3

1.3K 136 8
                                    

Suara 'clek' itu terdengar saat Hinata yang sudah selesai mengganti pakaian -- akhirnya keluar dari kamar dan menutup pintu.

Ia berjalan menuju dapur, dan cukup tersentak saat mendapati keberadaan orang lain di ruangan tersebut. Naruto terlihat sedang mengatur belanjaan di kulkas.

Hinata tidak mendengar kedatangannya sama sekali. Pria itu hadir tanpa suara apa pun.

Saat sang samudera membalas tatapannya, Hinata berpaling ke arah lain -- karena Naruto sedang memberikan senyuman lembut.

"Kau sudah lapar? Aku akan segera membuatkanmu makanan setelah mengatur ini."

"Tidak juga. Aku hanya merasa haus."

Lalu, Naruto menggeser tubuh. Hinata berada di sisinya dan mengulurkan tangan untuk meraih minuman di pendingin. Sembari berlutut, Naruto mendongak dan memperhatikan sang adik yang sedang meneguk.

"Ada apa?" sadar sedang dipandangi, Hinata bertanya.

Naruto bangkit berdiri. Jika dalam keadaan berlutut tinggi tubuhnya hanya mencapai pusar sang gadis, maka saat ia berdiri, Hinata harus mendongak agar bisa menatap wajahnya.

"Ada yang ingin kubicarakan denganmu."

"Mengenai apa?"

"Tentang sekolahmu nanti. Aku sudah membawa berkas-berkasmu pagi tadi dan melakukan registrasi. Besok, kita akan pergi untuk mengambil pakaian dan segala atributmu di sana."

"Tidak bisakah Kakak sendiri saja yang pergi?"

"Kenapa?"

Hinata berjalan menjauh. Ia mengambil tempat duduk dan menenggelamkan kepala pada lipatan tangan di atas meja makan. "Aku merasa enggan."

Alis Naruto mengernyit kecil. Hinata benar-benar berbeda dengan dirinya yang dulu. "Ada masalah apa? Ini untuk kepentingan sekolahmu. Kau harus segera melanjutkan pendidikan. Adik Ibu bilang, sudah sebulan lebih kau tidak bersekolah di sekolah lamamu."

Hinata tidak menjawab sama sekali. Naruto hanya bisa melihat helaian rambut gelap yang menutupi seluruh kepala sang adik.

"Hinata, ..."

Melalui sela lengan, Hinata membalas tatapan. Tubuhnya diangkat perlahan dengan kedua sikut yang menyanggah pada permukaan meja.

Naruto dibuat gelagapan. Entah Hinata tidak sadar atau memang tidak begitu memusingkan hal tersebut, namun, akibat posisi ini, garis dadanya menjadi sangat terlihat. Gaun rumahan tipis sepanjang lutut yang dia kenakan, memiliki lingkar leher berbentuk V yang cukup rendah.

Pantasnya, Naruto segera berpaling. Namun sialnya, ia malah memperhatikan bagian itu beberapa detik, baru kemudian menatap wajah Hinata secara langsung dan menjadi fokus.

"Apa yang membuatmu merasa tidak bersemangat ke sekolah? Kau bisa bertemu banyak teman baru di sana." Naruto mencoba memberi pemacu.

Tapi tampaknya, apa yang ia lakukan malah membuat Hinata menjadi tidak senang.

"Aku tidak mau."

"Apa maksudmu?"

"Aku memiliki ingatan yang buruk tentang sekolah."

Naruto ingin bertanya lebih jauh, tetapi Hinata sudah membuang muka ke arah lain -- seolah enggan melanjutkan percakapan.

Entah hal apa yang membuat Hinata menjadi begitu terganggu, namun Naruto memutuskan untuk berhenti mengulik lebih dalam.

"Tapi, kau tetap harus masuk sekolah."

"Aku tahu. Kakak saja yang pergi besok. Aku akan ke sana jika sudah waktunya masuk sekolah."

Keep It Secret - NaruHina [ M ] ✔Where stories live. Discover now