MV 1. Vero Tears

13.1K 1.2K 93
                                    

Selamat pagi, selamat hari Senin🌞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat pagi, selamat hari Senin🌞

Jangan lupa baca Adek Vero biar tambah semangat✨

Jangan lupa Vote, Komen dan Share biar semua orang tahu keberadaan Vero yaa..

-------H A P P Y R E A D I N G-------

***

Malam semakin larut namun kedua tangan mungilnya tak pernah berhenti untuk melukis dinding dengan coretan yang abstrak penuh makna yang hanya Vero sendiri pahami. Tangisannya sudah berhenti sejak lima menit yang lalu, binaran matanya seolah ia sedang merasakan kebahagiaan lewat gambaran yang ia lukis.

"Yah pel helo," gumam Vero.

Ia berbalik badan menatap pintu keluar yang masih terkunci. Entah sampai kapan ia akan berada di ruangan ini, Vero sudah sangat kelaparan dan juga kedinginan.

Klek

Suara pintu terbuka mengalihkan pandangan Vero. Anak kecil itu langsung berdiri begitu melihat sosok Bibi Josi yang berdiri membawa senter dan senampan berisi makanan untuk Vero.

"Bi.." girang Vero seolah permainan petak umpet sudah berakhir dan ia berhasil di temukan.

"Adek," lirih Bibi Josi langsung bersimpuh di hadapan anak kecil dengan wajah penuh lebam itu. Wanita yang sudah berumur itu merasa tak berguna sekali, anak yang sudah ia anggap cucu kembali di siksa oleh para pembantu kurang ajar itu. Ini salahnya yang pergi ke pasar dan membiarkan Vero berkeliaran di luar kamar.

"Sakit ya nak?" Dengan hati-hati Bibi Josi mengelus pipi tirus Vero.

Anak itu menggeleng cepat, "Nda kit, Velo kuat," sahutnya sambil tersenyum manis.

Air mata Bibi Josi seketika tumpah ruah, kenapa harus Vero yang mengalami ketidakadilan ini. Orang tua mereka yang berbuat, jadi kenapa Vero yang menanggung semuanya. Ingin sekali Bibi Josi egois, ia berencana akan berhenti bekerja di Villa ini dan kembali ke Solo, kampung halamannya. Ia berencana akan membawa kabur Vero ke sana, Bibi Josi tak tega jika para iblis di rumah ini akan menyakiti si kecil lagi. Saat ini ia perlu menyusun rencana kaburnya. Semoga Tuan muda a.k.a ayah kandung Vero tidak berkunjung ke Villa. Ah, itu memang sedikit mustahil, pria itu mana sudi menginjakkan kaki di tempat ini.

"Vero tenang ya nak, sekarang Bibi obati lukanya," dengan telaten Bibi Josi mengompres lebam-lebam pada wajah Vero. Hatinya berdenyut nyeri melihat wajah lugu Vero yang menatapnya penuh kasih.

"Nah sudah, sekarang Vero makan ya, Bibi bawakan ayam tepung," wajah bahagia Vero terpencar begitu mendengar nama makanan favoritnya setelah tempe orek.

"Acih Bibi,"

"Sama-sama adek, ayo makan Bibi suapi," Vero makan dengan sangat lahap. Itu membuktikan betapa laparnya perut si kecil yang sudah berjam-jam di kurung di tempat ini.

Mavero (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang