Tiga

1.2K 111 1
                                    

Typo bertebaran banyak kata baku dan non baku

Tiga kopi hitam mengepul asapnya tanda masih panas ditemani dengan roti bakar keju tanpa susu porsi jumbo yang mana menjadi rebutan 3 pemuda, mereka adalah Aji, Ali dan Banyu yang saat ini berada diwarkop langganan dekat rumah Arsya.

"Kalian kenapa gak pesen sendiri sih? Ini kan punya gue!" Sentak Ali seraya menepis tangan-tangan nakal yang hendak mencomot roti bakar miliknya.

"Pelit amat lo Ali kan biasanya kita selalu makan bareng!" Ujar Banyu yang masih mencoba mengambil roti milik Ali.

"Iya lagian makan paling enak kan bareng-bareng kali!" Tambah Aji dengan tampang tanpa dosa berhasil mendapatkan roti bakar tersebut dan langsung memasukkannya kedalam mulut.

Ali jelas tak terima dengan gerakan cepat dia langsung memasukan setengah porsi roti bakar itu kedalam mulutnya sampai penuh menggembung. Aji dan Banyu tertawa dengan tingkah Ali yang tengah kesusahan mengunyah dan menelan habis makanan didalam mulutnya.

"Waah Ali lo pemegang rekor terpelit sedunia hahahaha" ujar Banyu sembari menepuk pelan pundak Ali.

"Bukannya gue pelit yah cuma karena laper, lagian lo gak beli sendiri aja toh gak bikin sawah bapak lo dijual! Lo juga Aji bapak lo gak akan bangkrut kalo lo beli roti bakar doang!" sungut Ali menatap keduanya tak terima.

Aji dan Banyu saling pandang lalu kembali tertawa dengan ucapan Ali yang menurut mereka lucu padahal ucapan Ali gak ada unsur lucunya memang humor keduanya yang terlalu receh.

Ali yang malas dengan kelakuan kedua temannya sontak berdiri dan hendak keluar tapi dicegah oleh Aji, disaat yang bersamaan Aji melihat kedatangan 2 orang yang sedang mereka tunggu. Dengan antusias Aji berdiri hendak menyambut sahabat karibnya setelah sekian tahun tidak bertemu karena kesibukan masing-masing.

Dengan wajah penuh semangat Aji menghampiri Arsya dan memeluknya dengan perasaan rindu, sementara Arsya hanya diam dengan tangan yang masih digandeng Diajeng disampingnya.

Berbeda dengan Aji, Banyu dan Ali menatap heran pada wajah Arsya pagi ini terlihat hidungnya agak memerah dilengkapi tisu yang menyumpal hidung Arsya. Tatapan banyu makin heran saat melihat Diajeng nempel pada Arsya tanpa beban.

"Sya hidung lo kenapa tuh kok bisa merah gitu?" Tanya Ali penasaran yang mana membuat Aji melepaskan pelukannya dan menatap wajah Arsya.

"Hidung lo kenapa Sya? Kok bisa merah gini?!" Tanya Aji dengan panik.

"Gak papa kok cuma kebentur pintu kamar doang, udah kita duduk dulu aja gue laper nih!"

Banyu dan Ali hanya ber oh ria sedangkan Aji masih belum percaya dengan jawaban Arsya yang menurutnya janggal. Arsya sudah mendudukkan dirinya dibangku yang disediakan oleh pemilik warkop di ikuti Diajeng yang duduk disebelahnya.

Aji masih diam berdiri sampai Banyu yang menegurnya untuk kembali duduk.

"Woy Ji! Duduk lah sini...mau sampai kapan lo berdiri disitu?"

"Eh iya sorry hehehe"

Aji duduk di bangku yang diduduki Ali dan Banyu kemudian menyeruput kopinya yang sudah sedikit menghangat. Keempat orang tersebut mengobrol dan bercanda sampai tawa mereka cukup bising tapi bagi mereka yang sudah lama tidak bertemu itu adalah momen yang menyenangkan.

"Hahahaha lo inget gak Sya pas kita mandi di sungai hampir surup?"

"Iya inget kenapa emangnya?"

"Hahahaha sumpah gue masih aja ngakak pas keinget emak lo dateng sambil bawa sapu lidi hahahaha lo sampe nangis kejer gara-gara dijewer sampe dipukul pake sapu lidi"

Madaharsa Untuk Diajeng (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang