25. Rere's Birthday

Start from the beginning
                                    


“Make a wish,” ujar Serena setelah kotak yang dibawanya itu sudah memperlihatkan cake yang begitu cantik dan lezat.

Rere memejamkan mata, ia berdoa dengan khusyuk. Baru setelah itu, ia meniup lilin. “Na, makasih ya. Makasih banget,” ujarnya tersenyum hangat menatap Serena. Rere tidak tau bagaimana jika Serena tidak hadir di hidupnya. Mungkin, saat ini ia akan benar-benar sendiri.

“Everything for you, baby.” Serena balas menatap Rere dengan hangat. Sekali lagi, ia memberi pelukan untuk sahabatnya itu. “Ah, satu lagi kejutan untukmu.” Lanjutnya.

Serena mengambil sebuah paper bag yang berada di atas kursi, lalu memberikannya pada Rere. “Untukmu.”

“Apa ini?” tanya Rere menerimanya.

“Buka saja,” ujar Serena tersenyum lebar.

“Akan kubuka setelah potong kue.” Rere memotong cake itu dengan potongan pertama ia berikan pada Serena. Tidak lupa, terlebih dulu ia menyuapkan sesendok cake pada sahabatnya itu.

“Potongan pertama untuk Serenaku tersayang!” seru Rere membuat mereka tertawa bersama.

“Thanks, Re.”

Setelah berdoa dan memotong kue-nya, Rere membuka kado dari Serena. Melihat isinya membuat Rere menganga, saking terkejutnya. “Na, are you really?”

Pada ulang tahun kali ini, Serena memberikan Rere 2 buah lingerie berwarna hitam dan seperti warna anggur merah. Serena dengan segala idenya. Rere tidak habis pikir dan bertanya-tanya, kapan sahabatnya itu akan kehabisan ide. Karena sepertinya hal itu tidak akan terjadi.

“Kupikir, kamu harus berusaha lebih maksimal lagi, Re. Makannya aku membelikanmu lingerie,” ujar Serena menjelaskan. “Apalagi kamu bercerita padaku jika ingin menaklukkan hati kak Ares. Bukankah ini adalah salah satu caranya?” Lanjutnya tersenyum menggoda.

Pipi Rere seketika bersemu. “Astaga,” ujarnya menanggapi. “Tapi tidak seperti ini juga.”

“Sudahlah, Re. Aku tau kamu ingin membelinya, tapi malu, kan?” ujar Serena. “Jadi, karena aku sahabat yang baik, maka aku membelikannya untukmu.”

Saat mereka berbincang-bincang ringan sembari sesekali berfoto, seseorang yang tidak disangka-sangka tiba-tiba saja datang. Ares. Pria itu pulang ke rumah. Padahal seharusnya dia masih harus berada di kantor. “Ada acara apa ini?” tanya Ares menghampiri 2 wanita yang sedang berada di ruang bersantai.

Saat Rere hendak membuka mulutnya akan menjawab, Serena sudah terlebih dulu menimpali. “Terasa lucu rasanya jika kamu bertanya seperti itu, kak.” Dari kalimatnya saja sudah terdengar mengejek di telinga Ares. Baginya, Serena memang menyebalkan.

“Salahkah jika aku bertanya?” Ares menaikkan sebelah alisnya, menatap Serena datar.

Serena mengangguk dengan santai. “Tentu saja salah. Lagipula sudah berapa lama kak Ares hidup satu atap dengan Rere?”

“Ini ada acara apa, Re?” tanya Ares beralih menatap Rere dan memilih mengabaikan Serena.

“Sudahlah Re, jangan dijawab. Pertanyaannya tidak penting.” Serena kembali memotong pembicaraan.

“Re, bisakah katakan pada sahabatmu itu untuk diam. Aku sedang tidak bertanya dengannya,” ujar Ares tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.

“Na, sudah.” Rere menatap Serena, memberi kode sahabatnya itu untuk diam dan tidak meladeni Ares. Lalu setelah itu, ia beralih menatap Ares. “Tidak ada acara penting apa pun, kak.”

Serena mendengus, mendengar jawaban Rere. Ia lalu menatap Ares dengan kesal. “Ini adalah ulang tahun Rere, lima mei. Ingat itu!”

Kalimat Serena membuat Ares terdiam mendengarnya. Ah, ke mana saja dirinya selama ini? Bahkan sebenarnya, tanpa Ares bertanya pun, seharusnya ia sudah paham begitu melihat ruang bersantai yang didekorasi seperti perayaan ulang tahun dengan beberapa balon dan juga ucapan Happy Birthday. Ah, jangan lupakan sebuah cake cantik di atas meja yang sudah dipotong kecil.

Ares mengangguk pelan, tanda ia mengerti. Lalu menatap Rere yang ternyata juga sedang menatapnya. “Selamat ulang tahun, Re.”

Rere tersenyum, mengangguk. “Terima kasih, kak.”

Lalu tanpa disangka, Ares memberikan pelukan hangat pada Rere membuatnya terkejut. “Maaf, karena tidak tau hari bahagiamu.”

“Ah, tidak apa, kak.”

Saat Rere melepaskan pelukannya karena merasa canggung, ia bertanya untuk mengalihkan. “Tumben kak Ares pulang. Ada yang tertinggal?”

“Ah, aku merasa tidak enak badan dan sepertinya perlu istirahat. Berada di kantor membuatku merasa semakin pusing,” balas Ares menjelaskan.

“Pantas saja badan kak Ares terasa hangat,” gumam Rere yang masih bisa didengar Ares karena jarak mereka yang dekat. Ya, Rere bisa merasakan tubuh Ares yang hangat saat mereka berpelukan. “Istirahatlah, kak.”

“Re, sebaiknya aku pulang. Tiba-tiba saja hawanya terasa panas membuatku malas untuk berlama-lama di sini.” Serena tersenyum hangat menatap Rere, meskipun kalimatnya terdengar sedang menyindir. Tentu Ares merasa, karena sejak dulu memang ia dan Serena tidak pernah akur.

“Pulanglah. Siapa juga yang menyuruhmu untuk berlama-lama di sini.” Bukan Rere yang menjawab, melainkan Ares dengan segala rasa sensitifnya.

Rere yang merasa akan menyaksikan perang dunia ketiga dari dua orang di depannya itu segera menengahi. “Iya, Na. Nanti kita atur jadwal untuk pergi jalan-jalan bersama.”

“Dan kak Ares, sebaiknya kakak ke kamar terlebih dulu. Nanti aku akan menyusul.”

Ares menuruti kalimat Rere, lagipula kepalanya juga sudah terasa sangat pening sekali. Setelah kepergiannya, Rere kembali beralih pada Serena. “Jangan lupa untuk memakai lingerie yang sudah kubelikan, Re.” Serena mengedipkan sebelah matanya menggoda. “Aku pulang terlebih dulu, bye!”

Rere mendengus, karena kalimat pertama Serena. “Oke. Hati-hati, Na. Bye!”















***

part 35 dan 36 sudah up di KaryaKarsa thxyousomatcha ya!

update terakhir di tahun ini. Sampai jumpa lagi di tahun 2024!

pai-paiii

Love Story: Ares And Rere (On Going)Where stories live. Discover now