RETA berusaha tersenyum pada orang-orang yang menyapanya meskipun sebenarnya dia sudah ingin menangis, Reta terpaksa datang sendirian ke pesta pernikahan anak dari rekan bisnisnya karena Elang yang tidak kunjung datang menjemputnya, pria itu juga tidak bisa dihubungi padahal Reta telah siap sejak dua jam lalu menunggu di hotelnya. Jika tidak mengingat hubungan baik perusahaan mereka selama ini mungkin Reta sudah membatalkan untuk menghadiri undangan itu.
Reta tidak memiliki teman dekat, kehidupannya selama ini hanya sibuk menempel pada Elang. Memang kebanyakan tamu yang hadir adalah orang-orang yang di kenalnya dalam dunia bisnis hanya saja tidak ada yang bergitu akrab secara pribadi dengannya. Hubungan mereka hanya profesional kerja saja, karena itu sejak tadi Reta hanya diam sendiri, dia merasa sungkan untuk sok akrab.
Reta kembali melihat layar ponselnya, masih tidak ada kabar apapun dari Elang bahkan tidak ada satu pun pesannya yang sudah di baca pria itu membuat Reta bertanya-tanya apa yang terjadi pada Elang.
Mengingat kebiasaan Elang yang akan lupa pada sekitarnya jika sudah larut dalam pekerjaan, Reta menggigit bibir bawahnya menahan sesak. Berpikir mungkin Elang memang sedang sibuk dengan pekerjaannya dan melupakan janjinya pada Reta.
"Aku memang gak sepenting itu ya Bang?"
Sementara itu di tempat lain Elang sedang menggerutu kesal karena mobilnya tiba-tiba mogok, jalan yang di laluinya sepi sejak tadi tidak ada satu pun kendaraan yang melintas disana padahal ini baru jam delapan malam, ponselnya juga mati menambahkan kesialannya malam itu.
"Sial!!" Elang melepas kasar dasi yang serasa mencekiknya.
Elang yang terlalu larut pada pekerjaan baru teringat janjinya untuk menemani Reta ke pesta pernikahan, Elang segera berganti pakaian yang telah tersedia di ruang istirahatnya di kantor itu lalu bergegas menuju hotel tempat Reta menunggu. Karena sudah terlambat maka Elang memilih lewat jalan pintas yang memang cukup sepi di sana tapi sial mobilnya mogok. Elang sama sekali tidak mengerti tentang mesin mobil, dia hanya terbiasa mengurusi bisnisnya saja.
Elang sudah membuka kap mobilnya tapi tetap saja tidak ada yang bisa dilakukannya sampai akhirnya dia melihat ada motor yang melintas disana. Elang melambaikan tangannya berharap pengendara motor itu mau berhenti dan syukurlah harapannya itu terkabul tapi senyum Elang perlahan sirna saat melihat seorang perempuan muda yang mengendarai motor itu.
"Mobilnya kenapa Mas?" tanya perempuan itu.
"Mogok" jawab Elang. "Saya boleh pinjam hp buat telepon bengkel?" pintanya.
"Boleh saya cek mobilnya? Kali aja saya bisa benerin" perempuan itu justru menawarkan bantuan lain.
Perempuan yang belum diketahui namanya itu tersenyum melihat keraguan di wajah Elang. "Tenang aja Mas, mobilnya gak tambah saya rusakin kok"
Walau agak ragu tapi akhirnya Elang membolehkan perempuan itu mengecek mobilnya.
"Coba Mas dinyalain"
Elang menaikkan satu alisnya, perempuan itu memberi kode agar Elang segera melakukannya.
Elang mencoba menyalakan mobilnya dan ajaibnya mobil itu kembali menyala membuatnya tersenyum lebar.
"Kok bisa?" tanya Elang.
"Ya bisa lah kalau paham mesin, makanya Mas jangan nilai dari gendernya" sindir perempuan itu.
"Maaf" ucap Elang merasa tidak enak hati.
Perempuan itu mengulurkan tangannya. "Namaku Alisa"
"Elang" sahutnya menjabat tangan. "Tapi saya beneran gak nyangka kamu bisa benerin mobil"
YOU ARE READING
ReLang
ChickLitTerbiasa bersama sejak kecil menimbulkan benih cinta di hati Reta pada Elang, sosok pemuda tampan yang menjadi cinta pertamanya. Reta tidak sungkan menunjukkan ketertarikkannya pada Elang. Gadis cantik itu seperti bayangan yang terus mengikuti Elang...
