1 : Lantunan detakan mu

169 19 0
                                    

Seberapa lama sebenarnya kau hidup Dan Feng?

Apa kau melupakan semua pembelajaran tentang penyaringan pemikiran yang kau lakukan selama ratusan tahun itu sekejab hilang hanya dengan menatap pria yang baru beberapa puluh tahun dalam hidupmu?

Ikut membelot pada takdir, membutakan matamu yang selalu terbuka jernih menjadi pekat dengan banyak warna. Simfoni, dan harmoni spektrum yang mengerikan.

Pada seorang yang hanya hidup beberapa puluh tahun?

Yang benar saja, memangnya tak ada para mahluk abadi yang mengerti perasaanmu? Dari sekian banyak yang telah berbicara denganmu setelah ratusan tahun?

Lantunan detak itu menjadi milik si pandai besi, mungkin ikut terbentuk bersama dengan lelehan metal ribuan derajat yang ia bentuk sedemikian rupa. Mengukir suatu frasa baru yang tak pernah ada di benak sang abadi.

Pemikiran polos tanpa buta yang dimiliki Yingxing mungkin membuatnya mengerti, sesuatu yang biasa saja adalah suatu hal yang tak pernah ia dapatkan.

Abadi, abadi, abadi.

Obsesinya perlahan juga menjadi abadi, berserakan secara mengenaskan dengan kondisi yang sangat memalukan. Hati ratusan tahun yang tak mengerti, akhirnya merasakan bintang-bintang surgawi.

Kiranya matanya dengan jelas menatap banyak orang dengan sebuah cahaya redup yang sebenar tak pernah ia tampakan. Badannya terbusung menatap kearah bulan dengan arak yang tak terlalu memabukan baginya.

"Dan Feng, nanti kalau aku meninggal kau akan minum dengan siapa? Bicara sendirian dengan bulan?" Yingxing dengan leluconnya yang tak pernah lucu itu hanya membuat Tetua Vidyadtra itu terdiam saja.

Berbicara dengan rembulan yang bahkan tak nyata itu? Mungkin Dan Feng akan melakukannya. Menulis beberapa puluh guratan untuk menyuarakan kerinduannya. Wajahnya dengan sendu menatap Yingxing.

"Jangan berbicara hal-hal seperti itu."

Mengerti lawan bicaranya tak sama sekali berniat menanggapi leluconnya, Yingxing hanya diam sambil menyesap sesekali arak dengan dosis tinggi itu. Cukup membuatnya pening hanya dengan dua gelas.

Dan Feng tak membuka kelopak matanya sama sekali, membuat teman minumnya sedikit penasaran dengan apa yang dipikirkan oleh lelaki itu. Tangan kasar Yingxing menyentuh dagu runcing itu pelan.

Tanpa disangka, reaksi Dan Feng tetaplah tenang.

Tapi aku hanya menginginkanmu, di sini, di mana semua kehangatan mu dapat dengan mudahnya merambat di tanganku.

Aku hanya menginginkan mu, setelah ribuan tahun yang ternyata sangatlah kosong. Baru ku sadari saat kau membuka mulut mu dan memutuskan untuk bicara denganku.

Letupan yang ku rasakan ini rasanya seperti tak nyata, tapi sebuah kesadaran bahwa aku membutuhkanmu itu seolah membuktikan keberadaan mereka sendiri.

Membuatku berdoa pada keberadaan di atas sana, yang Maha bisa, yang Maha kaya, dan Maha ada.

'Semoga kau bisa selamanya bersamaku.'

Setiap malam mungkin Dan Feng hanya akan menatap rembulan, mengadukan perasaannya yang tak jelas pada Yaoshi yang memberinya kehidupan abadi, terkadang juga berbicara pada Lan untuk membunuhnya perlahan.

'Karena aku tak akan pernah bisa lagi membayangkan kehidupan kali ini tanpa keberadaannya.'

Begitu frustasi terkadang juga ia beralih pada Nanook, berdoa untuk menghancurkan semuanya bersamaan dengan perasaannya. Dirinya yang tinggi ini mengempis bersamaan dengan tekanan perasaan misterius kebimbangannya sendiri.

Mulai bersimpuh, dan berbicara pada bulan.

'Seperti lelucon bodohnya itu.'

Dan Feng membuka matanya, menatap manik krimson yang dengan lekat menusuk dengan pandangannya. Seperti menghujani hatinya dengan ribuan pisau atau riuhan adrenalin.

"Aku memutuskan untuk berharap pada Aeon Terminus malam ini."

Untuk menghentikan waktu, dan membuat eksistensi mereka tetap ada.

"Aku juga memutuskan untuk berdoa pada Aeon Nanook. Terserah yang mana saja."

Atau menghancurkan keduanya sampai keberadaan mereka lenyap masuk kedalam gulita.

Yingxing melepaskan tangannya lalu terkekeh pelan, "Kau berdoa pada Aeon yang mengerikan ya? Mengapa tidak Yaoshi saja? Agar kau tetap sehat, dan prima?"

"Karena aku tau itu tak akan berguna."

Mata Yingxing menggelap sejenak sebelum tertawa menutupi kebingunannya, malam itu mungkin akan menjadi lonjakan pertama dengan perubahan destruksi semesta.

•••

Rube when knowing the ship contains destruction, angst, depression, powerless, and hopeless trope :

Rube when knowing the ship contains destruction, angst, depression, powerless, and hopeless trope :

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Katastrofik [Renheng]Where stories live. Discover now