33. Kabar Gembira

159 12 2
                                    

Ares marah, saat Rere menyebut kata cerai. Entah kenapa dari dalam dirinya merasa tidak terima. Mungkin dulu memang Ares memiliki rencana, setelah Rere memberikan keturunan, ia akan menceraikan Rere agar bisa bersama Raisa. Namun sekarang, semua terasa berbeda. Ares tetap ingin Rere berada di sisinya, tapi di sisi lain ia juga belum bisa melepaskan Raisa. Jika berkata, apakah Ares mencintai Rere, sepertinya tidak. Ares hanya merasa, lama-kelamaan ia terbiasa dengan kehadiran Rere di sisinya.

Pagi ini, meskipun Rere masih merasa kecewa dengan kalimat Ares, hingga membuat pria tidak terima saat dirinya menyebut kata cerai, Rere tetap melakukan tugas istri sebagaimana mestinya. Seperti, menyiapkan sarapan untuk Ares, sebelum pria itu berangkat kerja. Rere ikut bergabung untuk sarapan. Namun, saat ia hendak menyiapkan sesendok nasi dan potongan udang dengan bumbu saus padang ke dalam mulutnya, sontak saja Rere berdiri sambil membekap mulutnya dan langsung ke kamar mandi yang jaraknya tidak jauh dari meja makan.

Ares yang melihat itu tidak tinggal diam. Pria itu ikut berdiri dan mengambil langkah lebar, menyusul Rere.

Terlihat Rere muntah, Ares dengan sigap menyingkirkan rambut Rere, membawanya ke belakang agar tidak kotor. Lalu memijit pelan tengkuk Rere. “Perlu ke dokter?” tanya Ares saat Rere sudah merasa lebih baik dari beberapa menit lalu yang sedang terjadi.

Rere menggeleng, tanda ia menolak dibawa ke dokter untuk diperiksa. “Tidak perlu, aku yakin ini akan sembuh jika dibuat istirahat.”

Wajahnya yang putih terlihat semakin pucat, apalagi bagian bibirnya yang belum terpoles warna. “Tapi kamu terlihat sakit, Re.”

“Sungguh aku tidak apa-apa. Kak Ares berangkat saja ke kantor,” ujar Rere penuh pengertian. “Aku hanya perlu tidur, itu sudah lebih dari cukup, kak.”

“Tidak, aku akan menemanimu.”

Rere menatap Ares. Pria itu memang sulit sekali ditebak, membuat Rere bingung karena sikapnya. “Terserah kak Ares, aku ingin tidur.”

“Ya, tidurlah, Re.” Ares dengan sigap menyelimuti tubuh  Rere, sebelum beranjak pergi ia menyempatkan untuk mengusap kepala Rere dan memberikan kecupan singkat pada keningnya. Sedangkan Rere yang mendapat perlakuan hangat Ares yang tiba-tiba, hanya diam membeku.

Selama Rere tidur, Ares tidak pindah dari posisinya. Ia duduk di sisi Rere, sembari memandangi wajah wanita itu yang tertidur lelap. Sesekali Ares tersenyum, memandangi wajah indah Rere. Tidak membosankan untuk dilihat meskipun sedang tidur. Tangan kanannya terangkat, memberikan usapan-usapan lembut pada kepala Rere, lalu turun pada pipi Rere yang terlihat kemerahan. “Cantik,” gumamnya penuh kesadaran.

Egois memang jika Ares menginginkan Rere untuk tetap berada di sisinya. Membayangkan jika hidupnya tanpa Rere saja rasanya tidak bisa. Lalu, bagaimana jika itu terjadi? Meskipun ada Raisa. Tapi tetap saja, Ares tidak mau dan tidak ingin Rere pergi dari hidupnya. Hingga 1 jam berlalu, Rere membuka mata. Wanita itu tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat melihat jarak wajahnya dan Ares yang begitu dekat. Apalagi posisi Ares yang secara terang-terangan sedang menatap ke arahnya, tanpa berkedip. “Kak Ares?”

“Ya, Re? Menginginkan sesuatu?” tanya Ares dengan senyum manis di wajahnya.

Rere mengedipkan matanya. “Hm?”

“Menginginkan sesuatu?” tanya Ares mengulang.

“Minum.”

Ares mengambilkan segelas air putih di atas nakas, lalu membantu Rere bangun dari tidurnya untuk minum. Setelah itu kembali meletakkannya di atas nakas. “Merasa lebih baik?”

“Lumayan,” balas Rere menganggukkan kepalanya. “Makasih, kak.”

“Sama-sama, Re.”

Ares memberikan usapan-usapan lembut pada kepala Rere. Saat mereka sibuk dalam pikiran masing-masing membuat suasana menjadi semakin hening, tiba-tiba saja Rere bangun dari tidurnya dan langsung lari ke kamar mandi. Ares juga langsung menyusul, membantu Rere memijat tengkuknya. Hanya cairan bening yang keluar, tapi mampu membuat Rere lemas. Ares dengan sigap menahan tubuhnya agar tidak terjatuh. “Kita periksa,” ujarnya memutuskan. “Tidak ada penolakan, Re.” Lanjutnya tau jika Rere akan membuka suaranya, menolak.

Love Story: Ares And Rere (On Going)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon