1

22 1 0
                                    

Tahun pembelajaran baru telah dimulai. Tahun ini, Aku memasuki jenjang sekolah yang lebih tinggi. Perkenalkan, namaku Istiana Fatimah. Aku adalah siswi baru di sekolah swasta yang terletak di pusat kota Parakan, Temanggung. Aku duduk di kelas X-1. Karena sudah memasuki bulan Agustus, sekolahkau mengadakan lomba antar kelas untuk memperingati hari kemerdekaan yang diselenggarakan setiap tahun. Hari lomba dijadwalkan berturut mulai tanggal 23 - 25 Agustus 2023.

  Dalam susunan acara, terdapat satu acara yang menarik perhatianku. Itu adalah puncak acara yang diselenggarakan pada tanggal 25 Agustus 2023. Setiap kelas wajib menampilkan satu kesenian daerah.

  Semua kelas segera mempersiapkan tema yang akan dipentaskan. Tak terkecuali kelasku. Awalnya sudah diputuskan bahwa kami akan menampilkan Topeng Ireng. Akan tetapi cukup banyak yang protes akibat harga sewa kostum yang mahal.



+++



  Saat jam istirahat, aku mengobrol dengan ketiga temanku Naya, Rita dan Claudia.

"Aku tidak suka Tipeng Ireng," celetukku.

"Aku juga," balas Claudia.

"Mengapa tidak menari saja," imbuh Naya.

Rita yang sedang asik memainkan handphone-nya ikut berkomertar.

"Topeng Ireng juga sebuah tarian, Naya"

"Aku teringat sesuatu. Sebelum lulus dari sekolah lamaku, sekolahku juga mengadakan pensi tahunan. Dan di angkatanku pemenangnya memainkan sendratari Roro Jonggrang," jelasku.

"Sehebat apa?" tanya Naya.

Aku mengeluarkan handphone-ku dan membuka Youtube.

"Aku tidak menyimpan videonya. Terlalu banyak menggunakan memori. Tapi Kamu bisa melihat apa yang mereka tampilkan," jawabku sembari menunjukkan sebuah video sendratari Roro Jonggrang yang ditiru teman disekolahku dulu.

"Bagaimana kalau kita mengajukannya kepada Miss Ana?" saran Naya.

"Setuju,"



++++



Esok harinya, aku mendapat kiriman video dari Claudia yang juga merupakan sebuah drama-tari yang sama. Hanya saja dialog yang digunakan lebih detail dan lebih menonjolkan tokoh Bandung Bondowoso daripada video yang kutunjukkan. Berjudul 'Bandung Bondowoso'.

Di kelas, aku mengatakan pendapatku mengenai drama tari itu. Akhirnya, kelasku setuju untuk menampilkan sendratari Bandung Bondowoso. Wali kelasku langsung memilih pemain yang akan bermain dalam sendratari tersebut. Dan Aku mendapat peran sebagai dayang. Meski bukan peran utama, gerakan para dayang dalam sendratari tersebut merupakan komponen yang penting. Karena tanpa dayang, tokoh Roro Jonggrang akan temaram.

Kami memulai latihan di hari selanjutnya. Aku membimbing teman temanku yang bermain sebagai dayang. Itu adalah hal yang menyenangkan untukku yang menyukai seni tari. Satu hal yang membuatku kesal adalah teman laki lakiku yang tidak mau ikut berpartisipasi. Mereka berperan sebagai Bandung Bondowoso dan para jin. Karena dia tak mau ikut latihan, akhirnya wali kelasku mengganti pemain.

Semua di luar perkiraanku. Yang bermain dalam sendratari ini semua perempuan.

Roro Jonggrang diperankan oleh Aulya,
Bandung Bondowoso diperankan oleh Farah,
Dukun diperankan oleh Eka,
Para dayang diperankan oleh Rita, Yulia, Lala, Naya, Luna dan Aku,
Punggawa diperankan oleh Atina dan Alina,
Dan para jin diperankan oleh Widi dan Rena.

Aku cukup bingung pada awalnya, tetapi temanku Lala meyakinkanku,

"Bukan masalah, kita bisa mendandani mereka menjadi laki laki. Tidak perlu khawatir," begitu katanya dan aku percaya. Sesederhana itu.



+++



Beberapa hari sebelum acara, ada beberapa hal kecil terjadi. Seperti jumlah dayang yang ditambah dari enam menjadi delapan kemudian kembali menjadi enam orang, satu teman sakit dan diganti teman lain, dan hal kecil lainnya. Tapi semua selesai dengan baik.

Selain membantu teman temanku mengahafal gerakan, aku juga bertugas untuk menentukan kostum para dayang. Disini, aku harus memikirkan kostum yang mewah tapi tidak mencolok agar tidak mengalahkan tokoh Roro Jonggrang.

"Istiana, ini selendangnya dayang mau gimana modelnya," tanya Miss Ana, wali kelasku.

Kebetulan waktu itu aku sedang sakit tenggorokan, jadi aku langsung maju tanpa mengatakan apapun. Aku mencontohkan satu gaya selendang pada temanku.

"Nana, kenapa tidak seperti ini?"

Temanku Aulya yang memerankan tokoh Roro Jonggrang memberikan satu contoh juga. Dengan hasil kesepakatan, gaya yang dipilih adalah yang ditunjukkan Aulya. Kostum dayang selesai. Untuk Roro Jonggrang sudah ditentukan sebelumnya, kebaya merah dengan mahkota emas. Mewah.

  Miss Ana juga sudah selesai menentukan kostum untuk para jin, punggawa, dukun dan tentu saja, Bandung Bondowoso. Jin dan dukun mengenakan pakaian serba hitam, punggawa mengenakan pakaian hitam putih dan Bandung Bondowoso mengenakan pakaian kasual tradisisonal jawa yang sering dikenakan oleh para bangsawan. Mencolok, mengingat karakter Bandung Bondowoso adalah seorang Putra Mahkota.

"Wow," hanya itu komentarku.




+++



Hari yang ditunggu tunggu akhirnya tiba. Hari ini tepat tanggal 25 Agustus 2023. Kelasku mendapat antrean nomor 6. Saat semua temanku sudah hadir, kami mulai bersiap siap. Awalnya kami make up di kelas X-1 yang terletak di lantai 3 lalu wali kelasku menyuruh kami make up di lantai 1 tepatnya di ruang perpustakaan. Akhirnya kami turun ke lantai 1. Namun, ruang perpustakaan tengah digunakan kakak kelas untuk bersiap sehingga kami kembali naik ke kelas. Tak lama kemudian, kami turun kembali karena kakak kelas sudah selesai bersiap.

"Nana, ini selendangnya tolong,"

Aku mendekati salah satu temanku, Luna yang berperan sebagai dayang untuk membantunya. Memasang selendangnya cukup mudah, hanya saja sulit untuk membuatnya rapi.

"Sekarang Yuli," dan aku beralih pada Yuli. Begitu hingga selesai.

Terakhir, aku mempersiapkan diriku sendiri. Tiba tiba aku teringat sesuatu. Aku menoleh ke arah Bandung Bondowoso kemudian ke arah Roro Jonggrang.

"Aulya, Bandung Bondowoso nggak di make up?" tanyaku.

Aku bertanya kepada Aulya karena dia bertugas untuk make up bersama salah satu temanku yang tidak ikut pentas.

"Tidak perlu," bulan Aulya yang menjawabnya. Tapi Farah yang berperan sebagai Bandung Bodowoso.

"Hanya bedak tipis?" tanyaku lagi.

"Tidak. Begini saja, supaya terlihat tampan seperti laki laki," jawabnya lagi.

"Baiklah, tidak apa,"

  Akhirnya kami tampil. Meski ada beberapa kesalahan itu tidak masalah. Semua sukses untuk yang pertama.
















Kesanku disini. Jangan terlalu memikirkan kesempurnaan dalam sebuah karya. Yang terpenting adalah solidaritas. Teman temanku mau mendengarkanku itu sudah lebih dari cukup. Jangan terlalu menuntut jika kamu juga tak ingin dituntut. Bagiku, tiada sesuatu yang sempurna di mata orang yang salah. Aku puas dengan hasil yang berhasil kami raih. Setelah selesai, jangan lupa mengucapkan terimakasih.

Entah sejarah ataupun legenda. Kisah antara Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang sangat indah. Sungguh luar biasa cinta Bandung Bondowoso kepada Roro Jonggrang. Candi candi terindah ia bangun hanya untuk orang yang Ia kasihi. Mungkin, Roro Jonggrang menjadi satu satunya wanita yang mendapat cinta dari pemilik tahta Pengging. Tapi cinta juga tidak bisa dipaksakan dan pada akhirnya mereka tidak bisa bersanding di tahta Prambanan. Akhir dari kisah ini sangat tragis. Bahkan jika tidak ada yang mau peduli lagi.

























End

Sendratari Candi Prambanan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang