"Y"

Dhisti melanjutkan langkahnya, di teras sudah ada beberapa yang mengantri untuk tes kesehatan. Dhisti sendiri sudah diberi amanah untuk menghandle bagian tensi bersama satu ibu-ibu kader PKK.

Jadi di setiap pos pengecekan ada dua orang yang menghandle, satu anak KKN dan satu ibu kader PKK.

"Dhisti!" seru seorang lelaki yang baru datang.

Dhisti yang hendak mengukur tensi seorang lansia sedikit terkejut dan langsung mengalihkan pandangannya, "Esa, lo udah dateng?" lanjutnya.

Lelaki yang bernama Mahesa itu mendekat ke arah Dhisti, "Iya, gue harus kemana nih?"

"Biar saya saja mbak, itu temennya diantar dulu," sela ibu PKK yang sepertinya mengerti bahwa orang yang baru datang itu bukan dari dukuh sendiri.

"Makasih ya bu," ucap Dhisti seraya menyerahkan alat ukur tensi.
"Ayo Sa gue anter," lanjut Dhisti memimpin jalan karena tempat donor darahnya lewat pintu samping.

"Sorry ya gue ganggu tugas lo tadi," kata Mahesa tulus.

"Sans, enggak papa kok."

"Oh ya, kenalin nih temen sekelompok gue, Felix. Dia sefakultas sama kita lho, Dhis" ujar Mahesa.

"Oh ya?"

"Gue Felix, jurusan Ekonomi," ujar Felix mengulurkan tangannya berniat untuk berjabat tangan dengan Dhisti.

Dhisti membalas jabatan tangan dari Felix, "Dhisti, temen sekelasnya Mahesa."

"Proker lo udah jalan Dhis?" tanya Mahesa penasaran.

"Udah beberapa hari lalu, tempatnya disini juga."

"Kok di gereja? Emang proker lo berhubungan tentang keagamaan?" tanya Felix sedikit penasaran.

"Di dukuh ini enggak ada tempat yang proper buat ngadain acara yang audiensnya lumayan banyak, cuma di gereja ini yang lumayan. Katanya gereja ini juga biasa jadi tempat kegiatan warga dukuh sini kok,"

Felix dan Mahesa lantas mengangguk. "Proker lo sendiri gimana Sa?" tanya Dhisti balik.

"Masih minggu depan sih kalo proker gue, rencana gue bakal collab sama Felix juga."

"Tentang apa?"

"Kebetulan di dukuh daerah gue tinggal banyak warga yang punya usaha ikan yang buat dijual gitu, rencana gue sama Felix bakal bikin olahan dari ikan yang dikreasiin gitu supaya bisa dijual dengan bentuk yang lebih menarik."

"Wihh keren dah, semoga sukses deh," puji Dhisti sungguh-sungguh.

"Amiinn."

"Tinggal berapa proker yang belum jalan, Sa?"

Mahesa tampak sedikit berpikir, "Berapa ya Lix? 2 atau 3?" tanyanya ke Felix.

"3. Yang bikin perpus desa kan juga belum," jawab Felix.

"Oh kalian bikin perpus desa?" tanya Dhisti.

"Iya, kebetulan posko tempat tinggal kita itu kaya semacam markas buat kumpul anak karang taruna, ibu PKK, arisan atau kegiatan lain yang di desa itu. Jadi rencana kita mau buatin perpus mini gitulah di situ. Nah kalo lo atau temen-temen lo punya buku bacaan yang enggak kepake bisa disumbangin ke kelompok gue, Dhis" jelas Mahesa yang diangguki Felix.

"Ada sih di posko, tapi masih buat bacaan anak-anak kecil kalo lagi main ke posko. Nanti deh gue tanya temen-temen gue. Buku-buku itu bakal disumbangin juga ke warga sini atau malah pada di bawa pulang lagi. Entar gue kabarin aja ya, Sa" kata Dhisti lalu menghentikan langkahnya karena sudah sampai di antrean donor darah.

KKN 110Where stories live. Discover now