14- pesantren itu adem

1.3K 33 9
                                    

Tidak ada yang mustahil didunia ini, kalo Allah sudah berkehendak semua pasti bisa. Termasuk menghalu jadi istri seorang gus.

-Haura Hanania Atthallia-
.
.
.

⚘️⚘️⚘️

Haura baru saja dari dapur, selesai memasak untuk mertua dan suaminya ia pun kembali ke kamarnya. Saat membuka pintunya, mata Haura dikejutkan oleh pemandangan punggung Gus Zidan yang tidak memakai penutup apa apa cuma pake sarung. Reflek Haura berteriak sambil menutup matanya dengan kedua tangannya.

"Aaaaa, mama mata Haura ternodai" teriak Haura.

Gus Zidan menoleh ke belakang dengan dahi yang dikerutkan, ia memasang kaos putihnya sekaligus jas hitamnya dan berjalan ke arah istrinya. Gus Zidan menarik tangan Haura dari wajah yang menutupinya, menatapnya dengan tatapan lekit membuat Haura mundur selangkah.

"Ada apa, sayang? kenapa berteriak?" tanya Gus Zidan lembut.

"Lo kenapa gak pake baju sih! mata gue kan jadi ternodai" jawab Haura kesel. Laki laki itu hanya terkekeh pelan.

"Maaf, tadi baru selesai mandi" ucap Gus Zidan.

Dengan wajah keselnya Haura meninggalkan Gus Zidan ia berjalan ke arah kasurnya.

"Saya, izin mau ngajar dulu ya sayang" Gus Zidan berjongkok di bawah istrinya yang duduk di pinggiran kasurnya. Tak ada sahutan dari gadis itu.

"Di izinin gak?" tanya Gus Zidan lembut.

"Terserah" jawab Haura ketus.

"Gimana, sebagai minta maaf saya nanti pas pulang ngajar. Kita keliling area pesantren?".

Hanya deheman kecil yang keluar dari mulut Haura sebagai jawaban. Gus Zidan tersenyum manis kepada istrinya.

"Kalo begitu saya pamit dulu ya, sayang. Assalamualaikum" Gus Zidan mencium kening Haura cukup lama, tapi gadis itu tidak memberontak sama sekali.

Jujur saja Haura sudah mulai nyaman dengan perlakuan Gus Zidan terhadapnya, apakah ini yang dinamakan cinta akan tumbuh kalo tiap hari bersama?

"Waalaikumsalam" jawab Haura pelan.

Gus Zidan berlalu pergi dari sana, menutup pintu nya pelan.

   Baru saja Gus Zidan melangkahkan kaki di halaman asrama putri suara gemuruh dan sorotan tertuju padanya, entah apa sebabnya. Gus Zidan tak meresponnya ia tetep berjalan dengan wajah datar dan pandangannya lurus ke depan, padahal tadi sama Haura wajah laki laki itu full senyum.

Suara berisik dari kelas itu tiba tiba jadi senyap saat Gus Zidan memasukinya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh" salam Gus Zidan.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wa barakatuh" sahut mereka serompak.

Di dalam ruangan itu semuanya penuh dengan santri putri, tapi meski begitu Gus Zidan tidak pernah memandang mereka dgn pandangan di luar batas. Ia juga tidak pernah berbicara kalo tidak penting dan kalo bukan tentang pelajaran.

"Baca doa" titah Gus Zidan.

Semua santri itu menadahkan tangannya, dan membacakan doa secara bersama dan kompak.

Imam untuk hauraWhere stories live. Discover now