Bab. 02

11 1 2
                                    

"Terkadang kepergian seseorang juga bukan atas kemauannya. Keadaan atau bahkan permintaan adalah penyebab lainnya"
.

"Bayi nggak usah sok-sokan masak". Ledek Renata atau lebih sering di panggil Nata ketimbang Rena. Nggak suka katanya, wanita 25 tahun yang masih betah menjomblo. Percintaanya yang kerap gagal menjadikan ia pribadi yang hati-hati dalam memilih pasangan hidup. Masa bodoh dengan usia, siapa saja bisa jatuh cinta dan berhak penuh atasnya.

Dengan percaya diri ia mengambil alih bahan masakan hendak memasukanya ke dalam wajan.

"Mau ngapain ?"

"Biar gue aja yang masak"

"Nggak nggak. Ntar nggak bisa dimakan, lo kalo masak garemnya setoples jatohnya pait nanti" dan ini Grace. Wanita 20 tahun yang sok-sokan dewasa meski nyatanya dia adalah wanita labil yang emosian. Setidaknya masakannya masih wajar di cerna, karena memang hanya itulah kelebihannya. Dia tidak akan pernah setuju jika Nata yanng memasak. Tidak akan pernah.

"Hehe" Nata hanya nyengir kemudian keluar membiarkan Grace bergulat dengan dapur. Sadar diri jika ia hanya bisa bermain game saja ketimbang memasak ia lebih memilih mundur dari pada dilempar panci oleh Grace. Anggap saja trauma lama.

Berjalan mendekati Rose yang tidur di ruang tengah dengan televisi menyala. The real definisi terbalik yang sebenarnya.

"Roseeeeeeeee!!"

"Nape, Kenape ?. Lu ngarepin apa dari gue, Kenape ?". Rosela memang salah satu manusia yang seperti itu. Ia suke berlebihan bahkan saat ia terkejut saja ia bisa mengeluarkan banyak kata dalam hitungan detik. Dan lagi karena namanya terlalu panjang untuk sekedar nama panggilan, maka panggil saja dia Rose.

Rumah ini memang selalu ramai tak peduli seberapa luas rumah tinggal itu akan selalu ramai bak pasar setiap harinya. Penghuninya hanya beberapa karena memang tempat itu tak memiliki banyak kamar. Rumah minimalis itu memiliki dua lantai dengan ruang tamu yang luas juga dapur yang menjadi satu dengan meja makan, dua kamar mandi dan empat kamar tidur di lantai satu. Sedangkan lantai atas ada satu kamar mandi dan tiga kamar tidur, juga balkon yang lumayan luas untuk sekedar menjemur dan duduk santai. Maka tak heran dengen suara ribut, karena memang mereka selalu ribut berebut kamar mandi setiap pagi.

Berteriak bahkan menggebrak pintu sudah menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan. Dinda si pemilik rumah sudah sampai bosan mengganti pintu kamar mandi yang jebol karena tendangan maut dari Laila.

Nata menjadi yang pertama meledek dam tertawa setiap Dinda mengeluh kesal dengan kelakuan mereka. Sungguh di luar nalar, tenaga mereka luar biasa meski disebut wanita.

"Bangunin si Tania gih, dari pagi belum makan dia" pinta Nata.

Rosela hanya mengangguk sambil ngacir begitu menuju kamar Tania yang berada di lantai dua. Kamarnya berada di tengah jadi ia tak perlu berjalan jauh. Sebenarnya Rose agak sedikit ragu, pasalnya wanita itu datang ke rumah hampir tengah malam dengan kondisi yang acak adul. Wajahnya pucat, rambutnya kusut, dan baju yang basah kuyub bahkan lingkaran hitam di sekitar matanya terlihat jelas. Sudah lebih dari satu bulan Tania disini, namun Rose masih saja takut dan sungkan.

"Yo Tania. Bangun ini udah siang". Meski merinding Rose tetap harus membangunkannya dari pada mendengar omelan seribu bahasa milik Nata. Rasanya itu berkali lipat lebih menyeramkan dari pada Tania.

Terdengar gusrak gusruk dari dalam jadi Rose merasa tak perlu memanggil lagi jadilah ia turun kembali. Dan benar saja, tak lama gadis yang bernama Tania itu keluar menuruni tangga dengan kondisi sudah lebih baik. Semalan gadis berambut pirang itu demam dan mengeluh pusing jadi ia tidur sampai sesiang itu.

"Nah makanlah dulu. Itu si Grace udah selesai masak, nanti baru tidur lagi" Nata mempersilahkan dengan sopan.

"Bosen tidur mulu" Tania mengambil duduk di sebelah Rose kemudian meminum air yang sudah di siapkan.

Makan siang mereka saat libur memang terbiasa bersama. Kali ini tanpa dua anggota karena Airi dan Laila sedang ada urusan di luar. Jangan lupakan Dinda si pemilik rumah yang juga sedang dalam perjalanan menuju luar kota bersama suaminya. Ia memang salah satu si paling sibuk dari pada yang lain. Ia hanya tidur di di rumah ini ketika mendesak atau ada urusan di kota terdekat saja karena memang rumah utamanya berada jauh.

"Mbak Dinda tuh kaya gimana orangnya ?" Tania membuka percakapan. See, Dinda memang sesibuk itu sampai belum pernah bertemu meski sudah sebulan ia di rumah.

"Yang pasti dia cantik, dia baik juga. Pokoknya mah perfect" balas Rose. Ia tidak berbohong, bahkan Nata dan Grace mengakuinya. Penghuni rumah yang lainpun berpendapat sama.

"Bersyukur banget ketemu mbak Dinda, waktu itu pas gue juga lagi hancur banget. Dia dateng ntah dari mana terus nawarin tempat tinggal gitu aja" Nata bernostalgia. Baginya Dinda adalah malaikat penolong kiriman Allah yang datang merengkuhnya ketika ia tak kuat menopang lara.

"Iya sama. Waktu itu gue hampir ketabrak mobil pas di kejar preman. Tapi Mbak Dinda nylametin gue dengan keren. Terus gue di bawa kesini, diauruh tinggal disini. Lo inget kan waktu itu lo juga masih takut ketemu orang baru" Rose mengingat dengan detail bagaimana Dinda menyelamatkannya dengan cara menyeret kerah nya. Agak lain memang. Rose hampir mati tertabrak mobil, dan hampir kehabisan nafas tercekik kerah baju.

Grace dan Nata tertawa mengingatnya. Benar-benar sebuah adegan yang dramatis.

"Iya lucu njir. Tan lo belum tau kan, Rose dulu hampir ketabrak mobil, dan hampir kehabisan napas kecekik" Nata terkekeh gemas.

"Kok bisa gitu ?"

"Dia di selametin kak Dinda, tapi caranya nyelametin di tarik kerahnya dari belakang. Abis napasnya dia" jelas Grace.

"Mbak Dinda memang sebaik itu. Bahkan waktu itu dia juga ijinin lo tinggal walaupun gue minta ijinnya cuma lewat telfon" Sahut Grace tak mau kalah. Ia datang dengan membawa irisan buah semangka di ambilnya beberapa saat yang lalu. Buah yang masih merah segar. Meletakannya di tengah meja dan memulai makan dengan tenang sampai ketukan pintu terdengar sangat brutal membuat Nata terkejut. Nata menutup telinga rapat, tubuhnya bergerak gelisah, dan tangan mulai tremor hebat.

"Nataa!. Mau sampai kapan kamu menghindar ?"

"Orang itu dateng lagi" Grace.

"Orang itu dateng lagi" Grace

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Renata.



Sorry for typo.

Tbc.....

Bad Alive | desta_12Where stories live. Discover now