"Belum tau nih, belum ada calon."

Aku mendengkus, "Bohong banget, Bang. Kata Bang Jeno gebetan lo di mana-mana." Sejak terakhir pembicaraanku dengan Bang Jeno mengenai Bang Jay, dia memang mengatakan bahwa dia bukan pasangan yang baik. Entah itu sungguhan atau hanya bohongan, sebab dia memang sering kali membohongiku.

"Haha, Jeno pasti cerita yang buruk-buruk ya soal gue?"

"Not really, tapi seinget gue gak ada yang baik juga." Balasku mencoba bercanda.

"Emang temen laknat itu. Bukannya bantu jaga nama baik, malah jelek-jelekin gue di belakang."

Kali ini aku tertawa mendengarnya. Dia berekspresi seolah-olah tersakiti, padahal aku tau dia tidak sungguhan merasa seperti itu.

"Bang Jeno cuma bersikap objektif aja, Bang."

"Itu dulu, Liv. Sekarang gue udah tobat."

"Really?."

"I don't think the players will be able to stop." Aku tidak terlalu menanggapi serius obrolan ini.

"I'm not young anymore, Liv. I'm starting to think about getting serious."

"So want to stop playing around." Lanjutnya terdengar serius.

Sepertinya ungkapan laki-laki akan berhenti nakal di waktu yang tepat itu memang benar. Umur yang terus bertambah membuat keinginan untuk terus bermain-main juga hilang, sebab ingin mencoba menjalin hubungan yang serius.

"Inget umur juga ya, bang. Gue kira lo masih berasa muda."

"Sebenernya gue juga masih ngerasa muda. Cuma nyokap udah ribut terus, nyuruh gue cepet-cepet nikah."

Aku mengangguk. Paham betul dengan apa yang dia ceritakan, karena hal yang sama juga beberapa kali terjadi di rumah kami. Tentu sasarannya adalah Bang Jeno.

"You and your friends aren't married yet. I think that's quite helpful."

"Tapi si Belva udah ada hilalnya."

"Kan baru satu, masih ada banyak." Jawabanku mencoba menenangkan.

Bang Jay menggeleng. "Soon there will be two, i think."

"Who?" tanyaku penasaran.

Bukannya menjawab, Bang Jay malah melirik ke arah sembilan puluh derajat dari posisi kamu berdiri. Membuatku yang mengikuti arah pandangnya hanya bisa terdiam.

Dengan jantung yang seolah berhenti, aku membatin.
Ini gue kaget aja, atau lagi cemburu?


***


Setelah melihat pemandangan yang kurang mengenakkan, di sisa malam ini mood ku menjadi berantakan. Rasanya aku malas berbicara dengan orang, padahal saat ini sedang berada di tengah-tengah orang yang berbahagia.

Well, setelah terjebak menjadi satu-satunya perempuan sejak pagi tadi, aku memang beranggapan bahwa akan menyenangkan jika ada tambahan anggota perempuan yang bergabung di kelompok liburan kami. Namun saat keinginanku itu terwujud, aku justru ingin berdoa kembali agar hanya aku saja perempuan yang ada di sini.

Minis(try)Where stories live. Discover now