Start From Here (⚠️18+)

Start from the beginning
                                    

"Aku turut berdukacita, Nona Aera. Bisakah aku mengirimkan guci untuknya sebagai penghormatan terakhirku?"

     Aera melepaskan gelas dari bibir lantas tersenyum manis ke arah Namjoon. Tangannya masih memegang ujung gelas sambil diputar-putar pelan.

"Tentu saja, Namjoon-ssi. Kau manis sekali, kami akan sangat menghargai itu. Terima kasih sudah menjadi rekan bisnis yang baik untuk Tuan Arthur."

     Tiba-tiba Kim Taehyung yang sedari tadi sibuk menunduk menatap layar ponselnya dengan bibir yang sesekali mengangkat puntung rokok untuk dihisap dalam-dalam— memekik frustasi tanpa sebab. Seperti orang yang kehabisan akal. Wajahnya begitu kesal dan tersirat akan muak.
     "Aku benci sekali dengan pelaku seperti ini, dia sangat cerdas."

     Keempat manusia di meja itu spontan menoleh secara bersamaan dengan wajah penuh tanda tanya, terutama Kim Aera

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

     Keempat manusia di meja itu spontan menoleh secara bersamaan dengan wajah penuh tanda tanya, terutama Kim Aera. Apa maksud dari ucapan Taehyung?

"Apa maksudmu, Taehyung-ssi?" pada akhirnya Kim Aera tidak bisa menahan rasa ingin tahunya.
"Pelaku ini sangat profesional, aku yakin dia adalah pembunuh bayaran dan ada dalang asli di balik kasus ini."
"Dalang?"

     Aera menyisir rambutnya ke belakang menggunakan tangan. Ia langsung tertular oleh rasa frustasi Taehyung. Ayolah, setidaknya permudah saja kasus ini. Toh sudah tidak ada lagi yang tersisa dari ayahnya selain harta dan tahta. Anggap saja begitu.
     Titik-titik keringat dingin mulai muncul di pelipis dan dahi Aera. Seperti biasa, jika sedang gelisah atau marah, wanita itu akan berkeringat.
     "Noona, kau baik-baik saja?"
     Aera mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah Luca yang mulai menunjukkan tatapan cemas.

     "Noona, kau baik-baik saja?"     Aera mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah Luca yang mulai menunjukkan tatapan cemas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kau tampak pucat."
Aera menggeleng. "Aku tidak apa-apa, Luc."
"Apa kau mau pulang saja? Biar kuantar."
"Tidak... aku baik-baik saja," Aera mengisi penuh gelasnya dengan anggur lalu meminumnya hingga tandas. "Aku hanya butuh ini," lanjut wanita itu seraya tersenyum meyakinkan.
Namjoon berdehem. "Nona Aera, jika kau butuh kamar kosong, ada di atas. Maksudku, jika kau ingin beristirahat sejenak."
"Terima kasih, Namjoon-ssi. Di sini sudah cukup."

     Namjoon tersenyum lalu menatap satu persatu wajah ke empat manusia di meja itu, berpamitan untuk menyapa rekan bisnis lainnya yang juga menjadi pengunjung di bar miliknya.

EPHEMERAL [M]Where stories live. Discover now