"Aku? Tahu siapa orangnya?" Cecilia tertawa gugup. "Sayangnya, menerawang bukan salah satu kemampuanku."

Espen melangkah maju, dan Cecilia berjalan mundur tanpa pikir panjang. Tiba-tiba saja pemuda itu mempercepat langkahnya dan Cecilia ikut mundur lebih cepat, tetapi Espen duluan menggapainya, melingkarkan tangan di sekitar tubuh Cecilia.

"Demi Inavaril yang baik, apa kau mau patah tulang?" desis pemuda itu, sambil menepikan Cecilia, menjauhkannya dari tepian teras rumah pohon sebelum Cecilia terjun bebas ke belakang karena kekonyolannya sendiri.

"Ma-maaf," Cecilia mencicit, menjauh dari tepian teras yang tidak dipagari. Ingin rasanya dia dikubur di tanah sekarang juga.

"Aku tidak tahu kenapa kau bisa payah berbohong." Espen melepas pegangannya. "Tapi satu hal pasti, aku tidak akan mengomelimu seperti yang akan Connor lakukan."

"Kau tidak akan memberi tahunya, bukan?" Cecilia berbisik, amat sangat memelas. "Jangan beri tahu Connor."

Espen hanya menghela napas dan menunjuk tangga ke bawah, mengisyaratkan agar Cecilia turun duluan. Dengan gerakan gontai, dia menurut dan menuruni tangga secara hati-hati agar tidak mengulang kecerobohannya barusan.

"Aku mendengar keributan dari atas," Servi berkomentar sewaktu Cecilia dan Espen tiba di bawah. Dia dan yang lainnya baru saja tiba di dekat rumah pohon Espen.

Espen menggeleng, menepis ucapan Servi barusan. Tangannya sibuk membetulkan posisi tas selempang. "Ke mana kita hari ini?"

"Oh, oh! Bukankah sudah lama sejak terakhir kita berenang di Danau Erveenkret?" Servi mengguncang tubuh kakaknya dengan penuh antuasias. "Ayo, ke sana!"

"Pagi-pagi begini?" keluh Vira.

"Justru ini saat yang paling menyegarkan untuk mandi! Akan kuambilkan pakaian ganti untuk Cecilia juga. Kau bisa berenang, Cecil?"

Cecilia menggeleng. Dari pada itu, dia lebih memusingkan masalah lain. Mereka akan berenang bersama? Perempuan dan lelaki?

"Air di sana bisa membuatku radang dingin subuh-subuh begini," Connor bersuara. Dilihat dari tatapannya, dia memahami ketidaknyamanan Cecilia. "Bagaimana dengan Tebing Sarnari?"

"Kalau berjalan dengan cepat, kita bisa tiba di sana untuk menyaksikan matahari terbit," Vira menyetujui. Dia dan adiknya memimpin jalan, sementara Connor dan Cecilia berada di barisan kedua, disusul Espen pada bagian belakang.

Servi menarik napas panjang, menghirup udara pagi yang segar dan mengembuskannya keras-keras. "Sudah lama sejak terakhir kita seperti ini."

"Aku tidak menyangka kita akan berkumpul kembali," timpal Vira. "Ada untungnya naga-naga itu mencari Cecilia. Sudahkah mereka mengungkapkan alasan memanggilmu, Cecil?"

"Alder telah bercerita," Cecilia menjawab pelan, tidak terlalu berminat membahasnya panjang-lebar.

"Cecilia dan aku masih mencari jalan keluar yang lebih baik. Terlepas dari keinginan para naga, tahu sendiri bagaimana ratu kalian itu," Connor membantu menjawab.

Servi menggeram kesal. "Aku akan membantumu, Cecil, asal kau ajak aku mengajar di Ellesvore. Aku janji akan menyumbang banyak manfaat. Aku bahkan yakin bisa mengajar lebih baik dari Espen."

"Teruslah bermimpi, Servi. Anak-anak itu sudah duluan menyukaiku," akhirnya Espen ikut dalam pembicaraan. "Sulit menggantikan guru favorit."

"Hei, ingatlah siapa yang mengajarmu dulu," Servi berucap pongah. "Ditambah, aku punya kepribadian yang lebih menyenangkan."

Cecilia tidak bisa menahan cengirannya. "Aku yakin kau akan jadi guru yang menyenangkan, Servi. Walau tidak bisa dipungkiri, banyak anak yang merindukan Espen. Mereka mengirimiku surat, bertanya-tanya kapan Espen akan kembali."

The Cursed Blessing [#2]On viuen les histories. Descobreix ara