6. Andam Karam

146 73 54
                                    

"Abangg plisss...Aku nggak mau tidur sama diaaaa..."

Arlan menghela nafas pelan,dari tadi adik perempuannya yang satu ini terus saja merengekkan hal yang tidak seharusnya,dan itu benar-benar menyulitkan Arlan.

"Dhira...abang mohon,ya? Untuk beberapa  minggu aja kok,sampai kamar Akasya  benar-benar udah selesai direnovasi. Kalau kamu nggak mau tidur sama Akasya,adek kamu itu mau tidur dimana,hmm?"

Akasya yang sedang fokus dengan makanan dihadapannya lantas menegakkan kepala saat merasa namanya terpanggil,kedua alisnya terangkat saat tatapan sang kakak melirik tajam kearahnya.

"Disofa bisa! Disemua ruangan dirumah ini bisa,asal jangan dikamar aku! Aku tetap nggak mau!"Ujarnya marah sembari berlalu pergi meninggalkan meja makan.

benar-benar kekanak-kanakan!

Manusia dihadpaannya ini sangat pantas dianggap sebagai seorang bocah tengik dari pada seorang kakak. Apa ada sosok kakak se-egois ini? Akasya bahkan banyak menemukan adik kakak yang sehari-harinya tidur berdua,sedangkan kakaknya? Jangankan tidur berdua,menumpang saja untuk sementara waktu dikamarnya tidak boleh.

Arlan menyugar rambutnya sembari menyandarkan diri pada sandaran kursi yang tengah didudukinya."Yaudah..Abang bisa apa kalau gitu?"

Akasya lantas menatap sengit arlan yang yang tampak sudah pasrah itu."Jadi maksudnya gue benar-benar tidur di sofa gitu?"

Arlan mengedikan bahu acuh."Mau gimana lagi? Kakak kamu itu kalau udah marah bakalan susah dibujuknya,jadi yaudah kamu aja yang ngalah."

Sumpah? Sebercanda ini kah hidupnya? Dari yang biasanya selalu diperioritaskan  kapan pun dan dimanapun oleh Rakhan,sekarang malah harus mengalah pada orang yang tidak seharusnya.

"Habiskan makanan kalian,abang mau lanjut kerja."pinta Arlan yang lantas juga meninggalkan meja makan.

"Anjir! tau gini mending gue nyewa apart atau tidur dihotel...bangsat!"

Akasya benar-benar kesal,sangat teramat  kesal.
Belum juga 24 jam dia menginjakkkan  kaki  dirumah kelahirannya ini,sudah banyak saja terjadi masalah sepele yang membuatnya muak setengah hati.

Akasya menelungkupkan kepalanya dikedua lengan yang dia letakkan di atas meja,gadis itu berusaha sekuat mungkin menenangkan emosi yang meluap di hatinya.
Hembusan dan tarikan nafas Akasya rasanya bisa membuat risih jika ada orang lain didekatnya.

Tunggu...

Orang lain?

Akasya menegakkan dengan cepat kepalanya kala menyadari jika dia masih belum sendiri dimeja makan sekarang ini.
Senyuman penuh harapan tercetak jelas dibibir Akasya.

Oke,untuk saat ini Akasya masih memiliki satu solusi lain yang walau dia rasa sedikit tidak memungkinkan.

"Aksyan?"

Akasya panggil dengan nada lembut cowok disampingnya.
Sesaat kemudian senyuman paksa terbit dibibir Akasya saat cowok yang sialnya mirip sekali dengan dia itu menoleh dengan tampang datarnya.

Ya,selain mempunyai seorang kakak dan dua orang abang,Akasya juga memiliki seorang kembaran yang hanya selisih 5 menit dengan dirinya.

Sesempurna itu hidup Akasya bagi orang-orang yang melihatnya,namun jika diminta untuk bertukar posisi sehari saja,siapa yang akan sanggup?

"Gue tidur dikamar lo,ya? Lo nya kan masih bisa tidur sama bang Arlan,nggak harus ti-"

"Nggak!"

Satu kata yang berhasil membangkitkan lagi emosi Akasya yang baru saja sempat hilang.

Drett

Akasya kembali melirik penuh amarah Aksyan yang mulai beranjak dari tempat duduknya.

"Sialan semua orang-orang disini! Brengsek! Gue nggak akan pernah lagi coba-coba  minta tolong kalian."

Menghebuskan nafas panjang,Akasya mulai meyakini dirinya sendiri,jika sekarang kehidupan nya yang penuh kenyamanan itu tidak akan pernah terjadi lagi.
Ya...hari-hari indah Akasya sudah lenyap mulai detik ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Senin(12 Februari 2024)
12.54

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti andam karam adalah hilang lenyap.

Anantara waktu (on Going)Where stories live. Discover now