3 : Moon

121 12 3
                                    

Ying xing Point of View.

☴ ☵ ☶ ☷

Mungkin ketertarikan ku ini tak ada apa-apanya dengan semua yang ia miliki, mungkin menyampaikan apa yang aku rasakan rasanya hanya akan menghambat apapun yang sedang ia kerjakan saat ini. Ia memiliki dunia, dan aku hanya seorang manusia yang tinggal di dalamnya.

Melihatnya melenggang tanpa kata meninggalkanku setelah ujaran perasaanku hanya membuatku semakin ingin terjun menyatu bersama nirwana, atau tempat peyampaian kuasa angkara di bawah sana. Kaki ku meninggalkan jembatan itu dengan berat.

Perasaan itu bebas, tak pernah bisa ditangkal atau dikekang. Dari dahulu atau sampai kehidupan yang nantinya akan melihatku dengan hanya belulang. Hukum yang tak mengikat hal menjijikan ini membuat banyak kesalahan, seperti posisiku saat ini. Buncahnya perasaan yang tak pernah dikekang ini akhirnya juga memakan diriku sendiri.

Berharap malam akan melahapku, dan merubahku jadi salah satu bintangnya namun kehidupan juga tak pernah seindah itu untuk menelan satu manusia tak berharga menjadi salah satu ciptaan indah yang menghiasi semesta.

Kesalahan terbesarku adalah mengungkapkan perasaanku padanya.

Setelah pagi tiba aku mengerjakan apa yang seharusnya aku kerjakan seperti biasa tak ada yang terlalu berbeda selain hatiku yang seperti ingin dihantam jutaan paku atau sekalian saja ada petir yang akan membunuh ku.

Dengan lemah, kaki ku melangkah ke salah satu tempat yang biasanya selalu aku kunjungi saat malam. Untuk bertemu dengannya.

Dimana mulanya satu seloki giok, menjadi dua buah bersama dengan cemilan kecil yang membuatku punya alasan untuk singgah lagi, walau hanya sekadar menggodanya saja.

Malam ini seloki itu masih satu pasang, ia mata ku yang memandang jalanan ini beralih kedua mata yang bersinar seperti rembulan sedang terlihat terkalahkan, menyerah.

"Hahh... Mungkin kau akan mendapat jawaban yang kau inginkan dari mulutku, berharaplah lebih banyak sebagai manusia Yingxing." Jarak ku dengannya lumayan jauh, namun suara itu benar-benar disalurkan oleh angin malam dingin dengan baik.

Berharap apa maksudmu?

Ia tak melanjutkan perkataannya, hanya diam menuang arak untuk seloki kedua dan bukan miliknya. Gelas yang khusus ia persiapkan untukku. Apakah aku harus kesana atau mengabaikan undangannya? Lagipula kedua jalan yang kupilih juga menyakiti diriku sendiri tak peduli mau melangkah keatas atau kebawah mengikuti fibrasi hatiku.

"Jangan berpikir untuk kembali memukul besi-besi hanya karena isi hatimu yang tak jelas itu Yingxing." Dia memanggil namaku dia kali, tanpa sadar aku sudah duduk di sampingnya sambil melihat cahaya lampu malam.

"Yinyue-jun, apa ada yang ingin kau bicarakan kepadaku?" Renungannya terlihat jelas bahkan untuk ku yang selalu menatap di dalam barak pembuatan senjata dan tak pernah melihaya.

Dan Feng terkekeh pelan, "Sekarang kau memanggilku dengan sangat hormat karena perkataan kuyu mu tadi pagi?"

Aku hanya terdiam tak ada kata yang dapat aku ungkapkan lagi, memangnya ada yang dapat disampaikan untuk sesuatu yang memang benar? Timpalan Dan Feng mengenai pernyataan perasaanku yang sangat.. Kuyu.

Bulan terlihat sangat menyesakan, seolah ingin menyongkel mataku dan membuangnya entah kemana. Menatapnya pun aku tak bisa. Dadaku rasanya sesak, tak jelas detakannya. Nafasku rasanya sedikit tercekat namun aku sebisa mungkin tak menunjukan hal memalukan itu.

'Bruk'

Entah bagaimana nasib seloki yang araknya tumpah kemana-mana itu, yang jelas matanya menatapku. Tangannya menelanku untuk berada di bawahnya, mendorong ku paksa tanpa sampai terjatuh dengan suara keras.

"Dan.. Feng.." Senyuman itu tergurat setelah aku mengatakan namanya dengan ragu. Membawa bibir ranum itu untuk menyatu dengan milikku.

Tubuhku yang membeku hanya dapat membiarkannya melakukan apapun yang ia mau, tak jelas aku harus merasakan apa sekarang.

Karena hal-hal bodoh yang aku pikirkan dibalas dengan ciuman legit yang lelaki itu lakukan terlebih dahulu.

"Ying Xing, kalau kau bertanya pertanyaan bodoh aku tak akan mengijinkanmu melakukan ini lagi."

Aku tak berkata apapun dan hanya menatapnya, mungkin Aeon mendengarkan doa-doa ku, mungkin aku terlalu banyak pikiran. Karena Tuhan itu ada, dan keajaiban seperti Dan Feng tiba-tiba menciumku di tengah malam seperti ini mungkin juga karena sahutan doa kering yang aku ucapkan tiap malam.

Satu hal yang aku tahu setelah ini, bau teratai memabukan itu akan menemaniku setiap malam.

☰ ☱ ☲ ☳

IKOZOOOUURRR MENIKAH RENHENG MENIKAH

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

IKOZOOOUURRR MENIKAH RENHENG MENIKAH

2024 will be crazy year.

Katastrofik [Renheng]Where stories live. Discover now