9. Reality Hurts (Charles - Part Two)

505 46 1
                                    

Author's Note : Another short chapter! Enjoy!🫶🏻

•••

Kemenangan telah menjadi milikku malam ini. Aku sedang berdiri di atas podium ketika lagu kebangsaan Monaco dimainkan. Seorang sosok perempuan berambut hitam dengan mata cokelat keemasan terus muncul dalam pikiranku. Daisy Elizabeth Chen, kamu tidak tahu betapa aku ingin memelukmu dan menciummu sekarang. Mataku kemudian tertuju kepada Daisy, yang ternyata sedang berdiri di depan podium bersama tim-ku yang lain hendak mengucapkan selamat. Aku tersenyum lebar melihatnya dari kejauhan. Tanpa berpikir panjang, aku berjalan menuju kearahnya, perutku merasa mual dan jantungku berdetak begitu cepat, aku juga tidak tahu, apakah ini karena adrenalin? atau karena dirinya? Aku memeluk erat Daisy dan menatap mata indah-nya, "Maaf, aku berkeringat." Ia lalu tersenyum. "Selamat, my champion! Ayahmu pasti tersenyum lebar menyaksikanmu dari atas surga. Aku juga sangat bangga padamu."

Ia tampak sangat bahagia untukku. Aku sangat ingin menciumnya, aku kemudian meminta ijinnya, "Bolehkah aku menciummu?" Ia lalu menganggukan kepalanya. Ciuman pertama kami kemudian disaksikan oleh seluruh warga dunia, ditayangkan di seluruh saluran televisi Formula 1.

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Kau gila." ucap perempuan yang baru saja kucium itu. Ia terus menerus protes soal ciuman pertama kami yang katanya kulakukan secara paksa.

Aku sekarang sedang berada di kamar hotel, bersiap-siap untuk hadir dalam after-party yang diadakan Ferrari. Dalam setiap akhir pertandingan, kami semua selalu merayakan kemenangan dengan sebuah pesta. Hal ini sudah menjadi tradisi dalam setiap akhir balapan.

Aku kemudian membela diriku, "Kamu sudah memberiku ijin, Daisy Elizabeth."

"Ya, masa aku menolakmu di depan umum? Di depan semua media pers? Tidak mungkin, kan."

"Kamu jelas-jelas membalas ciumanku."Aku tidak mengerti kenapa Daisy harus begitu marah mengenai hal sepele ini. Ia terdiam sejenak sebelum akhirnya melanjutkan protesnya.

"Tidak, tidak, tidak! Ini tidak boleh terjadi lagi, Leclerc! Ingat, ini semua hanya sandiwara! Jangan lakukan itu lagi! atau kontrak kita batal!" Daisy terdengar sangat serius.

Damn! Itu cukup menyakitkan datang dari mulut Daisy. Aku diingatkan sekali lagi. Right, ini semua hanya sandiwara yang dilakukan demi mencapai keuntungan kita masing-masing. Ia tak memiliki perasaan apapun padaku. Ini semua murni akting.

"Yaampun, oke, siap, aku mengerti, bos. Tidak ada ciuman lagi. Friendly hugs only." Perempuan itu lalu menatapku penuh amarah, yang menurutku cukup menggemaskan.

"Aku tidak menyangka itu akan menjadi pertengkaran pasangan pertama kita." godaku.

Daisy lagi-lagi menunjukkan ekspresi marahnya yang gemas, "Diam kau, Leclerc!"

"Mari kita akhiri pertengkaran ini, lalu segera bersiap-siap untuk pergi ke pesta, aku mohon, cantik?" rayuku.

"Oke, ketemu di lobby pukul 00.00."

"Sampai ketemu, mi amor."

•••

Aku tahu pacar palsuku itu tak begitu suka pesta, tapi ia memilih untuk mengesampingkan perasaan itu dan ikut merayakan kemenanganku. Ia tampak cantik dengan gaun panjang hitam-nya terlihat sedang menuruni tangga lalu pergi menghampiriku.

 Ia tampak cantik dengan gaun panjang hitam-nya terlihat sedang menuruni tangga lalu pergi menghampiriku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu kata untuknya.
W-O-W.
Daisy Elizabeth Chen tidak pernah gagal dalam upayanya untuk memutar balikkan duniaku.

Ia tampil malu dan ragu dengan penampilan barunya, "Bagaimana menurutmu? Apakah terlalu berlebihan? Aku rasa aku ganti baju saja, ya?"

"Tidak peduli pakaian apa yang kamu kenakan, kamu selalu terlihat sempurna di mataku, Daisy Elizabeth." Entah bagaimana kalimat manis itu muncul begitu saja dari dalam mulutku.

"Meski itu adalah pakaian badut?" tanyanya bercanda. Ia tampil begitu cantik dengan senyum terlebarnya.

"Ya, Daisy. Meski kamu memakai kostum baju sapi pun kamu akan terlihat cantik." godaku jahil.

"Kenapa harus sapi? Maksudmu aku mirip sapi, Leclerc?" balasnya menggodaku balik.

"Iya, ya. Mirip juga ya, ternyata." balasku. Daisy menatapku dengan tatapan maut.

"Berarti kalau begitu kau mirip seperti seekor babi." Perempuan itu lalu dengan cepat berjalan melewatiku, "Ayo cepat, Leclerc! Kita akan terlambat!" Aku lalu segera menyusulnya dan mengambil mobil-ku dari valet.

•••

Percakapanku dengan Daisy tadi sesaat sebelum memasuki area lantai dansa membuatku berpikir sepanjang malam,
"Aku hanya ingin memperjelas segalanya sebelum kita memasuki ruangan, Pertama, tentu, tidak ada ciuman, sangat dilarang. Lalu, apa lagi, love?"

"Uhmm.. pasang jarak 10 cm?" balasnya.

"Tidak mungkin! Bagaimana mereka akan percaya bahwa kita adalah pasangan jika berdiri berjauhan?"

"Oke, baiklah. Kamu boleh memegang tanganku. Tapi itu saja, tidak lebih." Daisy memberiku suatu solusi yang menurutku sama sekali bukanlah suatu solusi. Dengan 0% kontak fisik, semua orang pasti akan mengira kita sedang bertengkar, atau lebih buruk lagi bahkan sudah putus.

"Ada apa dengan semua perubahan mendadak ini?" protesku.

"Tidak ada dendam, Leclerc tapi menurutku kita harus membatasi hubungan kita dibalik semua aksi sandiwara ini. Aku tidak ingin terjebak dalam situasi rumit denganmu setelah semua sandiwara ini usai."

Dan itu menusuk tepat di jantungku. Kata-kata Daisy tidaklah salah.
Kita sudah terlibat terlalu dalam pada kehidupan pribadi masing-masing. Kini sudah mulai sulit untuk membedakan mana kenyataan dan mana yang hanya sandiwara.

Menjaga jarak memang terdengar seperti keputusan yang tepat untuk saat ini, "Oke, aku mengerti, Daisy."

Percakapan itu lalu membuat jarak yang luas antara aku dan Daisy. Ia sedang duduk di meja bundar paling ujung bersama Camie, Esther, dan Isa, kira-kira berjarak 5 meter dariku. Sedangkan aku dan para lelaki sedang berdiri di tengah area lantai dansa.

Pierre, kawanku itu menghampiriku dan membisikkan sesuatu di telingaku, "Ada apa dengan semua ketegangan ini? Apa kalian sedang bertengkar?"

"Aku dan Daisy? Oh, tidak, tidak. Kami baik-baik saja."

"Tidak terlihat baik-baik saja di mataku. Biarkan aku memberimu saran, temanku, kesalahan apapun yang kamu buat, pokoknya langsung minta maaf saja. Lalu beri dia buket bunga. Trik ini pasti akan berhasil. Para wanita menyukainya."

Andaikan saja semudah itu. Daisy Elizabeth Chen sudah memperjelas segalanya untuk pergi menjauh darinya. Ia tidak menginginkan kehadiranku, apalagi kepedulianku. Semua ini hanyalah sandiwara sejak awal. Lalu, kenapa dadaku sakit sekali saat memikirkannya? Aku bahkan tidak bisa menyalahkan siapapun kecuali diriku sendiri atas perasaan yang timbul ini.

Charles Leclerc, kamu hanyalah seorang lawan mainnya dalam skenario drama ini.

Formula of ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang