Hari ini, Alif pun sama dengan Salwa. Pria itu izin tidak masuk mengajar karena perintah dari kedua orang tuanya. Tentu saja dengan alasan Alif yang merupakan pengantin baru.

Selama menyusuri lobby kantor, Alif di temani Alvin yang senantiasa mengikuti pria itu.

"Tolong kamu handle kantor selagi saya sibuk dan tidak sempat untuk pergi ke kantor. Saya percayakan pada kamu, Alvin." Setelah tiba di dekat mobil Alif membalikkan badannya menghadap Alvin. Tatapan pria itu tetap sama, yaitu tatapan datar ketika menatap seseorang.

"Baik pak, saya akan melakukannya." Alvin berucap dengan tegas.

Setelah itu, Alif masuk ke dalam mobil dan langsung pergi dari sana.

***

"Assalamualaikum," salam Alif saat tiba di rumah mertuanya.

"Waalaikunsalam." Alif menyalimi tangan ibu mertuanya.

"Mama sama Papa udah pulang, Bun?" tanya Alif basa-basi.

"Iya, baru aja tadi," ujar bunda Almeda tersenyum tipis. "Oh iya, nanti kalian jadi pindah?" Lanjut bunda Almeda.

Alif mengangguk singkat, dengan senyuman tipis di bibirnya. "Jadi Bun. Salwa udah tau?

Bunda Almeda menggeleng. "Bunda lupa ngasih tau. Kamu saja yang ngasih tau ya nak? Bunda takut kalo bunda yang ngasih tau, Salwa malah ngerengek." Bunda Almeda terkekeh kecil mengingat bagaimana sifat manja Salwa.

"Iya Bun." Alif tersenyum tipis, "Kalo gitu, Alif ke Salwa dulu ya, Bun," lanjut Alif sopan.

"Iya, kamu harus sabar ya sama sifat Salwa. Dia itu manja," kekeh bunda Almeda.

Alif tertawa kecil, lalu mulai melangkah menuju kamar Salwa yang ada di lantai dua.

"Assalamualaikum," salam Alif, tak lupa pria itu mengetuk pintu beberapa kali.

"Waalaikunsalam." Setelah mendapat jawaban. Barulah Alif membuka pintu kamar bercat abu-abu itu.

Salwa yang sedang tengkurap sembari menonton Drakor di layar laptopnya, segera beranjak sambil memasang asal jilbab di kepalanya.

"Lagi apa?" Seketika wajah datar Alif tadi berubah menjadi lembut yang menenangkan.

Salwa yang di tanya mendadak gugup, "L-lagi nonton film," jawab Salwa dengan kepala menunduk.

Seketika ingatan Salwa teringat dengan kejadian semalam, di mana ia yang tertidur di dekapan pria itu. Benar-benar membuat Salwa merasa malu dan gugup.

Langkah Alif membawanya menuju ranjang, lalu pria itu duduk di sisi ranjang tepat di depan Salwa.

Mati-matian Salwa menahan debaran jantungnya. Ntah lah, tiba-tiba saja Salwa merasa gugup seperti ini. Mungkin karena efek baru pertama kali duduk sedekat ini dengan seorang laki-laki yang bukan mahramnya.

Tangan Alif terangkat menyentuh dagu Salwa, lalu mengangkat dagu gadis itu hingga tatapan keduanya bertemu.

Tubuh Salwa mematung, seketika ingatan itu kembali berputar pada benaknya. Walaupun ia sudah berusaha melupakan kejadian itu, tak dapat di pungkiri jika ia masih merasa trauma.

Menyadari tatapan takut pada mata Salwa, lagi-lagi Alif didera rasa bersalah yang amat menyiksanya.

"Maaf karena sudah menanamkan rasa trauma pada mu," lirih Alif pelan.

Menghembuskan nafas pelan, Salwa menggeleng pelan. Salwa tak ingin terus berlarut-larut dengan kejadian itu. Semuanya sudah berlalu, dan Salwa akan berusaha ikhlas dan memaafkan Alif.

"Saya akan belajar untuk ikhlas dan memaafkan bapak," cicit Salwa pelan.

Senyuman tipis terukir di bibir Alif saat mendengar ucapan Salwa. Tak di pungkiri jika Alif merasa lega dan dadanya terasa plong saat mendengar ucapan tulus dari bibir mungil itu.

Alif memberanikan diri untuk mengecup kening gadis itu.

Cup!

"Terima kasih zawjati," bisik Alif.

Tubuh Salwa kembali mematung saat bisikan tulus itu masuk ke indra pendengarannya. Bukan karena rasa takut, melainkan karena merasa sesuatu yang aneh di dadanya. Untuk pertama kalinya.

Lama keduanya terdiam dengan tatapan mengunci satu sama lain. Hingga setelah beberapa saat, Salwa memalingkan wajahnya yang memerah.

Rasa takut yang awalnya mendera hati Salwa, tergantikan dengan rasa yang ntah mengapa menurut Salwa menyenangkan.

"Bunda belum ngasih tau kamu, ya?" tanya Alif basa-basi setelah lama memandang wajah cantik istrinya.

Salwa yang sedang menatap ke arah lain, seketika langsung mendongak menatap wajah Alif dengan raut bingung.

"Emang bunda mau ngasih tau apa?" bingung Salwa.

"Hari ini kita akan pindah ke rumah baru," jawab Alif. Tatapannya masih menatap lembut gadis di hadapannya itu.

Netra Salwa membulat saat mendengar ucapan Alif. "Pindah?"










TBC

Jangan lupa vote and komen ya guys, Babay

Insyaallah deh mulai sekarang akan rajin update ❤️❤️❤️

PAK DOSEN ITU SUAMIKU!Where stories live. Discover now