14- pesantren itu adem

Start from the beginning
                                    

Selesai doa, Gus Zidan langsung membuka kitabnya dan melangsungkan aktivitas ngajarnya.

Skipp ngajar...

Sembari menunggu suaminya pulang ngajar, Haura nonton drakor sambil tertawa kecil.

Ponselnya berdering, Haura melihat nama yang tertera di dalam layarnya itu. Tertampang jelas nama 'Nayot' buru buru ia mengangkat telfon dari sahabatnya itu.

📞"Hay, Naya. Ap kabar?" teriak Haura, reflek Naya di balik sana menjauhkan ponselnya dari telinganya karna suara cempreng Haura.

📞Naya berdecak kesal "Lo bisa gak sih, kalo ngomong itu pelan gausah teriak teriak. Suara lo kayak towak masjid tau gak" omel Naya.

📞"Hehehee, maaf cintakuu" ucap Haura cengengesan.

📞"Ihh geli Ra, gue dengernya. Oh ya suami lo mana?" tanya Naya.

📞"Lagi ngajar" jawab Haura.

📞"Ada apa nih, tumben nelfon?" tanya Haura kepo.

📞"Kenapa gak boleh gue nelfon sahabat sendiri?".

Haura terkekeh pelan mendengar itu. Sahabatnya itu gampang kepancing.

📞"Jadi, gini Ra. Gue mau nanya sama lo, lo jadi gak kuliah bareng gue?" tanya Naya.

📞"Emm, kalo soal itu gue harus ngomong mau dulu sama suami gue, boleh atau gak nya" jawab Haura.

📞"Iyadeh Ra, gapapa. Lo harus nurut apa kata suami lo, faham?".

📞"Iya iya, bawel banget".

Setelah cukup lama mengobrol, penggilan keduanya pun terputus, mereka sudah menyalurkan rasa rindunya satu sama lain.

Haura melirik jam yang ada di atas nakas, ia tidak tau kapan suaminya itu selesai ngajar. Haura rasanya sangat bosan menunggu, ia pun beranjak dari atas kasurnya dan berjalan keluar kamar ingin mencari sesuatu agar bisa sedikit ngobatin rasa bosannya.

"Haura" panggil abi Ahmad dari belakang. Haura pun membalikkan tubuhnya menatap sang mertua.

"Iya abi? ada apa?" tanya Haura, gadis itu memanggil sebutan abi sama dengan suaminya.

"Kamu mau kemana? dan suami kamu dimana?" tanya abi Ahmad.

"Ee, Haura gak mau kemana mana bi, kalo Gus Zidan lagi ngajar" jawab Haura mulutnya terasa kaku saat memanggil suaminya dengan sebutan Gus.

Disisi lain, Gus Zidan sudah selesai ngajarnya ia buru buru pulang ingin menemui istrinya.

"Assalamualaikum" salam Gus Zidan.

"Waalaikumsalam" jawab abi Ahmad dan Haura.

Gus Zidan tersenyum kecil, saat melihat istri dan abinya berbincang kecil.

"Baru pulang nak" ucap abi Ahmad.

"nggeh bi" sahut Gus Zidan ia menyalimi abinya.

Haura mengambil tangan Gus Zidan dan menyaliminya lembut, laki laki sedikit terkejut dengan sikap Haura yang tidak biasanya. Tapi, ia juga seneng di sikapin begitu oleh istrinya.

"Haura, Zidan abi pamit dulu ya mau ke asrama" pamit abi dan diangguki oleh kedua pasutri itu.

Kini tinggal Haura dan Gus Zidan disana, keduanya saling pandang.

"Masya Allah, cantik banget kamu kalo pake hijab gini" puji Gus Zidan sembari merapikan rambut Haura yang sedikit keluar.

"Biasa aja" balas Haura, gadis itu pura pura tidak salting padahal aslinya salting parah.

"Semoga istiqamah ya cantik" ucap Gus Zidan.

Blusss.
.
.
.

"Apa kamu sudah sepunuhnya mencintai saya, Haura?" tanya Gus Zidan.

Saat ini Haura dan Gus Zidan berada di bawah naungan pohon besar di sekitar area pesantren yang sepi dari santri.

"Gak tau" jawab Haura bingung, ia bingung dengan perasaannya saat ini. Disisi lain ia tak bisa ngelupain Rendy tapi perlahan Haura mulai merasa nyaman di deket Zidan.

"Saya mencintai kamu lillahi ta'alla, Haura" ucap Gus Zidan ia menggenggam tangan istrinya erat.

Tak ada jawaban apa apa dari Haura, gadis itu cuma diam entah mengapa ia sangat merasa beruntung bisa mendapatkan suami seperti Zidan.

Memang awalnya ia tidak menyukai laki laki itu bahkan cara pakaiannya pun ia juga tidak suka, tapi sekarang berbalik Haura malah menyukai laki laki yang berpakaian sarung, ternyata memakai sarung dan memakai hijab itu tidak se norak itu. Malahan Haura merasa sudah nyaman memakai hijab dan mulai suka dengan penampilan suaminya yang makin hari makin keche dengan segala motif sarungnya.

"Gimana, menurut kamu suasana pesantren?" tanya Gus Zidan.

"Lumayan enak, dan adem" jawab Haura.

"Berarti kita sering sering nginep disini" ucap Gus Zidan.

Haura berdiri dan melangkah ke depan menuju bunga yang tumbuh disana, ia memetiknya satu dan menghirup bau wangi bunga itu.

"Bunga ini beruntung, sejak kecil ia sudah tumbuh di kalangan pesantren yang sangat indah dan adem ini, sedangkan aku baru mengenalnya. Saking asiknya dengan dunia luar, aku sampe tidak mengenal dunia dalam yaitu pesantren" ujar Haura, ia menatap bunga itu dengan senyuman kecil.

____________________________________________________

Terima kasih yang sudah membaca sampe akhir💖
.
.

jangan lupa vote and komen dan follow akun wattpad ini yaa🙏🏻💖

~follow akun instagram aku: isme_aynaa
~follow akun tiktok aku: imauthornazkiww
.
.

okee segitu ajaa, lovee youu babayy💖💖

author madura

Imam untuk hauraWhere stories live. Discover now