"Calon pengantin pria sudah datang, Bora selesaikan rehearsalnya."

Seokjin berkata setenang mungkin pada Jimin, juga Bora yang ikut bergabung di ketegangan dua sejoli yang nyaris menjalin kesalahan. Sementara Jimin menarik Bora ke posisi yang telah ditentukan panitia tanpa bantahan, tanpa melihat orang-orang yang memperhatikan.

"Sera, kau mau menunggu di sana?" ucap Seokjin pada Sera, menunjuk kursi yang paling dekat. Dia menarik napas lega melihat Sera langsung bergeser mengikutinya, gadis itu tampak sedikit pucat tetapi dia tidak melihat ada tanda-tanda panic attack setelah itu.

Rehearal di ulang dengan Jimin yang terlihat kaku dan Bora yang cemberut. Setelah selesai Bora buru-buru meninggalkan Jimin bersama Seokjin yang kini duduk bersebelahan untuk menerima telepon, sementara Sera diminta Seokjin menemani Reeya yang merengek ingin jalan-jalan di sekitaran ruangan.

Seokjin memerhatikan Jimin yang belum mengalihkan pandang dari Sera, dia mendengus keras sampai Jimin berpaling kepadanya, lalu tiba-tiba berpikir tentang kenyataan jahat yang sampai saat ini belum diketahui oleh Sera. Dia tidak bisa membayangkan, kalau pada akhirnya nanti semuanya terkuak, bahwa: Jimin yang merancang ancaman Hong Kitae malam itu, sementara dia dan Jungkook yang tahu tentang kejahatan Jimin memilih merahasiakannya.

"Kupikir, kita bertiga adalah antagonis yang berlagak seperti protagonis, pada gadis asing yang bahkan tidak pernah mengusik kehidupan kita. Tetapi dengan seenaknya kita menghancurkan hidupnya," ucap Seokjin, penuh penyesalan.

"Ya, tapi kenyataannya kita bertiga telah membebaskannya dari Hong Kitae. Ayahnya Sera telah sembuh dari tekanan depresi, termasuk Sera sendiri. Psikisnya sudah membaik, bukan?"

"Ya, anggaplah itu semua sebagai penebusan dosa, tapi aku tetap merasa kita salah, bila tidak memberitahukan fakta yang sebenarnya."

"Akan kuberitahu tapi tidak sekarang," sahut Jimin, tiba-tiba dia menyela sekali lagi. "Kau sendiri yang bilang, keadaan kejiwaan Sera belum stabil secara keseluruhan. Kenyataan buruk itu akan kembali mengguncangnya, kau pasti lebih tahu penjelasan ilmiahnya bila kita memberitahunya sekarang."

Seokjin mendengus di antara keinginan ingin memaki, berargumentasi pada seorang pengacara memang sangat menjengkelkan. Lihatlah bagaimana Jimin mampu membalikkan kenyataan, dia bahkan bisa menahan kejahatannya sendiri dengan melabeli 'demi kebaikan' pihak yang tersakiti.

Buruknya lagi, Seokjin tidak bisa menyangkal sebab yang diutarakan Jimin memang benar. Bila perkara dilihat dari sudut pandang kesehatan, maka pendapat Jimin masuk akal, dia hanya tidak suka cara Jimin menempatkan pendapat secara personal.

"Seharusnya kau mengakuinya sejak awal, sebelum terapi Sera dimulai." Seokjin berkata.

"Sera pasti meninggalkan Jungkook."

"Belum tentu, karena sejatinya Jungkook tidak terlibat. Kau melakukannya sendirian, Jimin."

"Ya, aku tahu. Jadi biarkan aku yang menyelesaikan masalah itu, sendirian, tanpa kau atau pun Jungkook." Jimin mengambil jeda. "Kau tahu, Jin. Aku ingin sekali membuat Sera membenciku, sehingga bisa membantunya melupakan semua hal yang tidak seharusnya ada di antara kami."

"Jimin, berhenti menyakiti diri sendiri secara sadar. Tolong, mulailah untuk memaafkan dirimu, kejadian itu sudah berlalu hampir 18 tahun. Jungkook bukan lagi tanggung jawabmu, dia bukan beban kesalahan yang harus kau bawa seumur hidupmu."

"Aku tahu." Jimin mengalihkan pandang ke langit-langit gedung, berusaha menyembunyikan matanya yang berembun meski dia sudah menahannya sekuat tenaga.

Jimin ingin sekali sembuh, dia ingin sekali melupakan kejadian itu dan melanjutkan hidup. Akan tetapi, Post Traumatic Stress Disorder yang diidapnya selama ini, mengikatnya terlampau kuat. Sebanyak apapun niat yang dia kukuhkan agar bisa lepas dari PTSD, Jimin selalu saja gagal bila sudah melihat adiknya.

Crimson AutumnМесто, где живут истории. Откройте их для себя