senjata

314 48 2
                                    

[Name] Pergi keluar dari rumah govaldorr, dia sedikit mengerinyit ketika melihat sekitarnya... Bukankah ini mondstadt?!!! sedang berada di perbatasan Starsnatch cliff dengan Thousand winds temple.

"Kukira luar rumahnya bakal seperti hutan, ternyata biasa saja toh" ucap [Name] bersweatdrop

[Name] berjalan membekali dirinya dengan tas dan Pisau dapur untuk berjaga - jaga jika ada Bahaya.

[Name] berjalan seperti biasa, namun tidak ada tanda-tanda bahaya. Dia segera ke kota monstadt untuk pergi menjauh dari Xiao dan Albedo. Mereka itu menyebalkan.

" Kenapa tidak ada tanda-tanda mahkluk? Apa jangan-jangan tempat ini adalah ilusi?!" ucap [Name] , dia pun berlari sampai ke gerbang kota. Di depan sana ia melihat banyak orang mondstadt dengan suasana yang sama seperti biasanya. Sepertinya teori [Name] salah.

Namun sebelum menuju ke kota monstadt, [Name] dikejutkan oleh seorang yang tiba-tiba melompat salto didepannya.

"ohh ada orang?? Siapa kau?" Tanya seorang wanita berambut coklat dengan bando telinga kelinci merah.

"ohh aku??" tanya [Name] menunjuk dirinya sendiri

"Iya, kau mau ke pusat kota juga? Aku baru pertama ini melihatmu disini? Kau orang baru ya?" tanya orang itu

"Ahh iya namaku [FullName] " ucap [Name] memperkenalkan diri

"Ohh kau dari sana juga? Kebetulan ya! Aku Amber Sang outrider di Knight of Favonius. Kau orang baru ya? Atau pengembara?" Ucap Amber

"Pengembara?? Apa maksudnya??"

"Pengembara itu orang yang berpetualang di negri teyvat, penampilan dan namamu itu menunjukan kau bukan berasal dari daerah ini" ucap Amber

"Itu.. Sebenarnya aku sedang tersesat haha! Temanku membawaku kesini dan langsung pergi meninggalkanku" ucap [Name] dengan berbohong

"Ohh siapa nama temanmu itu? Mungkin aku mengenalinya" Ucap Amber

"Ahh namanya Albudi sama Xiao" ucap [Name] dengan memplesetkan nama 'Albedo'

"namanya rumit semua, Albudi?? Namanya mirip seperti Albedo ya" ucap Amber

"Ahh anda mengenal Albedo?"

"Tentu saja, Dia itu Alkemis di KOF , dia sering dijuluki sebagai pangeran kapur karena kepintarannya" Ucap Amber menjelaskan

"ouhh begitu, ahh iya kau bisa menghantarku ke kota monstadt?? Aku ingin kesana karena ingin bertemu penempah" ucap [Name]

Amber mengangguk, lalu berkata "Ikuti aku"

•••

Saat ini amber dan [Name] berada di tempat penempah di dekat gerbang pintu kota mondstadt. Amber berbincang-bincang dengan orang pandai besi bernama Wagner.

"Tuan, bisakah anda membuat senjata untuk teman saya ini?? Saya yang akan membayar untuk pembuatannya" ucap Amber. Duh aku jadi berhutang budi

"Aku bisa membantu kalau nona memberiku 3 iron chunk dan 1 Crystal Chunk untuk membuat senjata yang anda inginkan" ucap Wagner

"Ahh dimana cara mencari Bahan tersebut?" tanya [Name]

"Iron chunk biasanya tumbuh di bawah tebing yang lumayan tinggi, diluar kota mondstadt banyak sekali iron chunk" ucap wagner , [Name] mengangguk.

"Aku akan kesini besok, apakah anda bisa membuatnya dalam sehari?" tanya [Name]

"Bisa saja, namun biayanya mungkin sedikit lebih mahal"

"Yasudah tidak apa-apa biar aku saja yang menanggungnya. Ohh ya [Name] sampai jumpa esok ya! Aku akan menunggumu di Windrise, dekat patung dewa Barbatos" ucap Amber

"Baiklah, terimakasih sudah membayarnya, akan kuganti kapan-kapan. " ucap [Name]

"Ehhh~~ tidak perlu diganti loh, lagipula gajiku juga banyak jadi tidak masalah. Aku pergi dulu ya [Name], aku harus membasmi kemah Hilicurl dulu" ucap Amber

"Ahh iya sampai jumpa lagi" ucap [Name] melambaikan tangan

'yahh dia pergi, aku kemana lagi ya kali ini?' batin [Name] melihat para Npc- maksudnya, warga sedang berlalu-lalang menjalankan aktivitasnya

"Hahh balik aja deh, mau minta tolong sama albudi buat nyari iron chunk" Gumam [Name] bermonolog, padahal sebelumnya ia mau mengabaikan albedo sehari

~~~

Saat di perjalanan menuju rumah Govaldorr, [Name] dikejutkan oleh seseorang yang menghalangi jalannya.

"Venti? Kenapa kau disini? Dan bagaimana pakaianmu bisa aneh sih" ucap [Name] berkerinyit heran. Pasalnya Venti memakai pakaian seperti seorang 90-an dengan Topi baret dan bunga cecilia, dia malah terlihat lebih seperti wanita.

"Maaf, Kita baru bertemu. Dan bagaimana kau tahu namaku?" ucap Venti dengan tatapan aneh

"Kau melupakanku huh?! Padahal kau sering menempel padaku tahu!" ucap [Name] meninggikan suaranya satu oktaf karena dia sedang sedikit emosional.

" Maaf nona mungkin kau butuh pengobatan mental" ucap Venti

"Kau mengataiku gila huh?!" kata [Name] seolah tidak terima

" Tidak kok! Hanya saja kau butuh perawatan medis, mungkin aku bisa membawamu ke Barbara"

"Maaf tidak minat, pergi sana" ucap [Name] malas menanggapi

"Aku akan menyingkir setelah kau mengucapkan namamu" Ucap Venti menggoda [Name]

"Aku tidak punya nama, tolong menyingkirlah!" ucap [Name] sudah dongkol dengan Venti satu ini

"Mana mungkin gadis semanis dirimu tidak punya nama, ayolahh " ucap Venti memohon

"Namaku Cece, puas kau?! " ucap [Name] mendorong Venti agar menyingkir dari jalannya, lalu berjalan untuk pulang .

"Oke Cece! Aku akan mengingatnya"

"Tidak perlu mengingatnya, karena itu bukan namaku" ucap [Name] dari kejauhan, namun masih didengar Venti

"Hehe~ Semoga kita bertemu lagi"

ASRAMA GENSHIN IMPACTWhere stories live. Discover now