Yang Sebenarnya : Bagian 5

55 0 0
                                    

- MEI 2022

Phawin menatap langit biru yang cerah dari jendela kamarnya. Dia baru saja pulang dari rumah sakit setelah menjalani perawatan intensif selama seminggu. Dokter mengatakan bahwa kankernya sudah menyebar ke seluruh tubuhnya dan tidak ada harapan lagi untuk sembuh. Phawin merasakan sesak di dadanya, bukan karena penyakitnya, tapi karena rasa bersalah yang menghantui hatinya.


Dia belum memberi tahu Team, pacarnya yang sudah bersamanya selama tiga tahun, tentang kondisinya yang sebenarnya. Dia tidak tega melihat wajah Team yang ceria dan penuh cinta berubah menjadi sedih dan putus asa. Dia ingin Team tetap bahagia dan tidak terbebani oleh masalahnya. Dia juga takut Team akan meninggalkannya jika tahu dia akan mati dalam waktu dekat.


Phawin mengambil ponselnya dan melihat pesan-pesan dari Team yang belum dibalasnya. Team menanyakan kabarnya, mengirimkan foto-foto lucu, dan mengatakan bahwa dia sangat merindukannya. Phawin menekan tombol kirim dan menunggu balasan dari Team. Tak lama kemudian, telpon nya terhubung.


"Haloo, sayang."

"Hia? Kamu baik baik ajaa? Sekarang dimana? Kenapa kamu nggak ngabarin aku selama ini?"


Phawin terkekeh mendengar pertanyaan Team yang menggebu gebu itu

"Maaf ya, sayang. Aku sibuk banget beberapa hari ini. Tiba tiba saja manager menjemputku waktu itu untuk langsung berangkat syuting di luar kota. Aku tidak sengaja meninggalkan ponselku dan tidak bisa mengabarimu, Aku kangen kamu Team."


"Syuting di luar kota? Apa kamu yakin? Kamu nggak lagi bohong kan Hia?"


"Enggak kok, sayang. Aku nggak bohong. Aku baik-baik aja. Kamu mau ketemu di mana? Aku bisa jemput kamu, besok aku free."


"Hia jemput aku di apart aja. Aku juga pengen kita pergi ke tempat yang tenang. Aku mau ngobrol banyak hal sama Hia."


"Oke, sayang. Sampai jumpa besok ya. I love you."


"eumm, Love you too Hia."


Phawin meletakkan ponselnya di meja dan menutup matanya. Dia berdoa agar besok menjadi hari yang indah dan tak terlupakan bagi mereka berdua.


Phawin merasa hatinya berdebar-debar. Dia juga ingin bertemu Team dan segera memeluknya erat-erat. Tapi dia juga takut Team akan melihat perubahan pada dirinya. Dia sudah kehilangan banyak berat badan, rambutnya mulai banyak yang rontok, dan kulitnya juga semakin pucat. Dia tidak ingin Team melihat keadaan nya seperti ini.


Keesokan harinya, Phawin mengemudikan mobilnya menuju rumah Team. Dia memakai kacamata hitam dan topi untuk menyembunyikan wajahnya. Dia merasa gugup dan deg-degan. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah dia bertemu Team. Apakah Team akan mempertanyakan perubahan pada dirinya? Apakah Team akan marah karena dia berbohong? Apakah Team akan tetap mencintainya?


Phawin tiba di depan apartemen Team dan mengirim pesan kepada Team.

"Aku sudah di bawah Team."


Tak lama menunggu mata Phawin dibalik kacamata hitam miliknya terpaku dengan kehadiran Team yang tersenyum lebar mendekatinya. Team mengenakan kaos putih dan celana jeans biru yang membuatnya terlihat tampan dan segar. Phawin merasa iri dan minder melihat penampilan Team yang berbeda jauh dengan dirinya.


"Hia.."


"Team"


Phawin tersenyum lemah dan membuka kunci pintu di sebelahnya.


"Ayo masuk. Aku mau bawa kamu ke tempat spesial."


Team mengangguk dan kemudian masuk ke dalam mobil. Dia tidak tahu harus berkata apa. Dia hanya ingin mendengar suara Phawin.


Phawin kembali mengunci pintu mobil dan mengemudikannya dengan perlahan.


Phawin menyetir mobilnya menuju taman bunga itu dengan perasaan bercampur aduk.Mereka berdua banyak diam sepanjang perjalanan. Mereka tidak saling menatap atau bahkan menyentuh. Mereka hanya merasakan kehagatan atas kehadiran satu sama lain. Apakah Team ingin mengucapkan selamat tinggal padanya? Apakah Team sudah tahu tentang penyakitnya?


Phawin mencoba mengusir pikiran-pikiran negatif dari kepalanya dan fokus pada jalan di depannya. Dia berharap semuanya akan baik-baik saja.

PLEASE, TRUST MEWhere stories live. Discover now