"Masya Allah. Kita sibuk sekali dua hari ini. Setelah ini, kita pulang, lalu istirahat, insya Allah," kata Erika.

"Iya. Kayaknya besok aku mau spa. Badanku pegal-pegal," kata Haya yang sudah selesai memotong-motong kue dan membagi-bagikan potongan kue ke piring-piring kecil.

Elaine selesai meletakkan cangkir terakhir. Sayup telinganya mendengar suara notifikasi ponselnya yang sedang di-charge di stop kontak dapur. Ia menghampiri ponselnya dan nampak terkejut.

"Ya Allah! Ummi telepon aku dari kemarin! Lima kali! Ada beberapa chat juga!" seru Elaine syok. 

"Kamu baru sempat cek hape sekarang?" tanya Haya.

"Iya. Soalnya dari kemarin kita mondar-mandir ngurusin pelayat. Jadi hape sering kutinggal," jawab Elaine dengan ekspresi merasa bersalah.

"Coba Ummi kutelepon balik," putus Elaine, hendak menekan tombol di ponselnya.

"Jangan, Elaine! Ummi lagi telepon Abimu sekarang!" cegah Erika.

"Oh? Oke. Nanti aja, kalau begitu," kata Elaine batal menelepon.

Haya terdiam. "Hm. Coba kucek hapeku," gumam Haya sebelum berdiri dan hendak masuk ke kamar. Sepertinya ponselnya ada di dalam tas di kamar. Sepertinya.

Nyaris Haya bertabrakan dengan Yunan yang tiba-tiba keluar kamar sambil berbicara dengan seseorang di telepon. 

"Bukan, sayang. Denger dulu. Jadi, ceritanya -- ," sepenggal perkataan Yunan sebelum Yunan buru-buru ke luar rumah menuju teras depan.

Haya menaikkan alis. Wah. Ada yang ngambek sepertinya, tebak Haya. Dia masuk ke dalam kamar, lalu tak lama keluar dengan mimik terkejut. 

"Ternyata Kak Arisa telepon aku juga! Tiga kali sejak semalam! Chat juga, tapi aku baru baca!" jerit Haya.

Erika loading otaknya. "Hm. Jangan-jangan, dia telepon Ibu juga," gumamnya sebelum bangkit dari kursi dan melangkah menuju kamar. Kalau tidak salah ingat, dia meletakkan ponselnya di meja nakas, sejak kemarin malam. Semalam rasanya lelah sekali. Ia tidur tanpa sempat mengecek ponselnya sama sekali.

"Oh. Arisa gak telpon, sih. Tapi chat," kata Erika setelah keluar dari kamar. 

"Ternyata Kak Arisa chat aku juga. Pagi ini," timpal Raesha setelah melihat ponselnya yang semalam buru-buru dia charge. Ramai orang mengiriminya pesan. Pasti karena pemberitaan dirinya di televisi. Tapi belum ada satupun yang dibalas oleh Raesha.

"Gimana sih, kalian ini?" komentar Adli setelah menyesap teh panas dan meletakkan cangkirnya kembali di tatakan keramik.

"Emangnya Kakak sempet liatin hape sejak semalam?" tukas Haya yang kesal melihat tampang songong kakaknya.

"Sempet, dong. Kakak 'kan semalem ngecekin kabar Kak Raesha terus," ujar Adli masih dengan tampang songongnya. Raesha tersenyum geli.

"Terus? Kak Arisa telepon atau chat Kakak juga?" tanya Haya polos.

"Ya enggak, lah! Akhwat banyak begini, kenapa Kak Arisa telepon Kakak? Awas kalo tanya lagi!" semprot Adli murka. 

Erika geleng-geleng kepala, sambil mengetik huruf-huruf di layar ponselnya. "Gawat, ini. Kasihan Arisa. Ayo semuanya! Kita ramai-ramai chat minta maaf sama Umminya Elaine!" teriak Erika mengkomandoi semua akhwat di ruangan itu.

Seketika semuanya sibuk mengetik pesan balasan untuk Arisa.

Weh. Dasar perempuan! batin Adli sambil menggigit kue lapis.

.

.

Dunia maya dihebohkan dengan berita penangkapan tersangka pembunuh Ustaz Ilyasa, setelah berbulan-bulan lamanya tersangka berstatus buron.

Alhamdulillah. Do'a-do'a jama'ah Ustaz Ilyasa akhirnya diqobul Allah. Pembunuh Ustaz Ilyasa akhirnya tertangkap. Semoga dihukum dengan sepantas-pantasnya hukuman. Amin.

Viralkan, gaes! #HukumanMatiUntukSobri

Setelah lama tak jelas rimbanya, akhirnya Sobri tertangkap setelah nyaris menambah satu korban lagi, yaitu Ustadzah Raesha, janda dari Ustaz Ilyasa 🥹 #HukumanMatiUntukSobri

Alhamdulillah. Lega banget tu orang tertangkap. Oppa pasti tersenyum menyaksikan dari atas sana 😭 #HukumanMatiUntukSobri

Bener-bener tuh Sobri! Gak cukup ngeracunin Oppa sampai meninggal dunia, masih nekat nyantronin rumah Ustadzah Raesha dan nyaris melecehkan segala! Itu dendam apa doyan? Udah bener banget si Sobri dulu dipecat sama Oppa. Dasar mantan ustaz cabul! 🤮 #HukumanMatiUntukSobri

Pelanggaran berat dengan pasal berlapis-lapis. Kalo Sobri gak dihukum mati, di situ saya fix bingung! #HukumanMatiUntukSobri

Sebagai salah satu orang yang sangat kehilangan dakwah Oppa Ilyasa di televisi, sampai detik ini saya belum menemukan sosok ustaz yang cara membawakan materi dakwahnya senyaman dakwahnya Ustaz Ilyasa. Kehilangan Ustaz Ilyasa, adalah kehilangan yang teramat besar. Sekalipun Sobri dihukum mati, tetap tidak bisa mengembalikan kehilangan itu. Tapi, bagaimanapun juga, saya tetap mendukung #HukumanMatiUntukSobri

Dan banyak lagi komentar lainnya. Di-scroll ke bawah seakan tak ada habisnya.

"Masya Allah. Ramai sekali di medsos," ucap Mahzar terkejut, setelah Mahzar diizinkan Zhafran mengintip akun medsos milik. Komentarnya juga ajib-ajib. Pantas saja Ustaz Zhafran gemar mengamati komentar publik terhadap apapun yang terkait dengan Syeikh Yunan dan keluarganya. 

"Ya. Semalam sudah ramai sebenarnya. Tapi setelah berita tadi pagi, komentarnya mencapai puluhan ribu," sahut Zhafran, sebelum meletakkan ponselnya dan menyesap kopi buatannya sendiri. Lebih enak dari kopi buatan Mahzar, sebenarnya. Tapi selama ini dia membiarkan Mahzar membuatkan kopi untuknya, agar Mahzar merasa berkhidmah untuk Zhafran. 

"Mestinya memang hukuman mati! Ya 'kan, Ustaz? Nyawa dibayar nyawa!" kata Mahzar dengan nada suara berapi-api.

Zhafran meletakkan cangkirnya dan mengendikkan bahu. "Sama saja. Seseorang akan mati kalau sudah saatnya. Kalau hukuman tidak ditegakkan di dunia, hukuman akhirat menanti. Dan yang mati dalam keadaan belum bertaubat dan dalam keadaan tidak ridho dengan ketentuan Allah, hukuman akhirat menanti, sekalipun dia dihukum mati di dunia."

Mahzar diam. Zhafran sedikit bicara, tapi sekalinya bicara, seringkali membuat orang bingung harus merespon apa.

"Terhadap ketetapan Allah, manusia bisa ridho, dan bisa juga tidak ridho. Tapi yang terjadi, tetap adalah ketetapan Allah," (1) imbuh Zhafran sebelum menatap permukaan air kopi di cangkirnya. Ia seperti melihat wajah Yunan di sana. 

"Kapan Syeikh pulang, Ustaz?" tanya Mahzar random, sekilas terdengar seperti anak kecil merajuk. Pertanyaan ini akan jadi pertanyaan paling sering yang didengar Zhafran.

Zhafran diam tak menjawab. Jika dijawab 'sebulan', Mahzar akan berkeluh kesah pastinya. 

.

.

***

Catatan Kaki :

(1) Habib Jindan bin Novel Jindan

ANXI EXTENDED 2Where stories live. Discover now