ENDING

10.9K 1K 637
                                    

Aku memohon pada waktu untuk berhenti dinamamu. Meminta pada mimpi hanya mengulas senyummu. Menolak berakhir pada ruang di mana tidak ada kamu. 

V BTS Feat IU - Ending Scene
👑

Bulan Juli lalu aku memulai cerita ini, dan hari ini kita sudah sampai pada kata TAMAT.

Apa aku aja yang ngerasa ini berlalu dengan sangat cepat dan manis tanpa diduga?

Karena aku begitu menikmati semuanya. Menulis setiap adegan di sini, membaca komentar kalian, merasa memiliki banyak teman karena perasaan kita menjadi satu di sini.

AKu nggak akan pernah lupa dan pasti bakal kangen, gimana mendebarkannya menulis Noah, salting di setiap dia ngomong, juga kalian yang gak pernah bosan mendukung aku sampai sekarang.

Sampai bertemu di ceritaku yang lain.
Terima kasih sudah membaca sampai bab ini 🫶🏻
Semoga kalian semua selalu bahagia, dan apapun yang terjadi tolong jangan menyerah. 🤍

Faradita,

I love you in every word

👑

Tidak mudah untuk Elata duduk tenang di kursi ini sambil berhadapan dengan tiga orang yang kini sedang menatapnya. Ruangan dingin itu pun menambahkan kegugupannya. Seperti ia sedang berada di ruang sidang, yang akan menentukan hidup dan matinya.

"Gimana kabar kamu?" tanya Pelita memulai. Senyuman manis penuh perhatian itu tak pernah tanggal sejak kedatangannya tadi.

Elata balas tersenyum, mengangguk pelan seraya mengatakan dirinya baik-baik saja. Jawaban yang belakangan ini sering ia ucapkan, entah benar atau tidak.

"Mungkin kamu juga sudah mendengar kabarnya, kalau untuk sementara waktu pembelajaran di sekolah Pelita Kasih akan dilakukan secara online. Apalagi sekolah juga harus direnovasi. Tapi ada bagusnya juga karena kita jadinya bisa ganti suasana. Bener, kan?"

Hanya pelita yang terlihat berusaha memeriahkan suasana agar ceria di kelamnya atmosfir ruangan.

"Noah gimana?" lanjutnya. "Saya sudah mencoba menelepon orang tuanya beberapa kali tapi belum berhasil tersambung."

Dua minggu sudah berlalu setelah insiden naas itu terjadi. Yang merenggut separuh jiwa Elata melayang pergi. "Masih belum sadarkan diri, Bu."

Pelita mendesah panjang. "Sangat disayangkan sekali. Kami dari pihak kampus turut menyesali kejadian itu," Pelita lalu memandang pada dua orang di sisinya. "Oh, iya. Kenalkan, ini suami saya. Pak Dewa Pradipta."

Laki-laki itu sejak tadi menatap Elata tajam tanpa senyuman. Sesaat, Elata menangkap aura menakutkan dari bagaimana laki-laki itu mencoba mengintimidasinya. "Kamu penerima beasiswa penuh di sini, kan?" tanyanya tiba-tiba.

"Be-benar, Pak."

"Mengajar di sekolah juga? Tutor Aluna juga?"

Elata menelan saliva. "Iya, Pak."

"Kalo gitu kamu harus berhenti mengajar di sekolah dan nggak usah jadi tutor Aluna lagi, Aduh--," Dewa menoleh ke arah istrinya. "Kenapa nyubit?"

"Biar aku yang ngomong soal itu." bisik Pelita.

"Aku yang ngomong sama aja."

"Begini, Elata," Pelita menarik senyuman lebar. Membumbui kalimatnya sehalus mungkin. "Maksudnya, untuk sementara kami mau mengistirahatkan kamu sebagai pengajar. Ini diputuskan, karena beberapa wali murid yang merasa sedikit kurang tenang akibat kejadian tempo hari. Tapi kamu nggak usah khawatir. Kami dan yayasan bukan memecat kamu. Kami paham kejadian itu di luar kendali. Memang terjadi sedikit pro dan kontra di antara pengajar dan wali. Tapi kami nggak akan meninggalkan kamu. Anggap aja ini cuti. Dan bisa jadi kesempatan kamu untuk lebih fokus kuliah. Bagaimana?" Pelita tersenyum lebar di akhir penjelasannya.

The Runaway Princess (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang