Salma tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah setelah bertemu dengan Rony. Hidup yang selama ini ia jalani tanpa tau apa sebenarnya tujuan hidup dan apa yang diinginkan oleh dirinya. Akankah pertemuannya dengan Rony hanya akan memberikan warna...
“Ya maksudnya gue seneng bisa berbagi sama lu, terus lu seneng kan bisa makan coklat.” jawab Rony sambil menggaruk hidungnya yang tidak gatal.
“Oh gitu. Yaudah ayo kita mau kemana nih?” tanya Salma.
“Untung Salma ga nanya lagi, salah ngomong deh gue tadi.” batin Rony bersyukur.
“Bentar, lu mau nyimpen dulu paper bag nya ke dalem atau gimana?” tanya Rony.
“Nanti aja lah, mager gue kalo masuk lagi hehehe.” Salma nyengir sambil melirik Rony.
“Yaudah cari makan dulu ya, gue laper. Ada ide ngga makan dimana?” tanya Rony lagi.
“Hmm D’Pakar aja gimana? Gue udah lama juga belom kesana lagi.” Salma balik bertanya.
“Oh di tempat yang lu nabrak gue itu kan ya? Hahaha.” Rony ingat kejadian waktu itu.
“Giliran orang yang salah aja lu inget bangsat.” sebal Salma.
“Hahaha, yaudah gas kita ke sana.” tandas Rony, mulai menjalankan mobilnya.
Perjalanan dari apartemen Salma menuju D’Pakar membutuhkan waktu kurang lebih 35 menit. Selama perjalanan Salma dan Rony banyak berbincang, seperti biasa obrolan diantara mereka tidak ada habisnya. Hal random sekecil apapun yang ditemui di jalanan saja bisa mereka bahas cukup lama. Sesekali mereka bernyanyi bersama mengikuti lagu yang terputar.
“Suara lu bagus Sal.” puji Rony.
“Ga usah sok muji padahal ngeledek kan lu.” jawab Salma.
“Bangsat gue beneran muji malah disuudzonin dah.” Rony sebal.
“Hahaha yaudah makasih. Suara lo juga bagus Ron. Kenapa lo ngga terjun jadi penyanyi juga?” Salma balik memuji Rony sekaligus bertanya.
“Lah gue mah emang iya bagus, hahaha.” jawab Rony santai.
“Najis jumawa, nyesel gue muji lo.” ucap Salma.
Rony hanya tertawa menanggapi Salma. Hening sejenak diantara mereka.
“Ron.” panggil Salma sambil menoleh ke Rony.
Rony yang dipanggil hanya berdehem dan melirik Salma sekilas.
“Lo ga jawab pertanyaan gue.” ucap Salma.
“Yang mana?” Rony mencoba mengingat.
“Oh gue belum kepikiran sih kalo sekarang, masih mau fokus dibalik layar. Sekarang aja masih repot Sal, label gue juga itungannya masih merintis. Buat kedepannya sih ya gatau, bisa aja gue debut nanti langsung bikin lagu duet kan sama istri gue nanti, hahaha.” jawab Rony.
Salma mengangguk pertanda mengerti apa yang Rony jelaskan.
“Gemey amat duet sama istri hahaha. timpal Salma.
“Lu mau?” tanya Rony.
“Mau apa?” Salma balik bertanya, menoleh ke Rony.
“Jadi istri gue hahaha.” Jawab Rony, ikut menoleh ke Salma. Mata mereka bertemu.
“Bangsat ngaco banget omongan lu.” Salma langsung memalingkan wajahnya ke jendela. Entah mengapa pipinya terasa panas saat ini.
Salma masih fokus melihat ke luar jendela, pikirannya melayang. Ia senang pertemuan kali keduanya dengan Rony tidak seperti apa yang dibayangkan kemarin. Memang paling benar adalah tidak usah overthinking tentang apapun yang belum pasti terjadi.
Salma senang tidak ada yang berubah diantara mereka dari awal bertemu di Pantai hingga pertemuan sekarang. Pun tidak ada rasa canggung yang menguasai keduanya. Ia harap jika ada pertemuan selanjutnya nanti dengan Rony, selalu akan tetap seperti ini.