15 : Detention

101 15 4
                                    

"Baru saja aku memuji mu dikelas ramuan tadi pagi. Tapi lihat sekarang, Professor Umbridge memberimu Detensi."

"Maaf, Profesor. Aku kelewat batas."

"Disini ditulis bahwa kau menyebut nama pangeran kegelapan, benar?"

"Ya, Profesor."

"Kau menyebutkan bahwa kematian Cedric Diggory ulah pangeran kegelapan?"

"Ya, Profesor."

"Kau berteriak padanya?"

"Ya."

"Kau bilang kau melihat pangeran kegelapan bangkit?"

"Ya."

"Nah, sekarang, aku juga ingin bertanya. Bagaimana kau melihat pangeran kegelapan bangkit jika kau saja bukan peserta Triwizard Tournament?"

"Aku sakit saat hari itu tiba dan tanpa sadar tertidur. Dalam tidurku aku bermimpi berada ditempat yang sama seperti Harry kemudian aku juga menyaksikan Cedric dibunuh lalu aku juga menyaksikan Harry melawannya,"

"Itu hanya mimpi, Riddle."

"Tidak! Itu terasa nyata aku sempat membantu Harry saat dia kewalahan. Saat aku membuka mata, aku langsung mendapat kabar bahwa Cedric telah tiada. Maka dari itu aku mencari Harry dan memastikan kebenarannya."

"Bisa saja Potter berbohong."

"Aku melihat ingatannya, aku masuk ke ingatannya!"

"Maaf?"

"Aku bisa Legilimency dan Occlumency, Profesor."

"Darimana kau belajar?"

"Ibu mengajariku saat aku berumur 12 tahun."

"Baiklah, di surat ini tertulis bahwa kau akan menjalani detensi selama seminggu penuh setiap sore hari. Dan aku tidak bisa membantumu," kata Snape. "lain kali bersikaplah sebaik-baiknya. Apakah kau tidak mendengar pidato Profesor Umbridge pada pesta awal tahun ajaran, Riddle?"

"Sedikit, mungkin?"

"Jika aku terus mendengar hal-hal buruk tentangmu, sayang sekali aku harus menarik kata-kata yang ku ucapkan padamu pada akhir kelas ramuan. Kau bisa pergi."

"Baik, Profesor."

Alza segera meninggalkan kantor Snape. Tujuannya sekarang ialah mencari Charlotte. Setahu Alza, Charlotte kosong sore ini dia tak memiliki satupun mata pelajaran di sore hari.

Nihil, dia tak bertemu Charlotte entah dimana anak itu berada. Kemungkinan ia berada di ruang rekreasi Gryffindor, tapi tentu saja Alza tak bisa kesana karena dia tidak tahu kata sandi yang harus diucapkan. Karena putus asa, dia memutuskan untuk duduk diatas kursi kayu di pinggiran Danau Hitam.

"Pernyataan ku pada Profesor Snape tadi membuat ku jadi bingung. Aku bilang padanya bahwa aku mimpi, tapi kenapa begitu nyata? Harry juga bilang aku memang ada disana, kan?"

Sambil memandangi langit, dia terus berpikir. "Yeah, mungkin hanya kebetulan. Tanda itu terasa sakit saat dia bangkit, sampai sekarang pun kadang masih nyeri."

Pikirannya kemana-mana, daripada pusing ia memutuskan untuk kembali ke ruang rekreasi Slytherin dan segera tidur.

Saat bangun, dia mendapati dirinya masih sendirian dikamar asrama. Dia memutuskan untuk keluar kamar mengecek kondisi diluar sana. Saat pintu kamar terbuka, terdengar suara-suara anak-anak Slytherin yang baru saja tiba dan benar saja saat dia menuruni tangga pualam, dia bisa melihat Daphne dan teman yang lain baru saja masuk.

"Hey, Lihat siapa disana! Penghianat dari Slytherin yang membela si pembual konyol (Harry) dari Gryffindor. Apalagi dia mengatakan bahwa dia adalah saksi disana. Kalau saja dia memang disana pasti dia takkan selamat, kan? Cedric saja meninggal." ejek Draco.

A Riddle Girl (ON GOING)Where stories live. Discover now