0.2

464 38 1
                                    

10 tahun kemudian.

"Megumi, apa yang kau lakukan? "

Megumi yang terkejut dipanggil Uraume bergegas menyembunyikan sesuatu dibelakang badannya lalu menatap Uraume.

"Ti-tidak ada hehehe" Ucap Megumi

"Apa yang kau sembunyikan? " Tanya Uraume

Megumi pun menunjukkan sebuah gambar Megumi dan Uraume yang sedang bersama. Uraume yang melihat itu terharu dengan hadiah kecil Megumi.

"Uraume udah kayak orang tua bagi gumi. Uraume selalu kasih maem, selalu ajak main, ajarin Gumi belajar, pokoknya semua deh! "

Uraume terharu dengan perkataan Megumi. Namun, ia tak melihat gambar Sukuna didalam gambar itu.

Uraume pun bertanya kepada Megumi.

"Tuan Sukuna nya mana? "

Megumi mendengar itu memasang wajah kesal.

"Tau ga sih Uraume—San? Suku—Sama itu nyebelin banget! Masa Gumi lewat doang ditatap tajem, kan Gumi gaada bikin salah sama dia?! Kayak punya dendam aja deh" Ucap Megumu menggerurmenggerutu

Uraume hanya tertawa dengan jawaban Megumi.

"Engga kok, itu tandanya tuan Sukuna sayang kamu"

"Ih Uraume—San bisa aja ngibulnya"

Saat mereka berdua asik tertawa tiba-tiba Sukuna masuk ke dalam kamar Megumi.

"Apa yang kalian lakukan? " Tanya nya

Megumi langsung menoleh kearah Sukuna, dengan tatapan kesal ia me jawab

"Ih emang diajak?"

"Hey tengil, kurang hajar sekali kau. Aku adalah raja kutukan, kau harus tunduk pada ku! "

Megumi hanya memberi Sukuna melet lalu mendiamkan Sukuna.

"Sialan bocah ini... "

Megumi tak mau mendengar Sukuna, menurut ia Sukuna itu berisik dan sombong.

Tiba-tiba Megumi memasang wajah sedih lalu bertanya kepada Uraume.

"Uraume—San.. Dimana orang tua asli ku? "

Uraume terdiam, ia tak tega bilang kepada Megumi kalau dulu ia menemukan Megumi yang di buang di hutan ini.

"Lalu kenapa aku tak boleh keluar dari istana ini? Aku bosan Uraume—San"

Tuhan.. Tolong Uraume untuk mencari jawaban agar Megumi tak sedih. Lagi pula anak umur 10 memang sedang ingin taunnya.

"Oh, kami nemuin kamu di hutan. Kamu tuh anak pungut" Ucap Sukuna enteng

"T-tuan.. "

"Oh iya. yang kedua juga, kamu ga boleh keluar karena kamu tuh milik ku, paham tengil? " Ucap Sukuna denga  tekanan

Megumi yang mendengar jawaban pertama ia merasa sedih. Namun, saat mendengar jawaban kedua ia yang langsung memukul tubuh Sukuna dengan tangan kecilnya.

"Sembarangan! Nama aku tuh Megumi bukan tengil! " Ucap Megumi tak Terima

"Suka-suka ku lah, kamu gaada hak buat melarang ku Megumi. Anggap saja panggilan 'tengil' itu panggilan khusus ku untuk mu" Ucap Sukuna meledek

Megumi yang geram menggigit tangan Sukuna dengan kencang.

"Apa kau gigit-gigit? Gabakal sakit"

Megumi yang kesal menggembungkan pipinya.

"Humph! Aku gamau tau, pokoknya nanti aku 15 tahun boleh keluar istana titik! " Paksa Megumi

"Tengil banyak mau ya, gak boleh"

"Aku ga minta jawaban kamu! Pokoknya keluar" Ucap Megumi sambil ngambek ala anak kecil

Sukuna yang tak kuat mendengar ocehan Megumi puh menyerah dan meng-iya kan.

"Sabar.. Nanti juga ku makan anak ini"— Sukuna

"ASIKKKKK!!!! " girang Megumi sambil berlompat-lompat kecil

"Lucu juga si tengil"— Sukuna

"Kau boleh keluar istana tapi dengan syarat kau harus mencium pipi ku sebelum tidur" Ucap Sukuna

"Sialan apa yang ku katakan"— Sukuna

Megumi yang ingin keluar istana hanya meng-iya kan Sukuna.

"Benerkan? Janji loh! "

"Ck, iya tengil iya" Kesal Sukuna

"Hore!!!!! Sayang Suku—Sama! "

"..... "

Sukuna merasakan perasaan aneh didalam dirinya. Sepertinya ia mulai tertarik dengan 'makanannya' ini.

Ia terus-terusan memperhatikan wajah Megumi yang tersenyum senang saat diizinkan, Sukuna tersenyum kecil.

"Manis sekali... Apa jangan jangan aku- ah tidak dia adalah makanan ku. Aku tak boleh jatuh hati kepadanya" Gumam Sukuna

.

.

.

.

.

.

Tbc.
inpoin yang typo

My Human Food [ SUKUFUSHI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang