29

109 10 1
                                    

Deep Talk

Edginee tahu cepat atau lambat semua luka dan kesakitannya harus di buka pada Enrico.

Entah ide dari mana, Enrico memaksa Edginee untuk camping dengan api unggun untuk menemani malam.

"Ini mah niat banget campingnya." celetuk Edginee sambil memperhatikan semua perlengkapan Camping mereka yang sudah siap. Dengan api unggun di depan tenda dan kursi meja dari kayu untuk mereka gunakan.

"Loh, camping jaman sekarang praktis kok. Ngapain di bikin susah."

"Idih, nggak berseni tau." Edginee memukul pundak Enrico, "Di kira tuh kamu ngajakin aku turun ke sungai dulu gitu baru bikin tenda."

"Duh, nanti-nanti deh." Enrico menggeleng tidak setuju. "Kemudahan hidup itu harus di syukurin Gi."

"Ini kita satu tenda?"

"Hooh. Kamu mau sisi kiri apa sisi kanan?"

Pertanyaan Enrico yang ambigu itu hanya di jawab gelengan kepala dari Edginee. Entah kenapa semakin mengenal Enrico, Edginee semakin mengelus dada melihat tingkahnya.

Enrico mencengir lebar melihat jawaban Edginee, "Maksudku, kita kan bobonya pake sleeping bag. Ya nggak masalah dong satu tenda. Lagian kalau kamu takut, tengah-tengahnya kasih tas aja."

"Kita makan apa?"

"Kamu mau apa?" Enrico mengeluarkan perbekalan makanannya dari tas ke atas meja. "Ada mie instan kuah sama goreng, pop mie, sosis, nugget, sawi, telur, bumbu instan kuah tom yum, nasi instan, sama marshmallow buat bakar-bakar cantik."

Edginee memang melihat ada kompor gas portable, panci, dan peralatan makan di sana. Entah Enrico yang menyiapkan atau pihak percampingan.

"Makan mie instan pakai telur enak kayaknya." gumam Edginee yang jelas di setujui Enrico.

"Bearti makan malam kita mie instan." pekik Enrico senang.

Sheila itu tipe Mama yang agak kejam soal makanan. Di rumahnya tidak pernah ada makanan instan dan frozen food. Sekalipun ada itu pasti buatan Sheila sendiri.

Karena itu sedari dulu, Stevanie, Enrico, dan Jessline paling suka kalau sudah di kasih mie instan.

~ Dream Wedding ~

Edginee memakan mie instan kuah dengan telur dan sawi. Sedangkan Enrico memakan mie instan kuah double dengan telur.

"Ternyata banyak juga yang camping hari biasa begini ya?"

Enrico mengangguk setuju, "Yang tendanya sebelah kita itu keluarga yang anaknya lagi libur sekolah. Mungkin musim libur sekolah kali ya makanya rame."

Edginee memang melihat ada beberapa keluarga dengan anak yang rentang usia 2 sampai 10 tahun di sekitar mereka.

Sekalipun tumbuh dalam keluarga yang harmonis dan sering belibur, Edginee tidak pernah camping dengan kedua orangtuanya. Elleonora alergi dengan udara dingin. Tidur di tenda di alam terbuka jelas cari penyakit.

"Kebetulan hari ini cuacanya bagus. Langit juga terang nih. Romantis banget nggak sih Gi?" goda Enrico.

Edginee melempar sebungkus marshmallow di depannya pada Enrico. "Jangan kasih contoh nggak bener! Banyak bocah loh di sini."

"Hahaha. . ."

Enrico paling suka menggoda Edginee.

~ Dream Wedding ~

Setelah makan dan membuat api unggun, Edginee dan Enrico memutuskan beristirahat di dalam tenda. Tetangga samping mereka sudah masuk ke dalam tenda dari pukul 8 malam tadi.

Edginee tidur di sebelah kanan Enrico. Di tengah-tengah mereka di batasi tas dan perlengkapan mereka. Jaga-jaga ada setan lewat dan mereka berdua tergoda.

"Seru juga ya camping gini. Nanti kita camping lagi yuk?" ajak Edginee senang.

"Hem. . ."

"Do?"

"Apa?"

Enrico tengah sibuk bermain game di ponselnya. Sedari tadi dia memang mendengarkan Edginee berbicara dan menanggapinya. Tapi tangan dan pikirannya masih fokus pada ponsel.

"Dulu banget, aku pengen nikah muda. Alasannya simpel sih cuman karena pengen jarak umur aku sama anak aku nggak jauh jadi aku bisa tetap ikutin perkembangan mereka. Dan Caiden mengiyakan. Dia ngasih semua konsep pernikahan sama aku. Aku yang dulu hidup di dunia satu warna jelas suka konsep pernikahan ala-ala putri."

"Dan sekarang?" tanya Enrico yang sudah menyimpan ponselnya.

Edginee menaikkan kedua bahu nya bersamaan. "Pernikahan sederhana yang cuman di hadirin temen dekat sama keluarga aja."

"Setuju!"

"Lah emang aku mau nikah sama kamu?"

"Lah emang ngapain kamu ngomong gini ke aku kalau bukan kode minta di lamar cepet-cepet."

Edginee menatap Enrico tidak percaya.

"Sebarnya aku mau aja sih nikah sama kamu cepet-cepet tapi urusan aku masih banyak. . ."

"Urusan apa?"

Enrico menghembuskan nafasnya perlahan, "Gabriel bilang sih urusan barisan para mantan. Aku harus beresin masalah Ranaya dan Mama terlebih dahulu. Juga masalah Papa yang dulu suka banget jodohin aku sama anak temannya."

"Tunggu bentar ya?" Enrico sudah pindah tiduran di samping Edginee dan memeluk Edginee. "Setelah urusan itu beres, aku pasti minta kamu sama Om Sandy kok."

"Kenapa?"

"Apa yang kenapa?"

"Kenapa harus beresin masalah mantan sih Do?"

"Supaya kita hidup tenang Gi. Aku nggak mau ada mantan aku yang datang ke kamu pas kita udah nikah atau sebelum nikah dan bilang aneh-aneh sama kamu." Enrico memainkan rambut Edginee. "Caiden bisa jadi contoh sih buat aku. Setidaknya kalau aku minta maaf sama mereka semua, mereka nggak akan bikin masalah sama kamu."

"Do?"

"Kalakuan masa lalu aku sama kayak Caiden. Aku juga suka tidur sama beberapa dari mantan aku. Aku juga suka kasih kebebasan mereka untuk keluar masuk apartemen atau perusahaan. Bahan beberapa dari mereka dulu aku kasih uang bulanan. Kemarin aku minta maaf sama mereka semua. Juga beresin masalah akses itu."

"Abian sama Gabriel lagi ngecek ulang, mantan-mantan aku yang masih bisa pakai akses aku ke mana aja."

Cukup dengan kasus Ranaya. Enrico tidak mau ada Ranaya-Ranaya yang lain yang menyatakan masih di hidupi Enrico pada Edginee atau Sheila.

"Tidur yuk. . ." Enrico mengusap puncak kepala Edginee sayang. Dalam hati dia selalu berdoa semoga Edginee memiliki hati yang luas yang tetap sabar dengan kelakuannya yang tidak jauh berbeda dengan Caiden.

~ Dream Wedding ~

TBC

J.F.E.L

Dream Wedding ☑️Where stories live. Discover now