PROLOG

10 3 0
                                    

Malam ini, malam yang begitu menyakitkan bagiku. Kejadian yang begitu cepat hingga membuatku tak bisa bergerak untuk berlari menjauh. Semua orang berduka, menangis meneriakkan mereka yang tidak dapat keluar dari sana. Berdoa meminta perlindungannya untuk mereka di sana.

Suara serena mobil ambulance mengiringi tangisan warga sekitar bahkan orang-orang bersenjata pun kala itu. Mereka menundukkan kepala.
Pada peristiwa malam ini, aku memandang langit-langit kemerahan. percikkan panas mulai membakar tubuh ku. Tangan ku tak bisa lepas, menggenggam erat sosok di sampingku yang sudah terlelap tidur. Dia begitu tenang, tak merasa terganggu akan teriakkan di luar sana.

Mataku menerawang jauh ke berbagai penjuru, meski yang kulihat hanya mayat yang separuh sudah tak terbentuk. Dibawah langit malam, tubuh ini sudah kehabisan tenaga. Suara napas mulai memendek, Manusia lemah seperti ku hanya bisa diam. Menunggu seseorang  menjemput ku.

Aku tidak menyesal. Tidak akan pernah menyesal akan pilihan ku. Bahkan jika diberikan kesempatan kedua pun, aku akan tetap memilih jalan ini.

Bapak, jangan menangis.

Pandangan ku buram, berat tuk mempertahankan kesadaran. Perlahan, kegelapan menemaniku.

Mengapa Kita Harus Dipertemukan? (Bagian I)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें