CHAPTER 03

197 24 0
                                    

Hei Yanjing menurunkan kaca kemudi dan membiarkan angin musim panas menyelinap masuk ke dalam mobil. Malam hari pukul sembilan, dia masih berkeliaran di jalanan untuk mencari penumpang. Sesekali dia berhenti untuk membeli secangkir kopi dan menikmatinya di dalam mobil. Kali ini pun dia menepikan taksinya di satu jalan sepi tidak jauh dari sebuah jalan bercabang.

Namun alasannya berhenti bukan karena istirahat untuk menikmati kopi. Wajahnya sedikit tertunduk menyimak satu tayangan di layar ponsel. Dia selalu mengenakan kacamata hitam sebagai ciri khas yang tak terpisahkan, mantel, jaket, t-shirt, semua yang dia kenakan identik dengan hitam. Dan dari balik lensa kacamata hitam, sepasang matanya terfokus pada satu wajah tampan, serius, dan terlihat pucat di bawah bidikan kamera. Dia tengah bicara di depan wartawan dalam satu konferensi pers yang diadakan Kepolisian Distrik Yanqing. Dalam tayangan itu, Xiao Hua mendapat kesempatan untuk menjelaskan perkembangan kasus pembunuhan gaun putih yang kini menebarkan ketakutan dan kecemasan pada warga sipil.

"Dia pria muda yang bersemangat," Hei Yanjing bergumam pada diri sendiri, diiringi seringai tipis di bibirnya yang sinis.

"Hmmm, sangat menggebu-gebu. Seseorang yang terlalu bersemangat akan rentan kecewa. Tapi tak masalah. Baiklah, mari kita lihat apakah kau bisa menangkap pembunuh berantai itu."

Meski terus berkomentar dengan nada skeptis, Hei Yanjing terus menyimak tayangan hingga selesai. Tidak sesaat pun mengalihkan tatapan pada wajah Xiao Hua, bahkan saat akhir tayangan tepat berhenti di wajahnya. Kali ini bibirnya mengukir senyuman.

"Kapten Xie, auramu sepanas api," ia berbisik pada wajah di layar, mengusapnya dengan ujung ibu jari.

"Semoga berhasil."

Dia mematikan layar ponsel, kemudian meletakkannya di dashboard. Awan gelap tebal bergerak ke arah barat, dan angin yang menyegarkan bertiup menyapu wajahnya. Kesejukan yang lumayan itu meringankan napasnya, membuatnya merasa santai. Ditambah dengan keasyikan menonton tayangan berita dan mengagumi wajah tampan Xiao Hua. Bayangan wajahnya yang serius dan kata demi kata yang diucapkan dengan penuh keyakinan melahirkan kekaguman dan simpati yang aneh dalam dirinya. Hei Yanjing menyandarkan punggungnya dengan lemas, untuk beberapa lama hanya duduk diam sementara pikirannya melayang entah ke mana.

Sepertinya tayangan video singkat itu menyebabkan ketajamannya mengendur sesaat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya tayangan video singkat itu menyebabkan ketajamannya mengendur sesaat. Hei Yanjing lalai memperhatikan sekelilingnya dengan seksama. Bahkan bukan tidak mungkin ada penumpang yang membutuhkannya di jalanan yang nampak gelap dan sepi. Sepuluh menit kemudian dia menegakkan posisi, siap untuk kembali mengemudi. Di saat itu ia menangkap sosok gadis bersweater putih, jeans dan tas ransel di punggungnya, tengah berjalan lambat dan berbelok ke kiri menyusuri satu jalan kecil yang suram dan sepi. Ekspresi keras dan dinginnya tidak berubah sedikit pun sewaktu dengan sudut matanya dia mengikuti pergerakan gadis itu.

*****

Seperti biasa, mahasiswa cantik bernama Gu Zi Qing itu pulang ke rumah pada malam hari setelah menyelesaikan pekerjaan paruh waktunya di sebuah restoran Jepang cepat saji. Turun dari bis kota tepat di depan Xian Road, dia perlu berjalan kaki sejauh lima puluh meter, kemudian berbelok ke kanan meyusuri jalan selebar dua meter dengan penerangan minim dan dipagari pepohonan. Pada siang hari, jalan ini cukup sejuk dan tenang, jalur yang menyenangkan untuk dilewati. Tetapi pada malam hari suasananya berubah suram dan mencekam. Zi Qing tidak takut sama sekali. Dia telah melewati jalur ini selama bertahun-tahun. Menempuh jarak seratus lima puluh meter lagi untuk tiba di kawasan pemukiman yang lebih terang dan hidup. Sesekali ada sepeda motor melewatinya, tapi lebih sering sepi.

𝐓𝐇𝐄 𝐄𝐑𝐀𝐒𝐄𝐑 (𝐇𝐄𝐈𝐇𝐔𝐀) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang