PoV SuBiN

1 0 0
                                    

Aku hanya terdiam, Junmin membuatku uring-uringan semalam penuh, sebelum berangkatnya aku ke tempat acara pernikahan Hyunkyoung yang sangat megah.

Junmin terus menatapku dan berusaha membujukku untuk bernyanyi bersama.

Teriakan para sahabatku juga membuat adrenalin ku semakin menciut.

Aku disuka Junmin?aku tidak mengerti itu, Junmin memang tidak berbicara langsung jika ia menyukaiku, Tapi dari gerak-gerik dan kata-kata yang tertuju dengan suatu hubungan membuatku yakin, bahwa bukan hanya aku yang menyimpan rasa.

Aku tidak bernyanyi bersama Junmin, jadilah hanya pria manis itu yang bernyanyi dengan gitar kesayangan yang selalu ia bawa kemana-mana.

Setelah bernyanyi, aku memilih untuk berjalan-jalan di pantai, Hyunkyoung sedang berganti gaun.

Aku pikir hanya aku, tapi Junmin berjalan juga.

Dia hanya diam dalam beberapa waktu, setelah itu ia menatapku dan langkah kaki pun ikut terhenti bahkan waktu juga seolah berhenti sendiri.

Dia berucap...bahwa memang dia telah lancang menyukaiku, lebih dari pertemanan yang kita buat waktu itu.

Dia meminta maaf lalu menghela nafas dengan wajah sedihnya.

Aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku ikut terpaku, apa yang harus dilakukan pun aku tidak tau, aku hanya terpaku.

Junmin meraih tanganku, ia menggenggam jemari-jemari ku dengan lemah lembut.

Aku hanya bisa menyimak apa yang dia katakan satu persatu.

Sampai pada akhirnya ia memilih, untuk tetap berteman.

Aku tidak berbicara apapun, aku benar-benar beku mendadak dan lidahku dan mulutku sulit sekali terbuka bahkan berbicara.

Aku dan dia punya pirnsip sama, jika berpacaran lalu putus dan bermusuhan, itu sangat tidak baik.

Jika tetap berteman selamanya akan tetap begitu, Junmin akan melanjutkan study musiknya di London.

Dan aku akan kembali ke Indonesia setelah ini, rasanya singkat padat dan jelas.

Singkat mengingat memoriku bersama pria manis ini, padat...keadaan yang benar-benar to the poin dan jelas.

Jelas bahwa aku bahkan tidak bisa bilang"ayo kita mencoba suatu hubungan".

Itu tidak kulakukan, aku hanya diam, mungkin pria manis itu menganggap aku setuju.

Egois?aku memang egois, aku mau dia tapi jika dia sudah menjadi milikku, aku takut akan kehilangannya.

Dia menyampirkan jaket tebal untukku.

Junmin menatapku sangat dalam dan lembut bahkan dengan senyuman manisnya.

Ia berucap lantang dan jelas.

Bahwa ia akan mengikatku setelah tiga tahun di London berhasil.

Aku tersenyum dan tersipu malu, aku pikir dia hanya akan membuat hubungan kita hanya sebatas teman, nyatanya dia mau hubungan kita lebih.

Air mataku tiba-tiba mengalir begitu saja sambil mengangguk-angguk dengan raut sangat bahagia.

ROCKSTAR Where stories live. Discover now