Tears

1.5K 195 25
                                    

Draco terus memperhatikan Harry yang memunggunginya. Bahu sempit itu, entah kenapa terlihat indah di matanya. Namun dengan santai, menutupi ketertarikan itu dan duduk dengan tenang di kursi bar.

Sementara Harry sibuk membuat sarapan seperti yang Draco minta, mengolah semua bahan menjadi sesuatu yang lezat -Yokshire puding, dengan kentang tumbuk dan beberapa macam sayuran. Itu adalah makanan yang biasa di hidangkan oleh Barak Militer untuk pasukan sebenarnya, namun Harry entah kenapa malah memasak makanan ini untuk Draco.

"Aku harap anda menyukainya." Harry menghidangkan makanan tersebut untuk Draco.

Sementara Draco meneliti makanannya dengan aneh, apakah makanannya yang terlihat sangat layak, begitu aneh di mata Draco?

"Masakan orang desa." Draco mengambil Garpu untuk mencicipinya.

Harry mengernyitkan alis, Draco begitu sombong dan kurang ajar. Dia bahkan belum pernah melihat manusia yang lebih sombong dari Draco seumur hidupnya. Namun dia terus berdiri dan menanti Draco menyelesaikan sarapannya, seperti yang pria itu perintahkan.

"Bisahkan aku meminta izin untuk hari ini?" Harry menatap Draco yang mengelak bibirnya dengan serbet.

"Untuk?"

"Hari minggu, aku selalu mengikuti acara bakti sosial dan Voulenterer di taman kota."

"Pergilah, lalu kembali lagi kemari tepat pukul 5 sore."

Semudah itu? Harry pikir Draco akan berbelit-belit.

"Tentu, terimakasih."

Draco tidak menjawab dan juga tidak peduli, malah mengambil sebatang rokok di hadapannya dan mengabaikan Harry.
.
.
.
.

Sudah hampir 2 bulan, waktu Harry terbuang sia-sia dengan berpura-pura menjadi pembantu Draco. Dia terlalu melewatkan banyak hal, tetapi juga harus banyak bersabar, karena kesabaran selalu membuahkan hasil.

Tangannya memberikan senampan makanan untuk para Tuanwisma, sementara pikiran yang rumit terus berputar di kepalanya. Dia adalah pemimpin, maka pemimpin harus bisa memastikan dan menunjang keberhasilan dalam misi kelompoknya.

"Harry..." Cedric yang menyamar jadi kakek tua kumuh, berbisik saat mengambil nampan makanan dari tangan Harry.

"Bagaimana?"

"Akan ada petukaran transaksi malam ini."

"Dimana?"

"Bekas pabrik permen di ujung barat dekat pelabuhan."

"Aku serahkan semuanya padamu."

"Tentu."

"Woii! Cepatlah, kami sudah mengantri terlalu lama!"

Seorang pria berkulit hitam berteriak, sementara Harry dan Cedric meminta maaf atas pelayanan yang lama.

Sore hari itu, setelah Harry selesai dengan pekerjaan Voulenteernya, dia menatap jam yang sudah menunjukan pukul 4.30. Namun sayang, hujan salju kembali turun dan Harry hanya bisa terduduk di halte menunggu bis.

Tubuhnya hanya memakai sweater sebagai penghangat. Harry tidak kedinginan, karena dia sudah terbiasa dengan berbagai macam cuaca. Bahkan pernah hanya memakai kaus pendek dan celana selutut tanpa memakai alas kaki, untuk tes kekuatan tubuh selama musim salju, saat pelantikannya dulu.

Tangannya menadah, memegang salju yang menepi pada telapaknya. Salju itu meleleh dan membuat sensasi dingin pada kulit Harry, katakanlah dia gila karena hanya memakai sweater dengan suhu yang mulai mencapai 9°.

Dari ujung jalan, Draco melihat seseorang yang duduk di halte bus sendirian dan dia mengenalnya —itu Harry. Dirinya baru saja pulang dari rumah utama dan sudah di hadapkan dengan pemandangan mengejutkan.

Tears (4shoot) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang