, bisa kacau jika ia tidak segera bangun.
Mars tersenyum melihat tingkah adiknya, lantas langsung pergi menuju kamar yang lain setelah melihat salah satu dari mereka berdua bangun.

Marsen Lesmana adalah anak pertama dari ke tujuh saudaranya, pergertian, Abangable, suka semangka, kalau ketawa nular, receh meskipun terkadang  jayus, sangat supel, memiliki lesung pipi, dan sayang adik. Abang kesayangan Aksa.

Novan Rajendra, anak ketiga dari tujuh saudaranya, ia sangat rajin daripada saudara saudaranya yang lain. Pintar, manis, paling anti dengan makanan matcha, suka nge-gym ataupun olah raga yang lain. ia pernah mengajak Zaman untuk bersepeda 50 km, belum sampai setengah jalan Zaman sudah lelah dan akhirnya Zaman berbalik arah meninggalkan Novan yang bersepeda sendiri, tanpa sepengetahuan Novan. 

Novan baru menyadari ketika ia mendekati titik awal bersepeda, saat ia menoleh kebelakang tak ada Zaman akhirnya Novan berinisiatif untuk menghubunginya, awalnya Zaman bilang ia masih tertinggal jauh, Novan percaya, tapi ketika panggilan hendak diakhiri, Novan mendengar suara khas Aksa, dan bodohnya Novan bertanya kepada Zaman lagi, padahal itu sudah jelas suara Aksa yang khas, sedangkan Zaman hanya tertawa karena dapat membodohi Novan yang pintar itu.

Juna Zaman, anak ke lima dengan suara deepnya, pintar memasak, sangat anti pada makanan yang mengandung strawberry. Petakilan, banyak polah, Bak ibu dalam keluarganya, bahkan hingga Marsen mengatakan perempuan yang mendapatkan Zaman tidak akan menyesal. Meskipun banyak polah dan petakilan. tapi kelebihanya adalah pintar memasak dan sangat suka anak kecil, jadi bisa saja dibabu untuk mengurus anak ataupun memasak.

"Zaman! Bangun! Lu belum masak!__" omel Novan pada Zaman dengan separuh kesadaranya, Novan mengguncang badan Zaman agar ia terbangun, suaranya begitu serak rendam. Zaman hanya berpindah posisi lantas tidur kembali.

Novan mendengus kesal dan akhirnya pergi keluar sembari memegangi kepalanya yang pusing. Semalam ia begadang hanya untuk menonton pertandingan bola bersama saudara saudaranya, dan rata rata dari mereka bangun kesiangan hanya karena menuruti usulan seorang dari saudaranya, yang bernama Aksa.

Dan pada akhirnya Aksa tertidur sebelum pertandingan dimulai hingga pagi, padahal yang mengajak nonton Aksa, tapi dirinya sendiri malah tertidur hingga pagi. Novan sangat menyesal begadang hanya untuk menonton sepak bola, kalah pula!. Untuk seorang Novan yang rajin belajar, menurutnya itu sangat membuang waktu.

Satu persatu mereka terbangun keluar menuju ruang tengah untuk mengumpulkan nyawa. Alta bangun berjalan dibelakang Chandra dengan mata yang masih terpejam berpegangan tangan Chandra, dan terakhir yang datang adalah si bungsu Aziz dengan membawa boneka alien berwarna hijau favoritnya disusul oleh Marsen. Marsen mengabsen adik adiknya, kurang  dua anak, ia mengedarkan pandanganya mencari.

AksaraWhere stories live. Discover now