III. Sebuah Nama

185 40 34
                                    

Perhatian! Ini adalah fiksi semata! Isinya mungkin tidak akurat dengan kebudayaan dan tradisi yang ada, karena penulis mengubahnya agar sesuai dengan alur cerita. Mohon maaf jika terdapat kesamaan nama dan tempat.

Lee Heeseung : Mahendra Cokrokusumo
Yoo Jimin/Karina : Sekar Andari
tokoh-tokoh lain : OC

***

Sebuah Nama

***


Pergundikan adalah suatu praktik di masyarakat yang berupa ikatan hubungan di luar perkawinan antara seorang perempuan (disebut gundik) dan seorang laki-laki dengan alasan tertentu. Alasan yang paling umum biasanya adalah karena perbedaan status sosial, ras, dan agama. Praktik ini lazim ditemukan pada masa kolonial Belanda dulu, tapi juga tak jarang ditemukan di masyarakat dengan sistem hierarki lain.

"Kasihan ya pak, takdirnya tidak seindah parasnya" budhe Asih menyetujui pendapat suaminya.

"Mau bagaimana lagi, di masa-masa sulit seperti ini orang-orang banyak kehilangan hati nurani bu. Apapun akan dilakukan asal bisa mendapatkan uang, walau harus mengorbankan keluarga sekalipun. Bapak sadar, Jarwo itu orang yang jauh lebih susah dari kita. Anaknya banyak, dan dia juga harus membesarkan Sekar, mungkin akhirnya dia jadi gelap mata" sambung pakde Anto.

Mereka memang hidup di masa-masa sulit, dimana mayoritas penduduk desa sangat mengandalkan pertanian untuk bisa melanjutkan hidup. Di zaman ini, para anak perempuan yang sudah memasuki usia pernikahan ke atas memang banyak yang dijual oleh orang tuanya ke tempat Nyi Ratih. Alasannya tentu saja karena tidak sanggup menafkahi, mereka dianggap beban, tenaganya kecil sehingga tak cukup kuat untuk bekerja di bidang pertanian dan kalau pun tetap memaksa bekerja hanya akan digaji sedikit.

Tingkat pendidikan yang sangat rendah serta tidak adanya ketersediaan sekolah membuat keadaan semakin parah, anak-anak perempuan itu dibesarkan tanpa tau membaca atau menulis. Mereka semua hanya di nilai berdasarkan paras, jika wajahnya cantik maka pasti harganya mahal. Jika beruntung maka mereka bisa menjadi istri dari orang-orang terpandang di desa, atau juga bisa menjadi seorang gundik.

Tapi itu juga belum tentu, sebab jika jadi gundik memang akan menikmati hidup enak yang berkecukupan tapi tetap saja akan diperlakukan semena-mena ketika pemiliknya sudah bosan.

Apapun di lakukan asal dapat menaikkan taraf hidup orang tua atau walinya, Disini posisi gundik memang lumayan terpandang, tapi resikonya sangat besar karena jika istri sah mau maka seorang gundik bisa di singkirkan kapan saja.

"Dulu ibu kira gundik itu posisi yang sangat hebat karena bisa hidup mewah dan mentereng, tapi setelah melihat bagaimana nyi Ratih dibuang begitu saja oleh juragan Darman ibu jadi kasihan" budhe Asih terlihat menundukkan kepalanya, mengingat kembali kejadian paling menghebohkan dua puluh tahun silam.

Kejadian dimana nyi Ratih yang saat itu memiliki posisi sebagai simpanan dari juragan Darman, diusir oleh istri sah pria itu. Awal mulanya saat menjadikan nyi Ratih gundik, juragan Darman belum menikah. Tapi saat ia menikah, tentu istri sahnya yang sama-sama orang berada tidak sudi jika harus berbagi dengan gundik.

Memang tidak sedikit yang masih mempertahankan simpanan meski istri sah sudah mengetahuinya, tapi sialnya bagi nyi Ratih tidak demikian. Juragan Darman memilih istri sahnya, ia menuruti permintaan wanita itu untuk mengusir nyi Ratih dari rumah dan tidak lagi berhubungan dengannya. Alhasil sang simpanan jadi terlunta-lunta sendirian, terbuang dan jadi bahan omongan orang satu desa.

"Kasihan dengan nyi Ratih?" pakde Anto bertanya, ia sepertinya tidak percaya dengan apa yang telah ia dengar dari mulut istrinya itu.

"Iya.." jawab budhe Asih sambil mengangguk.

Lengkara TresnaWhere stories live. Discover now