[25]

136 17 4
                                    

Tak dapat dipungkiri perasaan gelisah yang menggerayangi isi kepala nyaris sekujur tubuh pria belia itu kerap tak kunjung sirna, perihal masa lalu kelam nya. Tentu saja, Yeonjun memiliki perasaan kalut terutama apabila berkaitan dengan cinta, sebab ia dalam hidupnya, pernah merasakan nikmat duniawi sekaligus dihancurkan karna nya. Cinta membutakan rasionalitas, namun membuat candu. Segala jenis perasaan dan terus bercampur aduk yang menggenang.

"Belakangan ini kau sering sekali melamun Yeonjun," ungkapan pria jangkung di samping nya itu membuat tubuh Yeonjun tersentak kecil. Teralihkan dari lamunan singkat nya, Yeonjun mendongak menatap Soobin, kawan akrabnya.

Yeonjun menggaruk kepala nya yang tak gatal, terdengar helaan nafas berat dari bilah bibir setengah pucat itu, "Hanya sedang banyak pikiran," saut mya seadanya, mata nya teralih kearah jendela meratap langit yang lebih kurang sama dengan suasana hatinya saat ini. Gelap, hampa, Soobin yang menyadari kejanggalan itu hanya dapat menghela nafas ringan. Pasca nya, gerak gerik Yeonjun sudah seperti ini semenjak dua minggu yang lalu. Hanya saja tak Soobin ketahui, isi kepala pria dengan iris cantik itu dipenuhi dengan orang yang bahkan baru ia kenal kurang dari 24 jam.

Semenjak hari dimana ia bertemu dengan pria aneh bernama Kai itu, Yeonjun tak menerima kabar lagi dari nya. Memang ia tak berhak untuk tahu, namun segelintir kekhawatiran terpaut dalam pikiran nya, membuat Yeonjun sedikit frustasi untuk memperoleh setidaknya kabar bahwa sosok menyebalkan itu masih setidaknya bernyawa.

Seraya tengah melamun dan memusatkan atensi nya pada langit sore itu, kedua alis tebal sang empu mengernyir ketika didapatinya sesosok jaka dengan raga jangkung turun dari mobil dan melangkah masuk mealui gerbang sekolah. Wajah yang terlihat familiar itu Yeonjun teliti dari kejauhan, sepersekian detik dirinya menyadari wujud misterius itu, kedua iris nya terbelalak lebar. Ia seketika bangkit dari tempat duduknya, melesat cepat keluar kelas dengan beralasan ingin kekamar kecil. Kedua kaki jenjang itu melangkah terburu buru menuruni anak tangga, keingat menuruni pelipis nya, tepat pada anak tangga yang terakhir, tubuh nya mematung ditempat.

Kedua iris lentik itu menyorot pria jangkung yang kini berada tepat di hadapan nya yang tengah memautkan senyum misterius, "Yeonjun," sepersekian saat ketika nama nya terlantun dari bilah bibir pria itu seketika bulu kuduk sang pemilik nama berdiri. Degup jantung nya terpompa tak karuan, mencoba untuk tak menampakan raut tak biasa. Pikiran nya yang digerayangi oleh sosok Kai seketika sirna.

"Taehyung.." cicit Yeonjun pelan, seraya ia bergerak mundur selangkah dengan senyum terpaksa. Sesungguh nya Yeonjun sangat ingin berteriak saat ini, kepala nya tak dapat menampung insiden yang tak terduga semacam ini, terlebih lagi peia yang tepat berada di depan nya ini adalah tak lain dan tak bukan adalah mantan suami nya.

"Ikut dengan ku," ujar Taehyung dengan nada sedikit memaksa pun halus bak mempersuasi seorang anak kecil yang kehilangan ibunya. Raga lawan bicara nya itu seketika menegang, menggertakan gigi singkat siikuti deruan nafas tersengal. Jauh dalam lubuk hati nya, Yeonjun sangat sangat merindukan pria ini, pria bajingan yang hampir membuat diri nya setengah gila, pria obsesif yang ingin mengakui dirinya sebagai hak miliknya.

Yeonjun menggelengkan kepala nya singkat, "Tidak, Taehyung aku.." kalimat ragu ragu yang tak rampung itu membuat senyum Taehyung seketika sirna, tatapan dingin khas nya membuat jaka dihadapan nya bergidik ngeri, Yeonjun menelan saliva nya gugup. Sorot irisnya bergerak kesegala arah namun kedua iris tajam nan dingin itu.

"Yeonjun," lagi, sesuatu dalam diri Yeonjun bergejolak dengan liar tatkala untaian nama nya itu terlantun dingin, masuk kedalam pendengaran sang empu. Raga yang lebih pendek itu seolah tengah terhipnotis, tak berucap sepatah pun, kedua kaki itu melangkah mendekat, bak anjing yang kembali pada majikan nya.

Raut wajah pria bersurai hitam itu seketika berseringai, entah apa yang ada dalam pikiran kotor nya itu, namun ia tahu pasti, sekuat apa pun Yeonjun menolak nya, ketika hari dimana Taehyun benar benar meninggalkan nya, Yeonjun akan kembali dengan sendiri, kedalam pelukan nya. Pelukan iblis yang mengambil alih hasrat dan birahi, sulit tuk diabaikan, melahap habis rasionalitas.

Kalah telak, pria naif itu tak dapat menolak mentah tawaran menggugah itu. Bohong jika Yeonjun mengatakan ia tak rindu sentuhan hangat dan perhatian penuh yang Taehyung berikan padanya dengan penuh kasih, juga obsesi. Pikiran rasional dan hasrat nya kini tengah bergulat untuk mengambil keputusan benar, namun seketika sesuatu melingkar pada pinggang ramping nya itu, merangkup erat tubuh nya. Seketika jantung sang empu seolah berhenti berdetak, kepala nya mendongak mengarahkan irisnya pada jaka jangkung disamping nya itu.

"Good boy."

Sepersekian saat ketika kedua kata itu terlantun dan masuk kedalam liang pendengaran Yeonjun, kedua kaki nya seolah melemah, ia seolah jatuh kelubang terdalam. Tubuh nya secara tak sadar bergerak merangkup wujud kekar di hadapan nya erat. Kedua tangan itu dengan tamak meremat baju sang empu, menyembunyikan wajah memerah itu kedalam ceruk leher Taehyung, seringai puas terperangai pada wajah tampan sang empu.

"Mau eskrim?" bisik Taehyung lembut tepat disamping liang pendengaran nya membuat Yeonjun memgangguk pelan, seperti seorang anak kecil yang tengah dibujuk membuat Taehyung tersenyum gemas dengan tingkah pria naif didalam dekapan nya. Pasalnya, Yeonjun tidak memiliki intensi untuk menolak setiap tawaran yang Taehyung berikan padanya. Hatinya tak mampu menampung rasa rindu yang selama ini ia tahan selama beberapa tahun belakangan. Dirinya sangat mengingini momen dan hari hari bersama pria ini. Hanya sekali lagi saja.

"Mau," saut Yeonjun seraya wajah merona nya ia sembunyikan, membuat Taehyung mengeluarkan kekehan ringan. Lengan kekar itu terangkat, telapak nya menyapu lembut surai pria dihadapan nya dengan penuh afeksi dan perhatian. Lengan lainnya ia biarkan terlingkar, merangkup pada pinggang ramping Yeonjun yang tengah memeluk nya erat.

"Aku merindukan mu," bisikan lemah itu kembali terdengar membuat wajah Yeonjun seketika merona hebat. Ia kembali mengangguk lemah, pelukan nya erat seolah tak ingin lepas dari Taehyung bahkan sedetik pun, kedua iris lemtik itu terarah menatap nya dengan penuh atensi.

"Aku juga."

tbc.

+×+

walah walah, siapa yang kangen aku? :P
apa kahbar kalian semuaaaaa?!?!
seperti biasa, diawali dengan permintaan maaf yang sedalam dalam nya karena book ini udah lama nganggur dan aku, selalu kehabisan ide. wakakakak. tapi tenang, walau aku anggurin book ini, gaakan aku discontinue, akan aku tetep lanjutin, dan buat pembaca setia, mari kita berharap bersama sama book ini kelar secepat nya karena jujur. aku ingin mengibarkan bendera putih.

babay<3

+×+

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 20, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

❝Line❞ || VJunWhere stories live. Discover now