11. Sangat Menyakitkan

Mulai dari awal
                                    

Aku semakin menutup rapat mulutku, membuatnya semakin geram padaku. "Gue bilang, buka mulut, lo!!" Seru nya tepat didepan wajah ku. Membuatku memejamkan mata, tetapi membuka perlahan mulutku.

Aku membuka mata dan terkejut saat jari telunjuk dan tengahnya terus memaksa masuk ke dalam mulutku. Membuatku kembali memberontak.

Namun, dia menahan tengkukku membuat kedua jarinya semakin masuk dan terus masuk hingga menyentuh pangkal tenggorokan ku. Aku membulatkan mataku, berulang kali menggeleng padanya memintanya untuk menghentikan itu tetapi ia semakin kuat menahan bagian tengkukku.

Air mataku semakin tumpah didepannya, bahkan sampai aku terisak. Yang dia lakukan itu sangat menyakitkan.

"Teman gue dengan baik memberikan lidahnya yang lembut, tapi lo lebih milih cara yang menyakitkan ini. Maka, nikmati lah saja." Dia bahkan menenggelamkan kedua jarinya itu didalam mulutku. Aku semakin tidak tahan.

Dia mulai memainkan jarinya di dalam mulutku, mengocoknya cepat. Air liur ku tumpah terus mengalir keluar, namun itu tak membuat dia menghentikan kegiatannya.

"Ando! Sudah cukup, hentikan!" Seru Virgo yang berusaha mendekat. Namun, dia segera ditahan oleh Leo dan Drake.

Aku mengedarkan pandangan, melihat Frank yang diam tanpa berniat menolong ku, dia malah menikmati aku yang benar-benar tersiksa sekarang.

Leo dan Drake justru menahan Virgo yang berniat membantuku. Aku melihat nanar pria yang bernama Sam, dia masih sibuk dengan lidahnya yang terbalut tisu, dia menatapku tajam.

Dua pria yang memegangi ku erat sedari tadi tak juga mengurangi pegangannya, justru malah semakin kuat. Atau aku yang semakin lemah didepan pria yang kedua jarinya masih berada dengan brutal di dalam mulutku.

*****

AKHIRNYA, Ando mengeluarkan kedua jarinya dari dalam mulutku. Aku terbatuk dan menghirup napas begitu banyak.

Mereka yang mencekal ku pun melepaskannya, membuatku jatuh terduduk di lantai. Aku terisak lagi. Ini menyakitkan. Aku menyentuh leherku yang terasa sakit, bahkan untuk menelan air liur ku sendiri.

Aku mendekati Frank yang berdiri tegak di depan meja. Kuharap dia segera berhenti dan meminta teman-temannya untuk tidak menyiksa ku lagi. "Bang, maafin guee!" Seruku, sambil ku peluk erat lututnya. Aku masih terisak, sesenggukan.

"Gue benar-benar nggak bermaksud bercanda di waktu yang nggak tepat, bang. Gue minta maaf, bang!" Aku semakin memeluk erat lututnya, memohon padanya.

"Tolong kasih gue waktu, bang. Gue bakal cari kerja sampingan supaya gue bisa ganti rugi gelas-gelas yang nggak sengaja gue pecahin, gue mohon jangan sakiti gue lagi, bang!"

Frank menunduk melihatku yang mendongak padanya, dia sedikit membungkuk. Dia berusaha melepas pelukan erat ku di kakinya. Lalu dia mencium tanganku, membuatku semakin terisak saat dia masih menatap ku tajam.

"Gue masih punya uang banyak. Gue nggak butuh uang dari lo, paham??" Ujar Frank. Dia mencengkeram erat rahangku lagi, aku menggeleng. Dia masih tidak mau mengangkat ku, membuatku kembali berdiri.

Dengan gerakan cepat, Frank mencekoki dengan minuman alkohol langsung dari botolnya ke mulutku. Membuatku terbatuk. Cairan itu tumpah hingga ke leherku. Aku yang masih terisak, menatap nanar padanya yang tersenyum menunjukan seringaiannya. "Sakit, ya??" Tanya dia sambil menghempaskan rahangku.

Frank menarik ku paksa hingga aku berdiri, mendongak padanya. Dia beralih menjambak rambut ku lagi dengan tak kalah kasar. Aku berusaha melepaskan tangannya. Namun, dia membanting ku dengan keras membuat pelipis ku menghantam ujung meja.

"Cukup, Frank!! Berhenti nyakitin Fuji!" Seru Virgo di tempatnya, kini giliran dia yang dipegangi oleh Leo dan Drake.

Aku memusatkan pandangan pada Frank yang menjulang di atas ku. Aku menatapnya tajam, cukup marah karena pelipis ku yang berdarah akibat ulahnya. "Gue bisa minta maaf ke Bang Sam kalau lo mau, Bang! Gue nggak sengaja melukai lidahnya. Anggap itu sebuah cara gue untuk melindungi diri gue sendiri."

Aku berusaha menjauhinya, dengan cara mundur dengan keadaan ku yang masih duduk dengan sakit terutama di kepala.

Frank kembali mendekati ku, membuatku segera berdiri dan berbalik. Namun, saat mencoba melangkah. Aku justru keseleo sendiri membuatku kembali terduduk dilantai. "Awww!" Seruku. Saat aku mencoba kembali bangkit.

Frank menarik bahu kiriku keras hingga membuatku kembali mendongak melihat dia yang menjulang di depanku. Aku mundur, berusaha menjauh darinya. "Pergi, bang! Menjauh lah!!!"

Aku berteriak padanya, aku sangat muak padanya. Ku lampiaskan emosi yang tak bisa lagi aku tahan.
Badanku sakit semua! "Pergi, bang! Jauhin, gue!!" Teriak ku semakin histeris. Aku mundur dan terus menjauh darinya yang mendekat.

Saat aku sudah mentok di pintu, segera aku bangkit dan berbalik. Namun, kunci yang aku cari tidak tergantung pada tempatnya. Aku sadar kunci itu memang ada di saku celana milik Frank.

Frank membalikkan tubuhku, kemudian mencekik leherku kuat. Aku melotot padanya, aku kesulitan bernapas. "Kenapa? Sakit, ya??"

Aku memberontak padanya, ini sangat menyakitkan! Dia menjauhkan tangannya, membuatku mengambil napas sangat banyak.

Plak!

Frank kembali menampar pipiku, membuatku jatuh terduduk di bawahnya.

"Frank! Lo bisa bunuh Fuji, brengsek!" Seru Virgo. Akhirnya, dia bisa melepaskan diri dari dua sahabat nya itu, dia berusaha menghentikan kegilaan Frank.

"Lo yang brengsek di sini, Vir! Berhentilah ikut campur!!" Seru Frank. Dia melayangkan pukulan tepat di wajah Virgo.

Membuat Virgo tersungkur di lantai, ujung bibirnya berdarah karena ulah sahabat nya sendiri.

Melihat itu, aku mendekat dan segera memeluk erat kaki Frank. "Hentikan, bang! Jangan sakiti Bang Virgo lagi..." Aku semakin mengeratkan pelukan di kaki Frank meskipun dia mengabaikan ku.

"Pukul gue, Frank! Pukul, gue!" Berbeda denganku, Virgo justru menyerah kan diri pada Frank. "Kalau lo emang ingin bunuh orang, bunuh aja gue!! Bunuh gue, Frank. Biar hati lo puas! Berhenti menyakiti Fuji!"

Tak di sangka, Frank justru melepaskan pelukanku di kakinya. Memaksaku berdiri di hadapannya. "Puas, lo?? Puas karena gue bertengkar hebat dengan Virgo, hah?!" Seru Frank padaku.

"Hentikan, bang!" Aku menggeleng keras padanya.

"Wohooo. Ini sangat menarik." Ujar Ando di tempatnya. Dia mendekati Frank yang mencengkeram erat rahangku.

"Berhenti sajalah menyakiti dia... Nggak perlu terus menerus mengotori tangan lo, Frank." Ucap nya lagi, dia menyentuh pundak Frank membuat mereka saling pandang. "Jual saja dia... Lo akan semakin untung banyak... Apalagi dengan dia yang masih virgin."

Aku menggeleng mendengar itu. Ando tersenyum berusaha meyakinkan Frank bahwa itu adalah ide paling bagus untuknya.

Aku semakin menggeleng saat Frank hanya mengangguk saja tawaran super gila dari temannya.

*****

Bersambung...

⚠ Adegan ini tidak untuk ditiru. Harap bijak dalam membaca.

Gimana tuh tawaran dari Ando?? Teman Frank kenapa se brengsek itu, sihhh?? 🤨

Santai Desar... Santai 🤗 kamu juga tetap tenang ya😄👌

Tetap vomments saja, lanjut?? 🤔🤔

I BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang