Suara Yang Terus Membuntutiku

29 2 0
                                    

By: Mikayla Alicia Siregar

Di saat itu langit yang gelap gulita ada seorang anak yang sedang berjalan di antara pepohonan yang tinggi-tinggi.
Anak itu melangkah lebih dalam ke dalam hutan, mengikuti jejak-jejak yang semakin samar di tanah berbatu. Sinar bulan yang jarang menerobos kanopi pepohonan tinggi memberikan cahaya samar-samar, menciptakan bayangan-bayangan misterius di sekitar mereka.

Dia membawa tas di punggung, beratnya tas tersebut membuat anak itu hampir kehilangan keseimbangan.

Anak itu terus melangkah dengan tempo yang lambat sampai di mana dia mendengar ada suara yang terus-menerus menyusulnya.

Anak itu mulai melangkah dengan terburu-buru, berusaha melepaskan diri dari suara misterius yang terus menyusulnya. Setiap langkah yang ia ambil, suara itu tampaknya semakin mendekat. Keringat dingin mulai membasahi keningnya, dan jantungnya berdetak semakin cepat.

Saat anak itu berusaha berlari menjauh, ia merasa hutan ini semakin menyeramkan. Bayangan pepohonan yang menjulang di sekitarnya membuatnya merasa terperangkap di dalam labirin gelap. Namun, suara itu tetap bersama dengannya, seperti bayangan yang tak pernah bisa ditinggalkan.

Akhirnya, anak itu tidak kuasa lagi dan berhenti berlari. Ia bernapas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan mentalnya. Dengan perasaan yang gemetar, ia akhirnya berani untuk melihat ke belakang dan menghadapi asal-usul suara yang telah menghantui seluruh perjalanan ini.

Anak itu memandang dengan heran saat sepupunya tersenyum kecut di belakangnya. "Jujur, lu bener-bener bikin gw takut banget" kata anak itu sambil merengutkan bibir.

"Hehe, gw ga bermaksud menakut-nakuti kok!. Gw cuma mau ngagetin doank, Gw ngelihat lu lagi mengambil sesuatu dari mobil, jadi gw memutuskan untuk ngikutin elu" sahut sepupunya sambil tertawa.

Anak itu menghela nafas lega, merasa bersyukur bahwa suara misterius itu hanya berasal dari sepupunya. "Lu bisa aja membuat jantung gw berdegup kencang, tetapi gw ternyata elu yang ngikutin gw".

Dengan tatapan tajam, anak itu menatap sepupunya. "Ah, gw bakal cepuin ke mak lu ya, biar nanti dia yang ngomel ke lo karena udah nakut-nakutin gw di hutan tadi!".

"Eh jangan!, maaf ya gue kan cuman iseng doang, lu mah cepuan cuih," ucap sepupunya sambil terkekeh

Mereka berdua akhirnya tertawa, sambil berjalan bersama menuju tempat perkemahan mereka, sambil menikmati sejuknya udara malam dan gemericik aliran sungai yang mengalir di sebelah kiri mereka.

Tugas Cerpen B.Indo X.5Место, где живут истории. Откройте их для себя