10

626 60 0
                                    

Pagi ini seperti biasa mereka mengawali hari dengan sarapan, tepat satu minggu mereka tinggal bersama berbekal uang hasil penjualan mobil lisa. Jennie baru saja selesai memasak, ia memindahkan sayur ke mangkuk untuk disajikan di meja makan. Usia kandungannya memasuki 17 minggu, panjang janin usia 17 minggu berkisar antara 13–16 cm dengan berat sekitar 140–300 gram itulah yang sempat jennie baca semalam, maka dari itu perutnya pun terlihat sedikit membesar dari sebelumnya.

Baru saja ia selesai menata makanan di meja makan, lisa keluar dengan pakaian yang sudah rapi dan tubuh yang harum. Sebetulnya sudah sekitar seminggu pula lisa tidak masuk sekolah bahkan pulang ke rumahnya. Gadis itu mendekat ke arah jennie memeluk, lalu mencium keningnya seperti biasa hal itu mereka lakukan semenjak mereka memutuskan menjalin kasih lima hari yang lalu.

"Woahh, telur mata sapi" mata lisa berbinar menatap dua telur mata sapi yang ditata diatas nasi masing masing dari mereka.

Jennie tersenyum gemas melihat lisa yang amat bahagia hanya karna telur mata sapi kesukaannya. Menyusul lisa yang sudah duduk di kursi siap untuk menyantap makanannya.

"Makanlah yang banyak sayang, kau selalu pulang malam akhir akhir ini"

"Lisa sebaiknya kau kembali sekolah, kau malah membuatku lebih buruk jika meninggalkan sekolah seperti ini" tambah jennie melihat lisa mulai melahap makanannya.

"Heiii, jangan berfikir seperti itu. Baiklah aku akan masuk sekolah bulan depan" lisa sempat berhenti mengunyah tapi setelah mengatakan itu ia kembali melahap kembali supnya.

"Ya! Ada apa denganmu? Bukankah kau paling tidak suka jika tertinggal pelajaran"

"Apa yang akan kau banggakan pada anakmu nanti setelah dia lahir? Bahkan dada nya saja tidak sekolah"

"Dada?" Senyuman itu ia tujukan pada jennie yang terlihat tersipu malu di hadapannya.

Si mata kucing ini? Mengatakan lisa adalah dada? Apakah jennie sudah mengklaim lisa sebagai orangtua dari anaknya? Si jangkung bangkit dari duduknya, mendekat ke arah jennie lalu memutar kursi yang jennie duduki menghadap ke arahnya.

"Tenang saja sayang, dada akan rajin sekolah dan tidak akan membuat mu malu"

Jennie tersenyum saat merasakan bibir lembut lisa mendarat di perut buncitnya. Sungguh cukup, jennie tak memerlukan siapapun lagi dihidupnya ketika dengan lisa saja dia mendapatkan segalanya. Pandangan hidupnya berubah ketika sahabatnya itu mengungkapkan perasaannya.

"Boleh aku bertanya sayang?" Bukan lisa yang bertanya tetapi jennie dan lisa hanya mengangguk gemas.

"Sebetulnya kau pergi kemana hingga pulang malam? Kadang pakaianmu juga basah"

"Janji tidak marah?"

"Tergantung dengan apa yang kau lakukan saja" lisa menghela nafas lalu ia beralih menggenggam tangan kekasihnya.

"Aku bekerja, jangan marah aku hanya menyukai apa yang aku lakukan sekarang" kata lisa.

"Uang mu habis? Bagaimana bisa? Jangan bilang kau menjual mobilmu dengan murah?"

"Aniyoo! Aku hanya ingin hidup mandiri. Aku harus berangkat sekarang sayang, baik baik dirumah aku akan segera kembali" lisa memberikan jennie kecupan kilat di keningnya lalu pergi.

Jennie hanya menggeleng gelengkan kepalanya, pemikiran lisa menurutnya sudah dewasa tetapi lihatlah tingkahnya yang seperti bocah. Jennie bangkit mulai membereskan piring bekas lisa yang sudah bersih tak tersisa sedikitpun makanan yang ia sediakan.

****

Jisoo baru saja memarkirkan mobil ya di depan sebuah supermarket, pergi ke sekolah tanpa sarapan nyatanya tidak cocok untuknya. Menjadi seorang yang wajib sarapan pagi pagi jisoo rasanya sudah gila karna melewatkan sarapan karna taehyung memintanya untuk bertemu pagi ini di sekolah. Jisoo tahu jika taehyung yang kenyataannya berumur lebih muda darinya setahun itu ingin menanyakan tugas miliknya pada jisoo, atau mungkin lebih cocok meminta jisoo mengerjakaanya.

Let u go ✔Where stories live. Discover now