Setan Budeg

56 10 3
                                    

"Uh... panas..."

Hyuntak bergumam frustasi saat dirinya bersama Humin berjalan menyusuri perumahan penduduk yang dekat dengan rel kereta api.

Sebuah keberuntungan membuat mereka memenangkan undian untuk jalan-jalan ke luar negeri. Sayangnya karena kurangnya persiapan dan koordinasi, Geng Humin justru terpencar-pencar dan terpisah. Setidaknya mereka sudah berjanji akan berkumpul di penginapan di sore hari nanti.

Humin memeriksa ponselnya. Membuka aplikasi peta untuk memastikan apakah jalan yang mereka lalui sudah benar. Tapi tiba-tiba sebuah pesan masuk ke ponselnya, dari Juyang dan Juntae. Mereka meminta bantuan karena Sieun bertingkah aneh, dia berdiri di atas rel kereta api dan diam saja di sana, padahal kereta api bisa lewat kapan saja.

Humin dan Hyuntak bergegas menuju lokasi yang diberikan mereka di grup. Untungnya jaraknya tidak jauh dari tempat mereka berada.

"SIEUN! SIEUN!"

Mereka berdua bergegas menuju ke sumber teriakan. Dan memang benar, mereka melihat di tengah-tengah rel kereta api itu Sieun berdiri di sana. Juntae bersama Juyang berusaha keras menarik Sieun dari rel tersebut. Tapi Sieun tetap bergeming.

"Astaga! Apa yang terjadi?!" seru mereka sambil turut mendekati rel kereta.

"Aku juga tidak tahu! Sieun awalnya tampak seperti melamun, lalu tahu-tahu dia berjalan dan berdiri di sini!" teriak Juntae bingung.

Humin bergegas memegang tubuh Sieun, mencoba menariknya dari rel. Tapi anehnya, tubuh Sieun terasa sangat berat. Humin bahkan tidak bisa membuatnya bergeser walaupun cuma sesenti. Bagaimana bisa Humin, yang beratnya dua kali berat Sieun, tidak bisa memindahkannya?

Gayool dan Teo yang juga pasti mendapat pesan itu akhirnya datang. Mereka pun turut membantu mereka untuk menarik Sieun. Hasilnya sama, nihil.

Suara peluit peringatan tiba-tiba terdengar. Terlihat dari kejauhan siluet kereta api bergerak ke arah mereka.

Mereka semua sontak berteriak panik. Mereka kembali menarik Sieun sekuat tenaga. Bahkan Humin sampai nekat memukul Sieun dengan tenaga yang harusnya bisa membuatnya terpental. Tapi meskipun pipi Sieun sampai berdarah, dia tidak bereaksi apa-apa. Dia juga masih terpaku di tempat. Tatapan matanya kosong.

"SIEUN! KUMOHON SADARLAH!" teriak Hyuntak. "Kau bisa tertabrak kereta api kalau begini!"

Beberapa warga lokal tampak melihat mereka dengan panik. Salah satu dari mereka, yang dilihat dari penampilannya sepertinya adalah pemuka agama setempat, menghampiri mereka lalu membisikkan sesuatu yang seperti doa ke telinga Sieun.

Ajaib! Tubuh Sieun yang seperti patung berhasil digerakkan lagi. Mereka semua berhasil menarik Sieun dari rel kereta sampai terjatuh di pinggir rel.

Kereta api pun lewat dengan cepat di depan mereka. Melesat cepat dengan deru yang memekakkan telinga, hingga akhirnya sosok kereta api itu hilang dari pandangan.

Mereka semua bernapas lega, hampir saja mereka tidak selamat dari maut.

Hyuntak tiba-tiba menampar Sieun. "DASAR SINTING! APA YANG KAU LAKUKAN?! KAU BENAR-BENAR MAU MATI?!"

Tapi Sieun justru terlihat linglung dan bingung, seolah baru tersadar dari lamunannya.

"...apa yang terjadi?" tanya Sieun pelan. "Kenapa kita duduk di sini?"

Mereka makin dibuat bingung dengan kelakuan Sieun. Dia tidak tahu kalau dia hampir mati tertabrak kereta?

Sieun tiba-tiba merintih pelan sambil memegang pipinya. Pipi Sieun yang tadi dipukul Humin mulai membengkak.

Warga lokal yang masih ada di sekitar mereka lalu mengantar mereka ke sebuah warung kecil yang terletak dekat rel tersebut. Pemilik warung berbaik hati memberikan mereka air putih dan sekantung es untuk luka memar di pipi Sieun.

Pemuka agama yang tadi menolong mereka tampak mencoba bicara pada mereka. Tapi karena bahasanya sama sekali tidak mereka pahami, seseorang dari kerumunan warga itu menggunakan ponselnya untuk menerjemahkan apa yang dikatakan Si Pemuka Agama.

"Untunglah kau selamat, nak... hampir saja kau dibuat celaka oleh Setan Budeg itu..."

"Setan Budeg? Apa itu?" tanya Gayool yang juga menggunakan alat penerjemah.

"Itu setan yang suka berkeliaran di sekitar jalur kereta api. Dia suka membuat orang terhipnotis sehingga menjadi tuli dan berjalan ke rel lalu tewas tertabrak kereta api. Sudah banyak orang di sekitar sini yang jadi korbannya..." jelasnya.

Mereka hanya terdiam mendengar penjelasan itu.

Ternyata ada mitos seperti itu ya di tempat ini?

Si Pemuka Agama lalu menepuk kepala Sieun lembut lalu mengelusnya sambil mengatakan sesuatu. Orang itu bergegas menerjemahkannya.

"Untung saja kau selamat... pasti kau sangat ketakutan..."

Sieun agak terkejut dengan itu tapi membiarkan Si Pemuka Agama melakukannya. Dengan canggung mereka izin pamit sambil berterima kasih.

Sesampainya di penginapan...

"Maaf, aku sudah merepotkan kalian semua..." ucap Sieun lirih kepada mereka semua.

"Tidak apa-apa, Sieun! Ini bukan salahmu!" seru Humin. "Justru kali lega kau selamat!"

"Tapi ini benar-benar tidak masuk akal..." Sieun tampak mulai berpikir. "Aku seperti kehilangan kesadaranku dan kalian bilang tubuhku sama sekali tidak bisa digerakkan saat di rel kereta api...."

"Jangan terlalu dipikirkan, Sieun! Lagipula banyak hal di dunia ini yang memang tidak bisa dijelaskan secara logika kan? Biarkan saja!" ujar Juntae menenangkan.

"Oh, lihat! Aku mendapat informasi soal Setan Budeg itu!" seru Juyang sambil mengangkat ponselnya.

Mereka semua pun mengerubungi Juyang untuk mengetahui soal Setan Budeg itu. Sieun hanya memandang mereka sambil terdiam. Sebaiknya dia diam saja soal keheranannya kenapa dia seolah mendengar Si Pemuka Agama itu menyebut namanya tapi Sieun tidak menemukan namanya di hasil terjemahan itu.

.

.

.

Sieun berarti 'takut' dalam bahasa Sunda wkwkwk hasil nyimak percakapan temen-temenku yang urang Sunda XD

Me saat membaca komik Weak Hero: Sieun pacar aku... 🥰

Temenku yang orang Sunda: hah? Kamu pacaran jeung rasa takut? 🤨

Weak Hero: Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now