Mereka semua turun dari motor, mengelilingi van putih dan juga Shaga yang masih tergeletak di aspal.

Lalu salah satu diantaranya berjongkok disamping Shaga.

"Lo ngapain atraksi begini, cok?"

Dengan desisan tertahan, Shaga berusaha duduk. Ia melepas helm dimana visor-nya sudah terbelah menjadi dua. Meskipun dalam keadaan pusing, ia bisa melihat banyaknya siswa SMK Garuda berdiri mengelilinginya.

Bima, menjulurkan tangannya untuk membantu Shaga bangkit. Dan ia menyambut.

"Belva diculik," terang Shaga.

"Lah, anjing! Siapa yang nyulik?"

Shaga menunjuk van putih yang masih stuck dihadapan mereka.

"Wow," Bima terpana. Sepertinya ada hal menarik yang bisa ia lakukan sekarang. Ia lantas menyipit menembus ke dalam kaca film mobil. Tampak Belva yang sedang meronta di dalamnya.

"Thank me later, bro!"

Bima melangkah lebih dulu, golok yang sempat dititipkan pada anggotanya ia ambil kembali lalu menodongkannya di depan van putih itu.

"TURUN LO BANGSAT!" Teriak Bima begitu gahar.

Semua anggotanya kini ikut mengelilingi mobil dengan senjata masing-masing di tangan mereka. Ada yang membawa clurit, golok, tongkat baseball, bahkan parang yang begitu besar.

"Lo mundur goblok!"

"Mana bisa mundur, Boss! Mobil kita kehalang motor dibawah!" Debat sang supir.

Shaga menggeleng memastikan lehernya masih bisa berfungsi, ia lalu melangkah pincang mendekati Bima. Ada darah mengalir di siku dan lututnya. Beruntung kepalanya terlindungi helm yang menyelamatkannya dari antukan keras, meskipun masih terasa sedikit pusing.

Bima menyerahkan goloknya pada Shaga. Dan bersama teman-temannya, mereka mendekat.

"KELUAR LO, WOYY!!" Suara serak Bima terdengar menggelegar mengancam sang supir, sembari menggebrak kap mobil hingga penyok. Salah satu pembawa parang sudah mengacungkan siap menggempur kaca jendela.

Tapi penghuninya tak kunjung keluar, hingga membuat satu kaca spionnya rusak akibat tendangan mereka.

"KELUARIN BELVA ATAU GUE PECAHIN KACA JENDELA LO!" Suara Bima masih menggema.

"TURUN WOY!"

"TURUN BANGSAT!"

Suara lainnya ikut menyahut, menggedor van putih itu dengan beringas hingga mobil itu terasa bergoyang.

Shaga melangkah menuju pintu tengah. Dengan tatapan paling tajam mengacungkan goloknya ke arah jendela. Dan sekali kibasan, ia berhasil mencetak baret panjang di kaca jendelanya.

"KELUAR!!" Bentak Shaga murka.

Ditambah kini Bima menghancurkan kap depan dengan tongkat baseballnya secara brutal.

Ketika Shaga mengacungkan kembali goloknya, pintu mobil tengah terbuka pada sisi dimana Shaga berada.

Salah satu bodyguardnya turun dengan angkuh dan menantang. Ada sebuah pistol diarahkan ke wajah Shaga.

"Aga! Jangan..." Belva memohon dari dalam mobil. Ia memohon agar Shaga tidak bertindak gegabah hingga memancing orang suruhan papanya ini berbuat lebih jauh.

Tapi sayangnya, Shaga tak gentar. Ia tidak mundur barang sejengkalpun. Matanya semakin memicing tajam dengan rahang yang mengeras tegas.

Disaat yang sama, anak SMK itu mendekat perlahan, mengacungkan senjata tajam mereka untuk melindungi Shaga. Dan ketika Shaga melihat kode yang diberikan Bima, Shaga bersiap.

ICE PRINCE & ICE PRINCESS [Sudah Terbit | End]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ