Atau tidak boleh juga? batin Maryam nyengir.

Zhafran mengembuskan napas. Dia dan istrinya berbeda sudut pandang. Meski berasal dari panti asuhan yang sama, Zhafran kemudian diangkat anak oleh seorang Syeikh di Magelang, dan disekolahkan di pesantren milik Syeikh itu hingga lulus lalu Zhafran berguru ke Syeikh lainnya di Mesir. Semua guru-gurunya, mengajarkannya berpegang teguh pada syari'at.

Sementara Maryam sekolah madrasah di dekat panti asuhan, hingga diangkat anak oleh keluarga kaya raya di Magelang. Maryam dikuliahkan di universitas umum meski berbasis pendidikan agama Islam. Nyaris Maryam akan dijodohkan dengan pria lain, sebelum Zhafran datang dan melamarnya.

"Panggil Rayya. Aku mau bicara dengannya di ruang tamu," kata Zhafran.

Tak lama kemudian, anak dan bapak itu duduk berhadapan di ruang tamu. Rayya nampak gugup dan malu. Dua cangkir teh panas telah disajikan Maryam di meja. Minuman untuk menemani percakapan mereka.

"Apa yang membuatmu berpikir Bapak akan mengizinkan kalian video call-an?"

Pertanyaan pertama Zhafran, sukses membuat Rayya keringat dingin.

"Apa karena kamu melihat komunikasi semacam itu biasa dilakukan oleh keluarga Syeikh Yunan?" lanjut Zhafran sambil melipat tangan.

Rayya menelan ludah. Ekspresinya nampak malu, seperti ketahuan isi pikirannya.

Zhafran mengembuskan napas. "Dengar, Rayya. Syeikh Yunan adalah seorang berilmu, tapi dia berbeda dengan ulama kebanyakan. Dia berasal bukan dari keluarga penuntut ilmu. Dan latar belakangnya, membentuknya menjadi Syeikh Yunan yang kita kenal sekarang.

Meski Bapakmu dan Syeikh Yunan berbeda dalam menyikapi interaksi dengan sesama, kami saling melengkapi. Almarhum Ustaz Ilyasa sebenarnya sedikit lebih ketat secara syari'at dibandingkan dengan Syeikh Yunan, tapi tetap berbeda dengan kita.

Ada hikmah dari perbedaan di antara muslim. Seandainya Syeikh Yunan bergaul secara kaku menurut sudut pandang orang kebanyakan di zaman ini, maka Syeikh Yunan mungkin tidak akan memiliki pengikut sebanyak sekarang. Terutama pengikutnya dari golongan yang tadinya di luar Islam.

Tapi, Syeikh Abdullah punya maksud menempatkan keluarga kita di sini. Kita ada di sini untuk mendampingi mereka. Berkhidmah pada keluarga Lham. Menasehati mereka jika mereka memerlukannya, tanpa kehilangan hormat terhadap mereka.

Dan kelak nanti, insya Allah keturunanmu dan Raihan, akan meneruskan tugas Bapak mendampingi keturunan Syeikh Yunan."

Rayya menegakkan pandangan, menatap bapaknya dengan rona malu di wajahnya. Dia dan Raihan kelak akan punya keturunan? Berarti, mereka kelak benar-benar akan menikah? Sebenarnya, membayangkan menunggu Raihan pulang tiga setengah tahun lagi, membuat Rayya khawatir Raihan akan melirik wanita lain di sana.

"Ya. Keturunan kalian nanti insya Allah akan mewarisi cincin ini," kata Zhafran menunjukkan cincin di jarinya.

"Dan Bapak sudah bicarakan hal ini dengannya. Jangan khawatir. Dia tidak akan melirik wanita lain. Terpikir pun tidak."

Rayya menutup mukanya yang terasa panas. Zhafran melihat putrinya dengan tatapan datar, sebelum tersenyum maklum. Bagaimanapun, Rayya adalah gadis remaja yang jatuh cinta.

"Jadi, embanlah tugas ini dengan rasa syukur. Tegakkan syari'at. Jaga dirimu dengan baik. Kelak pewaris cincin mata sembilan, akan kamu kandung di rahimmu. Didiklah keturunanmu kelak untuk menegakkan syari'at. Jaga marwahmu sebagai muslimah. Milikilah haya (rasa malu) yang besar.

Jika kamu rindu padanya, kirimkanlah Al Fatihah dan do'a. Sebaik-baik do'a, adalah do'a yang dilantunkan diam-diam tanpa diketahui orang yang dido'akan."

ANXI EXTENDED 2Where stories live. Discover now