Dua

242 39 9
                                    

Sorry for typo(s)!

---

"Wanita menyebalkan itu!"

Sooji menolak mengizinkanku mengantarnya ke rumah dengan taksi.

Hanya karena kebaikan hatiku mengatakan bahwa aku akan 'mengantar' dia pulang.

Aku tidak mengerti.

Apa dia tidak begitu ingin pulang bersamaku? Masing-masing dari mereka, memperlakukanku seperti tumor.

Aku ingin tahu apa dia benar-benar menelepon kekasihnya...

Wanita miskin itu. Aku harap dia tidak berjalan kaki begitu saja karena dia terlalu pelit untuk membayar biaya taksi.

Jika terjadi sesuatu, itu sepenuhnya salahku.

Aaa–! Aku jadi kesal! Sungguh menyusahkan!

"Maaf. Bisakah kau menurunkanku di sudut, tolong."

Jika dia benar-benar berjalan pulang, lain kali aku akan melemparkannya ke taksi.

Aku turun dari taksi dan kembali ke toko.

Wanita itu, dia pergi ke sana, 'kan?

Aku bergegas ke arah dimana Sooji berlari.

Setelah mencari di sekitar beberapa saat, aku melihat Sooji keluar dari sebuah toko serba ada.

Mengeluarkan bir kalengan yang baru saja dibelinya, Sooji mulai meneguknya habis-habisan.

Kemudian, dia berjalan pergi sambil memegangnya di tangannya.

Wanita itu... Apa dia pria tua?

"Bae Soo..."

Saat aku hendak memanggilnya, Sooji tiba-tiba berhenti bergerak.

"Hiks..."

Aku mendengarnya terisak.

"Hiks, hiks..."

Kedengarannya Sooji sedang menangis.

Aku tidak bisa memanggilnya.

Aku yakin dia pasti ingin menangis sendirian.

Aku ingin tahu apa yang terjadi padanya.

Meminum bir, Sooji berjalan sambil menangis dan aku mengikutinya dari belakang tanpa ketahuan.

Maksudku, tentu saja aku khawatir.

Berjalan sendirian di jalan pada malam hari memang mengkhawatirkan, tapi dia juga minum alkohol dan menangis.

Jika dia tertangkap oleh pria yang mencurigakan, dia akan dengan mudah diperkosa dan dibunuh.

...Tetap saja, sejauh ini.

Bukankah kami sudah cukup banyak berjalan kaki? Kami sudah berjalan hampir 2 jam.

Dimana rumah wanita ini sebenarnya?

Saat aku agak menyesal mengikutinya, Sooji berhenti bergerak.

Sooji sedang menatap ke sebuah kamar apartemen dengan lampu menyala.

Itu kamar Sooji. Mungkin.

Tapi bukannya masuk, dia malah duduk di bawah lampu jalan terdekat, masih menangis.

Sudah lewat jam 5 pagi ketika lampu kamar akhirnya padam.

Langit mulai cerah.

Serius, jangan bercanda denganku.

Kenapa aku malah menonton ini... Maksudku, aku melakukannya karena aku ingin dan aku berpikir, "Sesuatu yang buruk akan terjadi jika aku tidak mengantarnya dengan benar", tapi tetap saja merepotkan kalau jadinya seperti ini.

So Many Tears [END]Where stories live. Discover now