9

548 60 2
                                    

Kesedihan itu seakan tak ada hentinya menghampiri jennie, rasanya tubuh itu sudah sangat lelah untuk sekedar mengeluarkan air mata, mata nya sembab hidungnya memerah. Ia tak pernah sekalipun memikirkan bahwa ia akan diusir dari rumah terlebih oleh ibu kandungnya sendiri. Mengingat bagaimana tatapan sang ibu membuat hati jennie yang hancur tambah melebur. Ia kini tak punya tempat bahkan untuk mengadu sekalipun, jennie duduk di depan sebuah minimarket yang buka selama 24 jam. Ini sudah sangat larut, rasa kantuknya sudah pergi entah kemana.

"Kau pasti kedinginan" lisa menyerahkan susu pada jennie.

"Gomawo" jennie menerima dan langsung meminumnya.

"Nini itu masih panas!"

Lisa mengerjap melihat jennie yang meminum susu itu hingga tinggal setengahnya, padahal bagi lisa susu itu masih panas terlihat dari kepulan asap yang masih keluar.

"Disini dingin lisa, bahkan susu panas ini tak berasa apa apa untukku"

Lantas gadis jangkung itu meletakan susu nya, kemudian menggeser tubuhnya mendekat pada jennie. Dipeluknya tubuh mungil itu, lisa tahu jika jennie sedang berada dalam keadaan yang buruk. Lisa berusaha membungkus tubuh itu mengalirkan kengahatan tubuhnya agar menular pada jennie.

"Kalau begitu ayo masuk kedalam mobil, tak apa kan kita tidur disana malam ini?" Lisa merasakan jika jennie menggerakan kepalanya itu tanda setuju.

"Biarkan aku begini sebentar lisa, rasanya badanku lemas sehingga berjalanpun aku sudah tak sanggup"

Tak menjawab ucapan jennie, lisa lebih memilik diam dengan tangan terus mengusap rambut gadis mungil itu. Jennie terlalu rapuh, bagaimana bisa wanita yang tengah mengandung harus merasakan kejadian seperti ini. Dalam hatinya lisa berkata jika dia akan selalu membut jennienya bahagia. Ia ingin menangis keras sekarang, apa yang harus ia lakukan untuk jennie? Bahkan kakeknya marah padanya.

*

Pagi sudah tiba mereka ternyata masih ada di minimarket semalam, jennie terlihat ada di dalam minimarket memilih beberapa makanan untuk sarapannya dengan lisa. Tadi lisa sempat mengatakan jika ia ingin pergi sebentar dan akan kembali dalam waktu 15 menit, jennie berfikir ia harus membelikan lisa sesuatu untuk sarapan, dengan uang seadanya sisa kemarin jennie mampu membeli dua nasi kotak dan dua susu.

"7000₩" jennie membuka ranselnya mencari uang yang ia simpan kemarin.

"Terim-

"Jennie?"

Mata kucing itu menatap orang yang memanggil namanya, ternyata sang kasir tak jennie duga jika itu adalah orang yang ia kenal. Suzy berada disana berdiri dan tersenyum pada jennie.

"Eoh, suzy-ssi. K-kau bekerja disini?" Tanya jennie.

"Ku kira kau tidak sekaget ini karna kau sudah mengetahui gosipku bukan? Sekarang aku bekerja untuk anakku jen" balasnya sambil tersenyum.

"Ahhh...

"Kau tidak sekolah jen? Bukannya ini hari kamis"

"Aku sedang punya pekerjaan yang tak bisa aku tinggalkan. Dan aku membeli sarapan"

Suzy mengangguk melihat apa yang jennie beli. Jennie sungguh bersyukur jika suzy memang tidak mengetahui fakta bahwa dia juga dikeluarkan dari sekolah, tapi di dalam hati ia meminta maaf telah berbohong pada suzy. Pikiranku melayang sekarang, umurku dan umurnya sama sekarang bahkan suzy sudah mencari uang demi menghidupi anaknya. Bagaimana bisa aku seperti suzy? Masih dalam kandungan saja dia sudah merepotkan apalagi setelah keluar nanti, aku harus menjaganya, menghidupinya. Oh ayolah aku masih 17 tahun tak pernah terpikir olehku akan mengurus seorang anak yang akan lahir mungkin kurang dari 6 bulan lagi.

Let u go ✔Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα